Buya Syafii Maarif: Menuju Masyarakat Menulis, Membaca, Berpikir Dan Bertindak


        (Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHLAISLAM.COM - Mata rantai dari perbuatan mengadabkan manusia dan kehidupan dimulai dari membaca. Atau menurut istilah Nabi Adam dimulai dengan mengenal kata. Kata menjelaskan benda, menjelaskan keadaan, men jelaskan maksud kita, menjelaskan ide, menjelaskan cita cita dan visi kita. Kata dapat menyusun pengetahuan men jadi ilmu.

Ketika Tuhan Allah mengajarkan kepada Nabi Adam kata, yaitu nama-nama benda, pada saat itulah proses kata menjadi ilmu berlangsung. Sebab di dalam diri Adam ada akal, ada otak cemerlang yang mampu mengolah semua nama-nama itu menjadi bermakna. Dan makin lama akal dimanfaatkan untuk memaknakan sesuatu makin hebat dia, atau dalam bahasa sekarang disebut "kapasitas akal menjadi bertambah". Dari banyak ahli dan pemikir kelas dunia mulai dari Mohammad Iqbal, van Peursen sampai F Capra, misalnya, kita mendapat informasi bahwa per tambahan kapasitas akal manusia itu berjalan seiring dengan majunya peradaban manusia.

Dalam kaitan zaman ini, kegiatan membaca yang merupakan kegiatan wajib bagi manusia yang ingin maju kemudian menjadi sama pentingnya dengan kegiatan me nulis. Dan sepasang kegiatan manusia, yaitu membaca dan menulis akan merangsang manusia untuk terus-menerus melakukan kegiatan berpikir. Kegiatan berpikir ini juga sama wajibnya dengan kegiatan membaca dan menulis. Dalam al-Qur'an banyak sekali disebutkan tentang perintah mem baca, menulis, memikirkan segala sesuatu yang muncul sebagai gejala kehidupan. Kalau kita malas berpikir maka kita akan dihadang, atau malahan ditabrak oleh pertanyaan dari Tuhan yang berbunyi, "Apakah kalian tidak berpikir? Apakah kalian tidak berakal? Apakah kalian tidak dapat membedakan antara kegelapan dan jalan terang? Apakah kalian tidak dapat membedakan orang buta dengan orang yang dapat melihat cahaya? Apakah kebodohan kalian telah menyebabkan kalian mendustakan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kalian dengan cuma-cuma?"

Jadi dari mata rantai dari perbuatan mengadabkan manusia tidak dapat berhenti pada proses berpikir saja. Setelah berpikir maka buahnya harus tindakan. Tindakan yang terarah. Tidak cukup hanya mengandalkan kegiatan berpikir saja. Sebab untuk menentukan arah tindakan di perlukan panduan untuk mengetahui mata angin dari per buatan kita, yaitu hati nurani. Dalam hal ini menghidup kan hati nurani mirip dengan menyalakan lampu penuh cahaya seperti yang diisyaratkan dalam Surat an-Nur, harus seluruhnya. Prinsip dalam membumikan ajaran Islam sehingga Islam dapat berfungsi sebagai instrumen rahmatan lil 'alamin betul betul dipegang dan diterapkan oleh KHA Dahlan. Untuk inilah KHA Dahlan memperbarui sikap dan kesadarannya terhadap ajaran Islam itu sendiri, terhadap dirinya sendiri selaku manusia pelaku perubahan dan ter hadap masyarakatnya. Termasuk dalam memperbarui akidahnya sehingga menjadi murni, terbebas dari unsur dan beban ajaran masa silam yang tidak sesuai dengannya. Kemudian, lewat sikapnya yang selalu terbuka dan senan tiasa mau belajar maka KHA Dahlan kemudian menghi dupkan mata rantai pengadaban kehidupan masyarakat lewat kegiatan membaca (mendirikan Taman Pustaka), menulis (menerbitkan Suara Muhammadiyah), berpikir (mendirikan sekolah dan kelompok diskusi sebagai format baru pengajian) dan melakukan tindakan penyelamatan manusia dari kondisi terburuknya (mendirikan rumah sakit, panti asuhan, rumah miskin, posko penanggulangan bencana alam, dan pelatihan bagi calon pekerja).

Masalahnya, mampukah kita semua, memasuki abad kedua dalam kehidupan bermuhammadiyah kita untuk menggali spirit perjuangan KHA Dahlan tersebut? Semoga kita semua mampu. Dan hadirnya kumpulan esai sebagai hasil lomba penulisan esai dalam rangkaian kegiatan Muk tamar Muhammadyah ke-46 atau lebih dikenal sebagai Muktamar Muhammadiyah Satu Abad ini sebagai bukti. Pena, dalam al-Qur'an disebutkan sebagai salah satu ins trumen penting dalam melakukan upaya mengadabkan masyarakat di tengah gelombang pembiadaban yang datang dari berbagai sudut bumi ini. Dengan pena, dengan tulisan, kita coba untuk menghadang dan melawan gelombang pembiadaban kehidupan yang akhir-akhir ini terasa makin dahsyat dan dapat menggoyahkan tiang akidah kita. Demi kianlah, selamat atas terbitnya buku yang fenomenal dan monumental ini. Yang lebih penting lagi, selamat membaca dan mengkaji isinya. Lalu bertindaklah cerdas sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dan KHA Dahlan dalam berjuang.

Nogotirto, 25 Juni 2010

*)Catatan Redaksi, Artikel diatas pernah diterbitkan di Buku Membumikan Gerakan Ilmu dalam Muhamadiyah. Kata Pengantar, Prof. Dr. Ahmad Syafi'i Ma'arif berjudul MENUJU MASYARAKAT MEMBACA, MENULIS, BERPIKIR DAN BERTINDAK. Artikel diterbitkan kembali untuk mengenang karya dan pemikirannya. 


Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال