Qutaibah bin Muslim Penakluk Asia Tengah dan Daratan China

KULIAHALISLAM.COM - Nama Ayah Qutaibah adalah Muslim bin Amru sahabat dari Mush’ab bin Zubair gubernur Irak dari pihak Abdullah bin Zubair. 

Ayahnya terbunuh bersama dengan Mush’ab dalam peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, tahun 72 H. / 692 M. Qutaibah dilahirkan di Irak pada tahun 49 H. / 669 M.

Di masa kecilnya, Qutaibah mulai mempelajari ilmu fikih dan Alquran, kemudian ia juga belajar menunggang kuda dan strategi perang.

Selanjutnya Qutaibah bin Muslim bin Amru Al Bahili diangkat Gubernur daerah Khurasan. Qutaibah bin Muslim diangkat oleh Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi tahun 85 H. Setelah ia mencopot Al-Mufadhal bin Al-Muhallab. 

Qutaibah merupakan seorang pahlawan, pemberani, tegas, cerdas, dan kaya. Ia termasuk jenderal penakluk terbesar secara Islam secara umum dan sejarah Dinasti Umayyah secara khusus.

Dalam waktu sekitar sepuluh tahun, Qutaibah telah banyak menaklukan wilayah. Ibnu Katsir menyatakan bahwa:

“Melalui dirinya, Allah telah memberikan petunjuk kepada banyak sekali orang, hanya Allah yang mengetahui jumlah mereka.”

Qutaibah bin Muslim berhasil menyatukan barisan orang-orang Arab di bawah panji jihad. Wilayah penaklukannya mencakup Transoxiana kemudian menyeberangi Sungai Sihun (Syr Darya), wilayah Kashgar dan perbatasan China.

Menurut Prof. Dr. Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif (Guru Besar Sejarah Islam Universitas Al Azhar, Mesir) dalam bukunya “ Daulah Umayyah (edisi Indonesia : Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah, diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar)”, menyebutkan ada beberapa fase penaklukan yang dilakukan oleh Qutaibah bin Muslim.

Fase Pertama (86-87 H)

Sungai Jihun/Amu Darya. Sumber : elevation.maplogos.com


Pada fase pertama ini, wilayah Tokharistan ditaklukan. Tokharistan merupakan wilayah besar yang terletak di kedua sisi Sungai Jihun (Oxus/Amu Darya). Saat ini Tokharistan merupakan wilayah Uzbekistan, Tajikistan, dan Afghanistan, tetapi diakui sebagai satu kesatuan oleh Kekaisaran Tiongkok pada abad ke-7 dan abad ke-8 M. 

Sungai Jihun termasuk sungai yang dialirkan dari Surga. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, Ada empat sungai yang dialirkan dari surga, yaitu Sungai Eufrat, Nil, Saihan, dan Jaihan. (HR Ahmad No 7229, Abu Ya'la No 5788, dan al-Khatib). Dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah No. 112.


Dalam Tarikh Ath-Thabari disebutkan bahwa Tokharistan pertama kali ditaklukan oleh Al-Ahnaf bin Qais pada masa Khalifah Utsman bin Affan namun wilayah ini tidak kunjung kondusif.

Hal ini membuat Qutaibah menahklukan kembali daerah ini. Qutaibah bertemu para pembesar negeri Tokharistan dengan membawa hadiah-hadiah dan kunci dari Emas untuk diserahkan pada para mereka. 

Para Raja-Raja di Tokharistan seperti Raja Saganian, Raja Tisy Al-A’war menyerahkan wilayahnya kepada Qutaibah bin Muslim setelah diadakan perjanjian damai. 

Dalam Tarikh Ath-Thabari disebutkan bahwa ketika Qutaibah memasuki wilayah Balkh, ia diserang penduduknya namun berhasil ditaklukan Qutaibah. 

Tokharistan telah tunduk baik dengan suka rela ataupun dengan perjanjian damai setelah pertempuran yang tidak seberapa. 

Fase Kedua (87-90 H)

Peninggalan kejayaan Islam di Bukhara


Dalam fase kedua ini, Qutaibah bin Muslim menaklukan wilayah Bukhara. Kota pertama yang diserang Qutaibah adalah Kota Samarkand.  Ketika Qutaibah menyerang Bukhara, ia meminta bantuan kepada wilayah-wilayah disekitarnya. Berbulan-bulan lamanya, Qutaibah dan kaum muslimin bertempur dan Allah memberikan kesabaran kepada kaum Muslimin.

Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi merasa kasihan kepada pasukan kaum Muslimin, ia kemudian memerintahkan orang-orang berdo'a di Masjid. Qutaibah mengalami kesulitan menaklukan Bukhara karena Kerajaan Ferghana dan Ash-Shaghad melakukan persekutuan dengan putera saudari Kaisar China yaitu Kurmagayun yang mengumpulkan dua ratus ribu orang pasukan tempur.

Namun Allah menolong Qutaibah bin Muslim dan pasukannya sehingga mampu mengalahkan persekongkolan mereka. Namun Rajanya bernama Wardan Khadzah menghadang Qutaibah dibantu Turki dan penduduk Ash-Shaghad sehingga Qutaibah belum mampu menaklukan Bukhara. 

Al-Hajjaj bin Yusuf akhirnya mengirimkan pasukan bantuan kepada Qutaibah. Akhirnya Qutaibah berhasil memenangkan pertempuran dan menguasai Bukhara dalam waktu tiga tahun.

Fase Ketiga (90-93 H)

Pada fase ketiga ini Qutaibah mampu menancapkan kekuasaan Islam di wilayah Delta Sungai Jihun (Oxus/Amu Darya), dan puncaknya, Qutaibah mampu menguasai  kota Samarkand, kota terbesar wilayah penduduk Ash-Shaghad. Raja Ash-Shaghad meminta damai kepada Qutaibah dan Qutaibah menerima permintaan damai itu.

Pada tahun 91 H. Qutaibah kembali menaklukan raja-raja negeri Tokharistan dan negeri Sijistan setelah mereka mengkhianati perjanjian damai yang telah disepakati sebelumnya dengan Qutaibah bin Muslim. 

Tahun 92 H. Qutaibah menyerang wilayah Sijistan Utara. Serangan ini untuk memberikan pelajaran kepada Raja Ratbil penguasa wilayah Sijistan yang bergabung dengan Tokharistan untuk menyerang kaum Muslimin.

Setelah Qutaibah menaklukan wilayah Sijistan, ia mengangkat Abdurabbih bin Abdullah bin Umair Al-Laitsi untuk memimpin Sijistan. Mengenai daerah Sijistan, ada satu Hadis Nabi yang menyebutkannya, yaitu Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Bakrah berkata: 

"Abu Bakrah menulis surat untuk anaknya yang berada di Sijistan : Jangan kamu memberi keputusan untuk dua orang yang sedang bertikai sementara kamu sedang marah, karena Aku mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda : Jangan seseorang mengadili dua orang bertikai sementara ia dalam kedaan marah", (H.R Bukhari). 

Sijistan adalah nama negeri yang hilang dan para pakar berbeda pendapat dimana letaknya, ada yang berendapat Sijistan adalah wilayah barat daya Afganistan.

Selanjutnya, pada tahun 93 H. Qutaibah menaklukan Khwarezmia dengan damai tanpa pertempuran. Wilayah Kekaisaran Khwarezmia saat ini meliputi Laut Aral, dan Iran. 

Kaisar Khwarezmia sepuluh ribu barang berharga dan memberikan kunci kota pada Qutaibah bin Muslim. Setelah itu, Qutaibah bin Muslim juga berhasil menaklukan wilayah Samarkand yang merupakan kota terbesar di wilayah Transoxiana. 

Qutaibah membangun Masjid di Samarkand, kemudian Shalat dan berkhotbah. Qutaibah juga menghancurkan berhala-berhala di Samarkand dengan cara membakarnya sambil mengumandangkan Takbir.

Penaklukan Kekaisaran China


Prof. Ahmad Syalabi dalam bukunya “ Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid II” menyebutkan bahwa  serangan Qutaibah bin Muslim dimulai sejak masa Khalifah Al Walid bin Abdul Malik sampai masa Khalifah Sulaiman pada era Dinasti Umayyah. 

Dalam masa itu, Qutaibah berhasil menaklukan seluruh negeri-negeri yang terletak di antara Sungai Jihun yang masuk dalam wilayah Transoxiana.

Peta wilayah Transoxiana

Qutaibah juga penduduknya masuk Islam dan meninggalkan menyembah Berhala. Selanjutnya, Qutaibah bin Muslim menuju daerah China untuk ditaklukan. Namun dalam perjalanan Qutaibah berselisih dengan Khalifah Sulaiman sehingga Qutaibah hanya mampu menaklukan disekitar wilayah perbatasan dengan Kekaisaran China. 

Diriwayatkan Ath-Thabari bahwa Kaisar China pernah mengirimkan surat kepada Qutaibah untuk mengirimkan orang terbaik dari kaum Muslimin untuk menemuinya. 

Maka dikirimlah dua belas orang utusan yang dipimpin oleh Hubairah bin Al-Masymaraj Al-Qilabi. Ketika Kaisar China bertemu utusan itu maka Kaisar China mengancam untuk menghancurkan kaum Muslimin jika berani memasuki wilayah China. 

Hubairah kemudian berkata bahwa tidak akan takut pada ancamannya dan siap untuk bertempur. Perkataan Hubairah membuat Kaisar China ingin berdamai dengan kaum Muslimin dan ia memberikan hadiah berupa wadah dari emas, sutera, jizyah, dan mengirimkan tanah dari negerinya agar diinjak Qutaibah sebagai simbol perdamian


Wilayah perbatasan China yang dulu ditaklukan Qutaibah bin Muslim kini sudah masuk ke dalam wilayah negara Republik China setelah wilayah kota Xianjiang yang dihuni muslim Uighur dapat dikuasainya.


Dan Uni Soviet juga menaklukan negeri  dan wilayah Bukhara, Samarkand walaupun akhirnya menjadi negara merdeka di bawah federasi Rusia. 

Baik wilayah perbatasan China yang pernah ditaklukan Qutaibah dan wilayah Asia Tengah lainnya dulu menjadi negara bernama Turkistan namun Turkistan pusat peradaban Islam di Asia Tengah tinggal kenangan dan menjadi negara yang hilang.

Akhir dari Perjuangan Qutaibah bin Muslim

Setelah Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik wafat dan digantikan saudaranya Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H). 

Hubungan antara Qutaibah dengan Khalifah Sulaiman tidak bagus karena Qutaibah pernah menyarankan pada Al-Walid untuk mencopot saudaranya itu sebagai putra mahkota dan mengangkat putranya bernama Abdul Aziz bin Al Walid sebagai putra mahkota.

Qutaibah menaruh curiga pada Khalifah Sulaiman, ia akan mencopot Qutaibah. Padahal Khalifah Sulaiman telah mengirim surat kepada Qutaibah untuk mengangkatnya sebagai Gubernur wilayah Khurasan.

Sebelum surat sampai, Qutaibah mengambil keputusan untuk melakukan pembangkangan pada Khalifah Sulaiman sehingga orang menjadi marah pada Qutaibah karena sikapnya dan akhirnya Ia pun terbunuh oleh pasukannya sendiri yang memberontak padanya.

Ibnu Katsir mengatakan bahwa walau ia telah melakukan kesalahan karena mengambil sikap yang terburu-buru, tetapi Qutaibah telah melakukan amal saleh yang karenanya semoga Allah melebur kesalahannya dan menerima amalan yang dilakukannya berupa menumpas para musuh.

Bagimanapun umat Islam telah kehilangan salah satu putra terbaiknya. Nama Qutaibah bin Musim akan tetap bersinar dalam sejarah umat Islam. Qutaibah telah memberikan sumbangsi yang besar pada dunia Islam. 

Ia telah menggabungkan kota Bukhara, Samarkand, Termez dan wilayah lainnya sehingga menjadi pusat peradaban Islam dan untuk menanamkan Islam di Asia Tengah. 

Setelah penaklukan yang dilakukan Qutaibah di masa Dinasti Umayyah, tidak pernah ada lagi penaklukan umat Muslim di wilayah Asia Tengah. Mari perkenalkan sejarah Qutaibah ini pada generasi muslim abad 21 ini.


Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال