Gus Baha Ulama Karismatik Menyejukkan dan Menyatukan Umat

KH. Bahauddin bin Kiai Nursalim atau biasa disapa dengan sebutan Gus Baha (Sumber gambar : Uloom.id) 

KULIAHALISLAM.COM - Sudah tidak asing bagi kita dengan sosok Kiai Alim asal Rembang ini, Videonya tersebar luas di YouTube, Facebook dan banyak sosial media lain. Sosok Gus Baha yang sederhana dan karismatik membuat banyak masyarakat jatuh hati. 

Tak cuma alim, metode penyampaian kajian yang sederhana dan penuh canda tawa membuat para pendengar tidak merasa bosan untuk selalu mengikuti ceramah-ceramah beliau. KH. Bahauddin bin Kiai Nursalim, atau dikenal sebagai Gus Baha, lahir di Rembang 29 September 1970 (usia 51 tahun). 

Beliau dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang hafal Alqur'an sekaligus memiliki pengetahuan mendalam seputar Alqur'an. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair yang dikenal sangat fakih.

Dalam setiap ceramahnya Gus Baha' selalu menekankan pentingnya bertauhid dengan benar, pentingnya tholabul Ilmi dan ma'rifat kepada Allah dan Rasulnya. Gus Baha selalu menyampaikan wejangan yang membuat hati pendengarnya tersadar dan ingin segera beramal. 

Bukan ceramah yang ta'ashub kepada suatu kelompok tertentu dan menyudutkan kelompok yang lain. Ia tidak ingin terjadi perpecahan dalam diri umat Islam. 

Bahkan dalam satu kesempatan Gus Baha menyatakan dengan sangat terang, jika diminta memilih mengikuti suatu jama'ah dalam konteks Indonesia, ia hanya akan memilih NU atau Muhammadiyah, logika sederhananya akan lebih mudah mempersatukan dua ormas besar yang memiliki latar belakang guru yang sama. 

Ketimbang setiap ada perbedaan pendapat membuat suatu ormas baru. Jika demikian maka akan lahir ormas ketiga, keempat, kelima dan seterusnya, dan ini bukan semakin mempersatukan tapi semakin memperlebar perbedaan dan perpecahan.

Maka dari itu, Gus Baha' tidak pernah mempermasalahkan perbedaan yang ada diantara NU dan Muhammadiyah, karena beliau sangat tahu bahwa NU dan Muhammadiyah adalah dua ormas penyangga kebinekaan di Indonesia. 

Jika meminjam istilah Sekretaris umum PP Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu'ti mengatakan bahwa NU dan Muhammadiyah adalah bagaikan sebuah sandal, yang mana kita tahu bahwa sandal itu tidak berfungsi jika hanya satu saja. Maka bisa disimpulkan bahwa kehadiran kedua ormas tersebut saling melengkapi satu dengan yang lain.

Akhirnya jika para ulama di Nusantara ini sadar pentingnya persatuan dan kesatuan, budaya saling menghormati dan mencintai saudaranya, maka InsyaAllah tidak lama lagi Islam ini akan jaya. 

Sebagaimana dahulu KH. Hasyim Asy'ari memuji KH. Ahmad Dahlan dengan mengatakan bahwa beliau orang yang cerdas dan berilmu. Dan hari ini persatuan dari ulama kita sudah mulai terlihat kembali. Ustaz Adi Hidayat pernah dalam ceramahnya memuji Gus Baha, begitu pula Ustaz Abdul Somad juga pernah memuji Ustaz Adi Hidayat.

Semoga kita sebagai awam dapat meneladani sikap ulama-ulama kita yang sudah mencontohkan banyak hal baik kepada kita. Dan semoga persatuan Islam di Indonesia ini segera dapat terealisasi.

Oleh : Naufal Abdul Afif (Alumni Pondok Modern Darul Arqam Patean Kendal Jawa tengah)

Naufal Afif

Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال