Wasiat Syekh Abdul Qadir Al Jailani Pada Umat Islam

Wasiat Syekh Abdul Qadir Al Jailani pada umat Islam

KULIAHALISLAM.COM - Di antara sekian banyak warisan Syekh Abdul Qadir Al Jailani, salah salah satunya adalah wasiat-wasiatnya yang sampai kini dipelajari dan diamalkan umat. Tidak berlebihan, karena semua ajaran dan wasiat beliau sejalan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist, yang dikembangkan sesuai dengan akal pikirannya yang cemerlang dalam bertafakur.

Wasiat-wasiat ini sekarang banyak diajarkan namun dalam lingkup terbatas yaitu pada aliran Tarekat Al-Qadiriyah saja. Dengan begitu, masih banyak umat Islam yang sama sekali tidak mengenal wasiat tersebut. 

Wasiat-wasiat Syekh Abdul Qadir Al Jailani terdapat dalam bukunya yang berjudul “Futuhul Ghaib”, yang kemudian Ny. Kholilah Marhijanto merangkumnya dalam bukunya yang berjudul “80 Wasiat Syekh Abdul Qadir Al Jailani” yang diterbitkan oleh Tiga Dua Surabaya.

Wasiat Pertama Syekh Abdul Qadir Al Jailani

Syekh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan tiga hal yang harus dimiliki dan diamalkan oleh setiap mukmin yaitu seorang Mukmin harus menjaga dan melaksanakan perintah Allah SWT dengan tulus ikhlas, kemudian seorang mukmin harus menghindarkan diri dari segala yang haram baik yang nyata maupun samar dan seorang mukmin harus ridha menerima takdir Allah yang Maha Kuasa.

Wasiat Kedua Syekh Abdul Qadir Al Jailani

Sadarilah, sesungguhnya jika engkau telah menyadari bahwa kebaikanmu itu semata-mata atas kehendak dan anugrah Allah, maka janganlah sekali-kali engaku membanggakan daya dan amalmu. Jangan sombong atas kebaikan yang engkau lakukan itu. Begitu juga dengan penghindaran diri dari kemungkaran, janganlah bangga atas yang kau lakukan. 

Sebab tindakanmu menghindari barang mungkar itu adalah atas daya, kekuatan dan kehendak Allah, sehingga engkau digerakan menjauhi yang mungkar. Jalan terbaik bagimu adalah bersyukur dan memuji kepada Allah sebagai penolong dan penggerakmu baik dalam hal menuju kebaikan atau dalam hal menghindari kemungkaran. Apabila engkau tidak melakukannya , maka berarti dalam dirimu terjadi keburukan dan dosa.

Wasiat Ketiga Syekh Abdul Qadir Al Jailani

Ketahuilah ada empat jenis manusia. Jenis yang pertama ialah manusia yang tidak berlidah dan tidak berhati. Golongan atau jenis manusia ini termasuk manusia kebanyakan, yang bodoh dan hina. Mereka ini tidak pernah ingat Allah. Dalam diri mereka sama sekali tidak ada kebaikan. Mereka laksana sekam yang tidak mempunyai bobot berat apabila Allah tak mengasihinya.

Hati-hati dan waspadalah, jangan sampai dirimu menjadi seperti mereka. Sebab mereka adalah golongan manusia yang mendapat murka Allah dan calon penghuni Neraka. Golongan manusia yang kedua adalah golongan yang berlidah tetapi tidak punya hati, seringkali berbicara seperti orang bijak tetapi perbuatannya tidak bijak sama sekali.

Mereka getol menyeru orang untuk berbuat taat tetapi mereka sendiri jauh dari-Nya. Bila sendirian mereka laksana serigala yang berbusana. Rasulullah mengingatkan dalam sabdanya: “Hal yang mesti ditakuti, yang Aku takuti dan ditakuti pula oleh pengikut-pengikutku, ialah orang berilmu tetapi jahat.”

Manusia golongan ketiga adalah mereka yang mempunyai hati, tetapi tidak mempunyai lidah. Manusia yang masuk dalam golongan ini adalah manusia yang beruntung. Mereka senantiasa berhati-hati dan menjaga lisan. Ketahuilah bahwa mereka yang mempunyai hati tetapi tidak berlidah termasuk Wali Allah.

Manusia golongan yang keempat adalah golongan yang mendapatkan perhiasan kemuliaan. Orang yang termasuk dalam golongan ini memiliki pengetahuan tentang Allah, tentang tanda-tanda-Nya dan rahasia-Nya. Mereka ini menjadi perantara hamba dengan Allah. Golongan manusia ini adalah para Nabi.

Wasiat Keempat Syekh Abdul Qadir Al Jailani

Jika engakau melihat dunia ini di tangan mereka maka janganlah takjub. Dunia itu penuh dengan hiasan tetapi penuh dengan bisa/racun yang mematikan. Tampangnya lembut, tetapi membahayakan bagi yang merabanya. Dunia pada hakikatnya mengecoh mereka.

Maka terhadap dunia, jika engkau melihat situasi yang demikian itu maka berpalinglah dari kebusukannya. Tutuplah hidungmu dan telingamu dari suara hawa nafsu, walaupun segala kenikmatan yang tersimpan didalamya menghampirimu.

Wasiat Kelima Syekh Abdul Qadir Al Jailani

Bagi seorang mukmin, sesutau yang pertama dilakukan ialah menunaikan kewajiban. Jika kewajiban telah ditunaikan maka ia harus menunaikan yang sunnah. Jika seorang muslim menunaikan ibadah sunnah sedangkan yang wajib belum diamalkan maka yang demikian itu adalah sebuah kebodohan dan ibadah sunnahnya tidak diterima Allah bahkan menjadi hina.

Rasullulah pernah bersabda: “Ibarat yang menunaikan ibadah sunnah, padahal ia belum melaksanakan yang wajib maka seperti wanita hamil yang mengalami keguguran ketika melahirkan, dengan demikian ia tak menjadi seorang Ibu.”

Adapun ibadah kewajiban-kewajiban itu ialah menjauhkan diri dari segala sesuatu yang haram dan menyekutukan Allah dan abai terhadap ketentuan-ketentuan-Nya. Dan menjaga diri jangan sampai berpaling dari-Nya. Kemudian menunaikan perintah-perintah-Nya seperti rukun Islam dan rukun iman.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال