Imam Hasan Khalifah Rasyidin yang Terakhir

Imam Hasan Khalifah Rasyidin yang Terakhir 

Prof. Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi menyebutkan bahwa Hasan bin Ali bin Abu Thalib merupakan cucu tercinta Nabi Muhammad SAW, bahkan Nabi memanggil Hasan dan Husein sebagai putranya Nabi Muhammad SAW. 

Imam Hasan lahir di bulan purnama beberapa hari setelah terjadinya Perang Badar. Nabi menyerukan azan ditelinganya bayi yang baru lahir tersebut. Pada hari ketujuh, Nabi mengadakan akikah dengan menyembalih seekor domba dan membagikannya sebagai tanda syukur atas lahirnya cucu  tercinta.

Awalnya Imam Ali memberikan namanya Harab namun Nabi menggantinya menjadi Hasan, sebuah nama yang belum pernah dikenal bangsa Arab waktu itu. Imam Hasan dan Imam Husein mewarisi kesempurnaan tubuh dari Imam Ali dan Nabi Muhammad SAW. 

Ketika Rasulullah wafat, Hasan baru berusia tujuh tahun dan tidak lama disusul wafatnya ibunda mereka yakni Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Imam Hasan dan Imam Husein belajar Alquran, tafsir dan hadis dari Imam Ali. 

Sampai usia dewasa, Imam Hasan dikenal sebagai orang yang jujur, suka damai dan cenderung menghindari perselisihan. Ciri-ciri perawakan Imam Hasan dan Imam Husein hampir sama yaitu tinggi sedang, berwajah lebar, tampan, putih agak kemerahan, rambut kepala yang berombak, janggutnya lebat dengan dada dan bahu yang bidang.

Imam Hasan Dipilih Menjadi Khalifah Oleh Penduduk Irak dan Persia

Imam Hasan bin Ali bin Abu Thalib dipilih dan dilantik sebagai Khalifah pada bulan Ramadan 40 Hijriah, setelah Imam Ali bin Abu Thalib dibunuh Abdurrahman bin Muljam. 

Umat Islam memilihnya menjadi Khalifah karena bapaknya tidak menentukan penggantinya. Setelah Imam Ali bin Abu Thalib wafat, Imam Hasan mensalati dan memakamkan di Kufah (Irak).

Orang yang pertama membaiat Imam Hasan adalah Qais bin Sa’ad. Imam Hasan berkata : “Demi Allah, aku hanya mau kalian baiat kalau kalian menuruti perkataanku. Jika aku berdamai maka kalian mesti ikut berdamai dan jika aku berperang maka kalian harus ikut berperang.”

Dalam riwayat Ibnu Sa’ad  disebutkan “Hasan mau dibaiat penduduk Irak dengan dua syarat yaitu mengakuinya sebagai Khalifah dan yang kedua mematuhinya dalam semua keputusan yang diambilnya.”

Imam Hasan mengetahui benar watak orang-orang kufah (Irak) yang buruk dan tidak setia kepada pemimpin mereka. Amirul Mukminin Imam Hasan bin Ali bin Abu Thalib pasca dibaiat menjadi Khalifah wilayah Hijaz, Yaman dan Irak menjadi Khalifah kurang lebih selama tujuh bulan. 

Pendapat lain mengatakan sekitar delapan atau enam bulan. Masa kekhalifahan Imam Hasan adalah bagian dari kekhalifahan Khulafaurasyidin karena masa pemerintahannya adalah penyempurna masa pemerintahan Khulafaurasyidin yang berlangsung selama 30 tahun seperti disebutkan dalam sabda Nabi dan setelah itu menjadi kerajaan.

Rasulullah SAW bersabda : “Kekhalifahan pada umatku berlangsung selama 30 tahun, kemudian setelah itu menjadi Kerajaan, (H.R At-Tirmidzi dan hadis ini hasan)”. Ibnu Katsir mengometari hadis ini di atas dengan mengatakan “Masa 30 tahun itu disempurnakan oleh Khalifah Imam Hasan bin Ali, karena ia menyerahkan jabatannya kepada Muawiyah pada rabiul awal 41 Hijriah."

Kaum Sunni meyakini kekhalifahan Imam Hasan bin Ali adalah Kekhalifahan yang sah dan bagian yang menjadi penggenap masa Kekahalifahan Nabi yang diberitakan Rasulullah SAW sesuai hadis yang telah disebutkan di atas.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال