Dakwah Pembebasan : Panggilan Profetik Kenabian yang Bersolidaritas Terhadap Kaum Miskin


KULIAHALISLAM.COM - Dakwah pembebasan sebagai panggilan profetik kenabian yang bersolidaritas terhadap kaum miskin dan tertindas. Untuk itu dibutuhkan metode dakwah yang tidak sekadar berkutat dalam hal doktrinasi belaka.

Dakwah Pembebasan : Panggilan Profetik Kenabian yang Bersolidaritas Terhadap Kaum Miskin dan Tertindas (Immawan Naufal Afif)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah orang miskin di Indonesia pada Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang. Jumlah itu membuat tingkat kemiskinan mencapai 10,14 persen dari total populasi nasional. Jika dibandingkan pada Maret 2020, jumlah penduduk miskin meningkat 0,36 persen atau naik 1,12 juta orang.

Tentu angka-angka diatas masih dapat memperdebatkan, karena Badan Pusat Statistik (BPS) Menjadikan indikator dapat dikatakan miskin adalah menggunakan garis kemiskinan sebesar Rp 387.160 per kapita per bulan. Sementara itu, garis kemiskinan Bank Dunia adalah sebesar USD 1,9 per hari, atau setara Rp 775.200 per bulan (kurs 13.600). tentu standar ini bagi sebagian orang masih terlalu rendah.

Terlepas dari data diatas, kemiskinan dan tekanan akan kebutuhan hidup dewasa ini semakin meningkat, kemiskinan yang sedari dulu besar meningkat tajam akibat dari dampak pandemi yang telah berlangsung dua tahun ini. Akibatnya muncul perilaku menyimpang dan masalah sosial, ngemplang hutang, mencuri, jual organ, jual diri, bahkan sampai bunuh diri terjadi sebagai akibat dari tekanan hidup yang dirasa sudah terlalu berat. 

Dakwah Pembebasan Profetik Kenabian

Untuk itu dibutuhkan metode dakwah yang tidak sekadar berkutat dalam hal doktrinasi belaka, namun dakwah yang dimaknai sebagai usaha untuk melakukan pembebasan dari beban akan masalah-masalah keduniawian. Maka dari itu kegiatan dakwah harus memperhatikan segala lini kehidupan dan bersifat holistik.

Dakwah bertujuan untuk menghadirkan wajah Islam sebagai agama rahmatan lil alamin yang kehadirannya dimaknai sebagai pembawa kedamaian dan ketentraman, sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat. Seorang dai tidak boleh membiarkan umatnya kelaparan, namun harus mampu melakukan transformasi dari pemaknaan teologi keimanan menuju tindakan nyata.

“Dan tidaklah Kami utus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam” (Q.S. Al Anbiya 21: 107)

Naufal Afif dalam bukunya Jalan Dakwah mendefinisikan dakwah sebagai kegiatan seruan, panggilan dan ajakan kepada manusia untuk kembali menuju jalan yang diridhoi Allah. Lebih dari itu Saifuddin Anshari mendefinisikan dakwah secara lebih luas sebagai satu aktivitas yang mengubah satu situasi kepada situasi lain yang lebih baik menurut ajaran Islam. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dakwah sama artinya dengan aktivitas intervensi untuk melakukan transformasi sosial.

Dakwah pembebasan merupakan salah satu strategi dakwah yang dapat digunakan di era dimana masih banyaknya orang yang tidak berdaya menghadapi desakan kebutuhan hidup. Maka kiranya sangat perlu dikembangkan cara-cara dakwah yang lebih menguntungkan, efektif dan efisien sesuai kondisi masyarakat yang dihadapi hari ini.

Dakwah pembebasan mempunyai hubungan dengan konsep teologi pembebasan. Teolog pembebasan muncul karena teologi terjebak pada teologi tradisional yang melihat agama hanya sebatas pada persoalan Tuhan dan ibadah (transendental) yang sifatnya personal. Seraya menjadikan agama yang meninabobokkan dan tidak punya dampak bagi perubahan lingkungan sosial.

Teologi Pembebasan 

Teologi pembebasan adalah cara berteologi yang berasal dari refleksi iman di tengah realitas yang konkrit, yakni teologi yang memperhatikan nasib dan solider kepada mereka yang menderita, mendapatkan ketidakadilan, miskin, ditindas dan menjadi korban. 

Teologi pembebasan adalah agama yang berusaha mentransformasikan dunia gelap menuju dunia terang benderang. Teologi pembebasan adalah suatu usaha kontekstualisasi ajaran dan nilai keagamaan pada masalah kongkret di sekitarnya. Teologi pembebasan lahir sebagai respons terhadap situasi ekonomi dan politik yang dinilai menyengsarakan rakyat. 

Akhirnya, dari teologi ini lahirlah para penyeru yang terlibat dalam perenungan-perenungan keagamaan yang memperhatikan kondisi sosial masyarakat. Dan mereka peka terhadap panggilan profetik kenabian yang bersolidaritas terhadap kaum miskin dan tertindas.

Oleh : Naufal Abdul Afif (Penulis adalah Alumni Latihan Instruktur Dasar PC IMM Sukoharjo dan aktif menjadi penulis di Wabsite Kuliah Al-Islam)

Naufal Afif

Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال