Tasawuf Esoteris Ronggowarsito Pujangga Jawa Menurut Alwi Shibab

Tasawuf esoteris Ronggowarsito pujangga Jawa menurut Alwi Shihab

KULIAHALISLAM.COM - Menurut Prof. Alwi Shihab, tasawuf berdiri atas dua titik ekstrem. Tasawuf ortodoks yang berorientasi syariat (esoteris) dan tasawuf heterodoks teosofi yang berorientasi pada mistik dan filsafat (esoteris).

Tasawuf Jawa menurut Prof. Alwi Shihab pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam kelompok tasawuf filsafat-esoteris Islam. Sebagai bukti dalam ajaran tasawuf Jawa kita dapat menelusuri pokok-pokok pikiran esoteris dari sebagian sufi-sufi besar Islam beraliran filsafat. 

Perbedaan pandangan antara Syekh Siti Jenar sang pelopor tasawuf Jawa yang beraliran filsafat dengan Wali Songo (pelopor aliran tasawuf ortodoks), kita dapati pula kesamaannya dalam sejarah perkembangan tasawuf Islam di Timur Tengah.

Nasib Al Hallaj yang dinyatakan menyimpang oleh para Ulama, hidupnya tragis sama dengan Syekh Siti Jenar. Tragedi berdarah ini menggambarkan betapa dalamya antagonisme antara ortodoksi dan heterodoksi dalam tasawuf Islam.

Walaupun sebagaian Ulama seperti Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, dan Muhammad ibn Abdul Wahab mengecam kategori tasawuf ini. Dengan adanya alasan penyimpangan dalam praktik ajaran, namun mereka tidak menggolongkan kategori ini sempalan sesat yang berada di luar garis Islam.

Ibnu Taimiyah misalnya dalam kritiknya terhadap pandangan tasawuf Ibnu Arabi (pelopor tasawuf filsafat esoteris) tidak menamakannya sebagai orang fasik, namun terhadap murid Ibnu Arabi bernama Al Tilmisany. Ibnu Taimiyah menundingnya sebagai orang yang sesat dan menyesatkan.

Tasawuf Esoteris Ronggowarsito Pujangga Jawa dalam Catatan Alwi Shihab

Ronggowarsito pujangga Jawa (Sumber gambar : okezone.com)

Ronggowarsito, yang nama aslinya Bagus Burhan, lahir pada tahun 1802 M. Pada masa remajanya, beliau pernah berguru kepada seorang Ulama besar, Kiai Hasan Basri. Karya-karyanya dalam bidang tasawuf Jawa sampai hari ini menjadi rujukan banyak orang. Beliau wafat pada tahun 1873 M.

Serat Hidayat Jati (Sumber gambar : kaskus.co.id)

Dalam bagian pertama yang merupakan pengantar bukunya “Serat Hidayat Jati”, Ronggowarsito secara eksplisit menyatakan bahwa kandungan ajaran yang dituangkan dalam buku tersebut, semata bersumber dari firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan selanjutanya dibisikan kepada telinga Imam Ali bin Abi Thalib.

Ajaran-ajaran tersebut tidak lain adalah ajaran spiritual sejati yang terdiri dari delapan pokok masalah yang dikumpulkan dari delapan wali-wali besar Jawa. Masalah-masalah yang dibahas dalam buku ini merupakan tema-tema sentral yang digeluti oleh para Sufi esoteris Islam terdahulu. Seperti Abu Yazid al-Busthami, Al-Hallaj, Ibnu Arabi, Ibnu Sab'in, Al-Suhrawardi. Al-Jili dan Burhampuri (Penagarang teks Martabat Tujuh).

Ronggowarsito dalam bukunya tersebut mengangkat isu-isu metafisik yang tidak mudah dicerna. Beliau menampakan keberanian dalam menjelajah alam spiritual yang mistik dengan kearifannya. Isu-isu yang dijelajahi antara lain menyangkut wujud, sifat dan dzat Allah sebagaimana Ia (Tuhan) dalam melukiskan diri-Nya.

Dismping itu terdapat pula ajaran-ajaran penting tentang upaya untuk mengukuhkan keimanan manusia kepada Allah. Bahasa yang digunakannya dalam menyingkap tabir pertalian batin manusia dengan Allah penuh dengan simbol metafor.

Ronggowarsito juga menulis bahwa syahadat atau kesaksian bahwa Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusan Allah, adalah sarana utama untuk mempertebal keimanan seseorang kepada Yang Maha Kuasa. Yang perlu digaris bawahi dari kandungan “Serat Hidayat Jati” ini adalah bagian penutupannya.

Ronggowarsito secara jelas menyatakan tiga hal penting yang oleh penulis dianggap sebagai suatu indikator kuat terjalinnya ikatan kokoh antara ajaran tasawuf Jawa yang tercermin pada karya Ronggowarsito ini dengan tasawuf Islam.

Yang pertama adalah anjuran Ronggowarsito untuk membatasi penyampaian kandungan ajarannya hanya pada mereka yang memiliki sarana serta kemampuan khusus untuk mencernanya. Karena menurut Pujangga ini banyak persoalan yang tersurat apalagi yang tersirat yang disinggung dalam buku ini tidak sesuai dengan tingkat pemahaman orang-orang  biasa.

Ronggowarsito bahkan mengingatkan para pembacanya bahwa tidak mustahil ajaran-ajarannya ini akan dipahami secara keliru sehingga dapat menganggu ketenangan pemikiran serta keimanan orang awam. 

Dengan kata lain Ronggowarsito ingin menegaskan bahwa ajaran-ajaran tersebut hanya diperuntukan bagi mereka yang siap secara spiritual untuk menerimanya.

Wasiat kedua, Ronggowarsito yang ditekankan pada akhir bukunya ialah agar penerima ajaran-ajaran ini meneliti kandungannya secara hati-hati, karena sangat mungkin dalam pengumpulan bahan terdapat kekurangan dan kekeliruan yang dilakukannya dalam hal terjemahan teks-teks yang berbahasa Arab. Oleh karena itu, kata Ronggowarsito, hendaknya kekeliruan tersebut dapat diluruskan dan diperbaiki.

Tasawuf Ronggowarsito dan Imam Al Ghazali

Wasiat Ronggowarsito ini sejalan dengan peringatan Sufi besar Imam Al Ghazali kepada umat Islam untuk berhati-hati dalam berinteraksi dengan tasawuf esoteris Islam. 

Imam Al Ghazali yang tidak asing bagi kita adalah seorang Sufi Islam yang secara sistematis telah membedah anatomi tasawuf dan menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Alqur’an dan Sunnah.

Menurut Imam Al Ghazali, sebagian ajaran tasawuf yang diungkapkan para Sufi terkadang tidak dimengerti oleh orang yang tidak memiliki kemampuan spiritual yang luar biasa. Karena, kata Imam Al Ghazali, rahasia-rahasia Tuhan yang dianugerahkan kepada para Sufi hanya dapat diungkapkan dalam bahasa simbolik.

Imam Al Ghazali selanjutnya menganjurkan para Sufi untuk sebaiknya menyimpan rahasia-rahasia Tuhan tersebut dalam hatinya. Karena adalah hal yang sangat tidak bijaksana bagi para Sufi untuk menyingkap rahasia-rahasia Tuhan kepada mereka yang tidak berkepentingan.

Kepada orang awam atau mereka yang tidak terlibat dalam penjelajahan spritual tasawuf dianjurkan Imam Al Ghazali untuk menghindarkan diri dari arena tasawuf esoteris yang penuh misteri. Pada mereka juga dianjurkan untuk membatasi diri pada pendalaman dan penghayatan syariat secara jelas.

Dari wasiat-wasiat Ronggowarsito tersebut di atas karenanya adalah tanggung jawab para ahli disiplin ilmu tasawuf dan para Ulama untuk menelaah ulang kandungan ajaran Ronggowarsito. Satu hal yang dapat disepakati adalah ajaran Ronggowarsito tersebut bersumber dari Islam. 

Namun tidak terlepas kemungkinan adanya keliruan yang disinyalir oleh penulisnya. Untuk itu marilah kita lestarikan budaya bangsa kita untuk menerimannya yang benar dan meluruskan yang keliru dalam semangat persudaraan.

Sumber : Prof. Alwi Shihab dalam bukunya Islam Inklusif, terbitan Mizan.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال