Tantangan Aisyiyah dalam Melintas Batas

Tantangan Aisyiyah dalam Melintas Batas

Muhammadiyah berdiri tahun 1912 di Yogyakarta di mana kondisi sosial ekonomi bangsa sangat memprihatinkan. Kehidupan yang miskin, tidak berpendidikan, kesehatan yang memprihatinkan dan kekurangan gizi, di negeri yang kaya hidup memprihatinkan. Itulah yang dilihat dan di rasakan oleh pendiri Muhammadiyah saat itu. 

Muhammadiyah di dirikan oleh Kiai Ahmad Dahlan untuk menjawab persoalan-persoalan yang melilit bangsa yang terjadi ratusan tahun berlalu. Setelah Kiai mengkronstruksi persoalan-persoalan yang ada kemudian Kiai mendirikan Muhammadiyah. 

Muhammadiyah berdiri bukan bersaing dengan siapapun, namun Muhammadiyah berkeinginan untuk membangun kesadaran bangsa dari penindasan pemerintahan kolonial Belanda. 

Melalui Muhammadiyah Kiai menghadirkan kesadaran kepada masyarakat di Yogyakarta dan sekitarnya melalui pendidikan, kesehatan dan sosial sekaligus keagamaan yang menjadikan ruh Muhammadiyah. Semula pendidikan di perkenalkan melalui masjid dengan dakwahnya. Dari masjid berdiri sekolah-sekolah kemudian panti asuhan PKU dan rumah sakit. 

Tepatnya 19 Mei 1917, lima tahun setelah Muhammadiyah berdiri disusul berdirinya Aisyiyah. Yaitu sebuah organisasi perempuan yang didirikan oleh Nyai Walidah istri dari Kiai Dahlan

Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang didirikan sebagai jawaban atas pentingnya perempuan di tengah masyarakat,  berkiprah di wilayah-wilayah ekonomi, sosial kemasyarakatan dan keagamaan. 

Aisyiyah hadir ditengah situasi dan kondisi masyarakat dalam keterbelakangan, kemiskinan, tidak terdidik, awam dalam pemahaman keagamaan, dan berada dalam zaman penjajahan Belanda. Tantangan yang dihadapi Aisyiyah lain dulu lain sekarang. 

Kini dalam era sains dan teknologi dengan digital informasi Aisyiyah menghadapi masalah dan tantangan yang kompleks baik dalam aspek keagamaan, ekonomi, politik, maupun sosial-budaya.

Untuk menghadapi berbagai tantangan yang kompleks tersebut, maka gerakan ‘Aisyiyah dituntut untuk melakukan konsolidasi baik dalam pemikiran maupun orientasi praksis yang mana gerakannya mengarah pada pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan menuju kemajuan. 

Kesetaraan laki-laki dan perempuan berdasarkan kodratnya masing-masing di tengah kehidupan sosial ekonomi politik, Aisyiyah di tuntut untuk terus eksis mengurus memberdayakan dan menjaga kehormatan perempuan. 

Di masalalu pemimpin perempuan sangat terbatas, namun dalam perjalanannya perempuan mulai banyak bermunculan di berbagai panggung. Dalam bidang pendidikan perempuan Indonesia mengalami banyak kemajuan banyak sarjana perempuan dari  S1, S2, dan S3.

Bahkan banyak kita dapati di kalangan perempuan. Penyiar dan jurnalis di televisi nasional banyak di hiasi kaum perempuan. Bahkan di berbagai institusi negara banyak Jaksa hakim direktur komisaris orang-orang perempuan. Bahkan kaum perempuan Indonesia juga banyak yang menjadi pengacara notaris, guru besar dan pemilik perusahaan. 

Bagaimana Aisyiyah ditengah kemajuan kaum prempuan Indonesia? Adalah kendala teologis atas kepemimpinan kaum perempuan ditengah derab kemajuan peradaban manusia?

Yang pasti Aisyiyah bisa menerima posisi kaum perempuan ditengah masyarakat baik ekonomi dan sosial. Bagaimana Aisyiyah menyikapi kepemimpinan kaum perempuan di bidang politik? Seperti presiden dari kaum perempuan dalam memimpin negeri ini. 

Bersama Aisyiyah Hidup Berkemajuan

Dewasa ini banyak organisasi perempuan didirikan untuk membela hak-hak kaum wanita baik dalam bidang sosial ekonomi politik bahkan di dunia pekerjaan. 

Organisasi perempuan berdiri tidak sekadar membela hak-hak perempuan semata, namun negara melalui kementrian juga melakukan pemberdayaan perempuan. Karenanya di adakan menteri pemberdayaan perempuan. 

Pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya kaum perempuan, oleh karena itu pemberdayaan perempuan dipandang sangat penting untuk diikutsertakan dalam memajukan peradaban sebuah bangsa. 

Aisyiyah adalah organisasi otonom perempuan yang paling tua di negeri ini. Kelahirannya merupakan semangat untuk memberdayakan perempuan, bukan kaum adam saja yang bisa mengurus organisasi namun kaum hawapun juga mempunyai kemampuan mengurus dan menggerakkan organisasi. 

Bukan kaum adam saja yang mampu menulis dan menjadi wartawan namun kaum hawapun juga bisa menjadi wartawan dan jurnalis. Pendek kata kaum hawa bisa berprestasi dan bekerja seperti kaum adam sebagaimana kodratnya masing-masing. 

Aisyiyah berdiri tidak dimaksudkan untuk bersaing dengan bapak-bapak Muhammadiyah. Aisyiyah berdiri karena banyak hal yang tidak bisa di kerjakan oleh bapak-bapak Muhammadiyah, oleh karena itu Aisyiyah didirikan untuk kepentingan kaum perempuan untuk mengurus dirinya sendiri. 

Jadi Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk saling melengkapi berjalan beriringan mencapai tujuan Muhammadiyah dalam membangun Indonesia. 

Kini Aisyiyah benar-benar tumbuh dan berkembang menyapa kemajuan jaman. Membangun muslimah berkemajuan berkiprah untuk memberdayakan kaum hawa, seluruh kegiatan aktifitas dibangun oleh sistem dimana-mana Aisyiyah melalui para jamaahnya menyapa dengan senyum menebar kebaikan.

Kini Aisyiyah sudah sedemikian maju tidak saja mempunyai PAUD, ABA, Rumah Sakit namun saat ini Aisyiyah mempunyai Perguruan tinggi sendiri, Perguruan tinggi yang dimiliki organisasi petempuan pertama di Indonesia yang dikelola oleh kaum hawa. Saat ini kita tidak saja Muhammadiyah berkemajuan namun Aisyiyah pun juga berkemajuan dalam menghantarkan ummat lebih maju dan modern.

Oleh: Agung Willis

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال