Yerusalem di Bawah Khilafah Turki Utsmaniyah

KULIAHALISLAM.COM - Yerusalem di bawah Khilafah Turki Utsmaniyah. Penduduk Yerusalem menyambut gembira kekuasaan Utsmaniyah. Utsmaniyah telah berpengalaman membangun kemaharajaan dan membuat pemerintahan yang kuat dan tersentralisasi di Yerusalem.
 
Yerusalem di bawah khilafah Turki Utsmani

Nasib Yerusalem meningkat secara dramatis di bawah kekuasaan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M). Beliau berperang di Eropa, memperluas kekhalifahannya ke arah Barat dan kemudian berkonsentrasi pada pembangunan dalam negeri (lihat: https://www.kuliahalislam.com/2021/10/Khalifah-turki-penakluk-eropa-sulaiman-al-qanuni-dan-Khairudin-Barbarossa.html?m=1).

Di bawah Sultan Sulaiman, kekhalifahan Utsmaniyah mengalami kebangkitan kultural dan Yerusalem menjadi salah satu perhatiannya. Wajar jika perang dengan Turki membangkitkan kembali kebencian terhadap Islam.

Ilustrasi Sultan Sulaiman Al-Qanuni (Gambar : Liputan6.com)

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Sultan Sulaiman Al-Qanuni bermimpi berjumpa Nabi Muhammad SAW yang memerintahkannya untuk memperhatikan pertahanan Yerusalem. 

Pada tahun 1536, Sultan Sulaiman memerintahkan agar tembok kota dibangun kembali. Itu adalah sebuah proyek raksasa, melibatkan dana yang besar dan keterampilan yang  hebat.

Tembok yang nengelilingi Yerusalem 
(Gambar : SuaraPalestina.com)

Tembok kota yang mengelilingi Yerusalem masih berdiri hingga hari ini, memiliki panjang sekitar tiga kilometer dan tinggi dua belas meter. 

Tembok kota itu mengelilingi seluruh kota dan mencakup tiga puluh empat menara dan tujuh gerbang masuk. Arsitek istana yang tersohor di balik pembangunan itu adalah Sinan Aga

Sinan Aga secara peribadi membangun desain gerbang Damaskus di Utara Kota. Ketika tembok itu selesai pada 1541, Yerusalem terlindungi secara layak untuk pertama kalinya dalam tiga ratus tahun lebih.

Sultan Sulaiman juga mengucurkan banyak dana untuk membangun sistem pengairan Yerusalem. Enam air mancur di bangun di kota itu, dilakukan banyak penggalian untuk membuat kanal-kanal dan kolam-kolam dan kolam Sultan di barat daya kota.

Untuk lebih memperkuat Yerusalem, Sultan Sulaiman berusaha membujuk rakyatnya untuk tinggal di sana, terutama para pengungsi Yahudi yang menetap di Kekhalifahan Utsmaniyah setelah terusir dari Spanyol Kristen pada tahun 1492 M. 

Gambar : BBC.com

Pada tahun 1533 M, terdapat sekitar 13.384 penduduk. Komunitas Yahudi dan Kristen berjumlah masing-masing 1.650 jiwa. Mayoritas Muslim adalah orang Arab dari Suni.

Kota Yerusalem kembali mengalami kemakmuran. Sultan Sulaiman memperindah kawasan Masjidil Aqsa. Beliau melapisi Masjid Kubah Batu (Dome of Rock) dengan marmer.
Roxelana Sultan (Gambar : Republika.co.id)

Istri Sultan Sulaiman dari Rusia yaitu Roxelana membangun rumah singgah di Yerusalem yang berisi Masjid, madrasah, penginapan, dan dapur yang menyediakan makanan gratis untuk para Ulama, Sufi, dan orang miskin.

Komunitas Yahudi sangat meningkat di Yerusalem bahkan David Dei Rossi mencatat bahwa Yahudi bahkan menduduki jabatan pemerintahan, sesuatu yang tidak terbayangkan di Eropa. 

David Dei Rossi berkata “Di sini kita hidup bukan di tanah buangan. Di sini orang yang ditunjuk mengurus beacukai adalah Yahudi, tidak ada pajak khusus untuk yahudi, Khilafah Utsmaniyah tidak menerapkan secara ketat hukum syariah terhadap Yahudi, pengadilan melindungi orang-orang yahudi”. Hal yang tidak terlihat saat ini ketika zionis Israel menguasai Palestina.

Tembok Ratapan

Umat Yahudi tidak pernah menunjukan ketertarikan dengan tembok ini. Pada masa Herodes, tembok ratapan atau tembok barat menjadi bagian dari sebuah pusat perbelanjaan dan tidak mempunyai makna penting bagi agama Yahudi. 

Pengunjung tembok ratapan Yerusalem

Para peziarah Yahudi berdoa di Bukit Zaitun dan di gerbang-gerbang kawasan Haram.
Sultan Sulaiman Al-Qanuni mengeluarkan keputusan resmi yang mengizinkan umat Yahudi memiliki tempat ibadah di tembok Barat. 

Arsitek Sinan Aga mendesain situs itu, menggali ke arah bawah untuk membuat tembok itu menjadi terasa lebih tinggi dan membangun sebuah tembok yang pararel dengannya untuk memisahkan tempat berdoa Yahudi dengan kawasan Maghribi.

Lionel Messi kunjungi tembok ratapan Yerusalem (Sumber gambar: Republika.co.id)

Tempat ibadah di Tembok Barat berubah menjadi pusat kehidupan religius Yahudi. Orang Yahudi menghabiskan waktu dengan membaca Mazmur dan mencium batu-batu di tembok itu. 

Sultan Sulaiman Al-Qanuni pun disanjung sebagai pelindung Yahudi. Tembok Barat segera memancing timbulnya banyak mitos bahkan tembok itu dihubungkan dengan riwayat-riwayat Talmud tentang Tembok Barat Debir yang menurut para Rabi tidak pernah ditinggalkan Syekhinah dan Tuhan berjanji untuk memeliharanya. Oleh karena itu Tuhan diyakini bersemayam di sana. 

Umat Yahudi sering menulis kertas berisi doa dan menyelipkannya di sela-sela batu. Namun demikian, umat Islam dan Yahudi masih ada ketegangan, hal ini disebabkan orang Yahudi suka berlaku kasar pada peziarah Muslim.

Gereja Makam Kudus

Gereja Makam Kudus merupakan tempat suci Agama Kristen karena di sana diyakini Yesus dimakamkan setelah peristiwa penyaliban di Bukit Tengkorak. 

Dalam Gereja Makam Kudus (Gambar : Tempo.co)

Di Yerusalem, umat Kristen terbagi atas Kristen Barat (sekarang Katolik) dan Kristen Timur (sekarang Ortodoks). Sering terjadi pertempuran antara mereka untuk memperebutkan Gereja Makam Kudus. 

Pertikaian antara Kristen Barat dan Timur dipicu oleh serangan secara biadab Tentara Salib ke Konstantinopel pada tahun 1204. Tidak mengherankan hingga kini Gereja Barat dan Gereja Timur masih menyimpan dendam. 

Pada tahun 1541 M, Patrik Germanus dari Kristen Timur membentuk Konfederasi Hellenik Makam Kudus sebagai penjaga resmi atas nama Kristen Ortodoks, pada saat yang sama Kristen Barat membuat Komunitas Nasional sebagai pelindung resmi Gereja di Yerusalem, hal ini menimbulkan pertempuran yang dimenangkan Kristen Barat. 

Sultan Sulaiman sendiri bahkan dapat dipaksa untuk mengizinkan mereka membangun Biara di dekat Gereja Makam Kudus.

Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat, kekhalifahan Turki Utsmaniyah mengalami kemunduran. Sultan Murad IV memberikan Gereja Makam Kudus kepada Kristen Ortodoks karena mereka membayar mahal, namun pertempuran Kristen Barat dan Timur tetap berlangsung untuk memperebutkan Gereja Makam Kudus.

Menginjak abad ke-18 M, Kekhalifahan Turki Utsmaniyah tampak jelas rusak parah dan mustahil diperbaiki. Para Sultannya lemah, dan hanya mementingkan kesenangan peribadi. Para Gubernur tidak dipilih lagi karena kemampuannya namun karena suap menyuap. 

Bahkan Komunitas Yahudi menyuap para pejabat untuk mendapat izin mendirikan Sinagoge baru, bahkan mereka membeli tanah-tanah penduduk lokal dengan harga yang tingggi. Menginjak penghujung abad ke-18 M, Yerusalem telah menjadi kota yang miskin. 

Ambisi Erdogan Bebaskan Masjidil Aqsa

Presiden Erdogan (Gambar : Islamkaffah.id)

Presiden Turki yakni Erdogan berjanji akan membebaskan Masjidil Aqsa dari kekuasaan zionis Israel, setelah ia berhasil mengubah kembali Aya Sofia menjadi Masjid. 

Pembebasan Masjidil Aqsa butuh kerja sama seluruh negara-negara Islam dan hal ini tidaklah mudah. Akankah Turki di bawah Erdogan akan mampu mengulangi sejarah kejayaan Sultan Sulaiman Al-Qanuni di Yerusalem ? Hanya waktu yang akan menjawabnya.


Sumber : 
  1. Karen Amstrong, Jerusallem :One City, Three Faiths.
  2. Karen Amstrong, Holy War, dan lainnya.


Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال