Mazhab Ibadiyah di Kesultanan Oman dan Afrika


Sultan Oman yang wafat Januari 2020

Mazhab Ibadiyah di Kesultanan Oman - Kesultanan Oman merupakan negara monarki di sebelah tenggara semenanjung Arabia, berbatasan dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yaman, dan Laut Arab. Ibukota Muskat. Agama Islam (86%), satuan mata uang Riyal dan bahasa resmi adalah Arab. 

Kepala negara dan pemimpin pemerintahan adalah Sultan, yang juga bertindak sebagai Menteri Luar Negeri dan Pertahanan serta mengetuai kabinet.

Oman tidak memiliki konstitusi, dewan legislatif, dan partai politik. Sistem hukumnya didasarkan pada syariat. Para hakim dan Gubernur diangkat oleh Sultan. Ekonomi Oman mengandalkan ekspor minyak karena Oman negara yang tanahnya berbatu-batu dan berpasir tetapi mengandung banyak minyak bumi. 

Industri mencakup pengelolahan ikan sarden, hiu, dan minyak ikan. Pertambangan menghasilkan minyak, gas alam, tembaga, krom, abses, marmer, batu gamping, mangan, dan besi.

Masuknya Islam ke Oman

Masuknya Islam di negara Oman
Pada tahun 630 , Nabi Muhammad SAW mengutus Amr bin Ash datang ke Oman untuk berdakwah. Amr bin Ash dan kaum muslimin berhasil mengusir Persia di Oman dan menjadikan Oman menjadi Arab muslim. 

Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, Oman tenang dan damai di bawah kontrol Gubernur Bahrain. Orang Arab muslim Oman memainkan peranan penting dalam menaklukan Persia dan bagian barat India. Tokohnya yang terkenal adalah Muhallab bin Abi Sufra. Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah tidak pernah berhasil menguasai Oman.

Mazhab Ibadiyah dalam Al Milal Wa Al Nihal

 Al Milal Wa Al Nihal

Mazhab Al Ibadiyah merupakan bagian dari golongan Khawarij. Oman dikuasai golongan Khawarij sejak tahun 684 M. Imam Asy Syahrastani (ulama, sejarawan dan tokoh perbandingan agama abad IV H.) Dalam bukunya Al Milal Wa Al Nihal memasukan Al Ibadiyah ke dalam golongan Khawarij. 

Al Ibadiyah tidak mengakui Kekhalifahan Utsman bin Affan namun mereka tidak ikut memberontak pada Utsman bin Affan. Kelompok ini juga tidak mendukung pemerintahan Ali bin Abi Thalib maupun Muawiyah.

Pemikiran Al Ibadiyah sendiri diambil dari pemikiran Jabir bin Zaid namun nama Al Ibadiyah diambil dari Abdullah ibn Ibadh yang memberontak pada pemerintahan Daulah Umayyah dimasa Khalifah Marwan bin Muhammad.

Abdullah ibn Ibadh tewas dalam pertempuran di desa Tabalah ditangan Abdullah ibn Muhammad ibn Athiyyah. Tahun 794 golongan Al Ibadiyah memilih Muhammad bin Abdullah bin Abi Affan sebagai Imam dan mereka membentuk Imamah di Oman. 

Imam Asy Syahrastani menyebutkan, pengikut Al Ibadiyah meyakini orang Islam yang menyalahi ajaran mereka dihukumi kafir namun bukan kafir musyrik, karena itu masih diperbolehkan menikahi wanitanya, boleh saling mewarisi dan diharamkan membunuh dan menawan terkecuali jika terjadi peperangan.

Menurut kelompok ini, negara yang dihuni umat Islam yang tidak sependapat dengan mereka dianggap negara yang berKetuhanan. Mereka membolehkan menerima persaksian orang yang bukan golongan mereka dan orang yang melakukan dosa besar dianggap ahli tauhid tetapi bukan mukmin.

Mereka tidak menamakan pemimpin mereka Amirul Mukminin dan juga tidak menamakan diri mereka Mujahirin. Sebagian mereka mengatakan, semua perintah Allah berlaku umum karena di dalam Alqur’an tidak diterangkan hanya ditujukan kepada kelompok khusus. Mereka berpendapat bahwa Mukjizat bukan tanda Kerasulan. 

Menurut mereka, siapa yang mengakui Kenabian Muhammad SAW dinamakan Ahlu Kitab sekalipun ia tidak memeluk agama Islam dan orang yang melaksanakan ajaran Alqur’an termasuk mukmin dan yang tidak melaksanakannya dinamakan kafir musyrik. Semua dosa besar dan dosa kecil adalah syirik. 

Aliran-Aliran Al Ibadiyah

Al Ibadiyah terbagai lagi menjadi sejumlah aliran diantaranya kelompok Al Hariziyah yang pemikirannya lebih condong kepada Mazhab Muktazilah. Al Hariziyah berkeyakinan bahwa ketaatan tidak menyelamatkan manusia dari siksa Allah. 

Ada juga Al Ibadiyah beraliran Al Yazidiyah yang mengikuti pemikiran Yasid ibn Anisah. 
Al Yazidiyah berpendapat bahwa Allah akan mengutus seorang Rasul dari orang yang bukan bangsa Arab, kalau Rasul itu sudah turun maka syariat Nabi Muhammad SAW akan ditinggalkan dan agama baru akan muncul bernama agama Sa’ibah. 

Selanjutnya ada aliran kelompok Al Hafsiyah yang didirikan Hafas ibn Abi Al Muqadam. Kelompok ini berpandangan bahwa siapa yang kenal kepada Allah  kemudian kafir kepada selain Allah atau melakukan dosa besar maka ia dianggap kafir tetapi selamat dari syirik.

Pada saat ini Al Ibadiyah menjadi mazhab resmi di Kesultanan Oman dan Mazhab ini dianut sebagian kecil umat muslim di Afrika Utara. Mazhab Al Ibadiyah dianggap juga sebagai Khawarij moderat karena mereka saat ini tidak mau memerangi mazhab Sunni maupun Syiah. Kesultanan Oman berdiri setelah Oman merdeka dari jajahan Portugis, Belanda, Prancis, dan Inggris. 

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال