Rahmah El Yunusiyah : Pembaharuan Pendidikan Islam

Rahmah El Yunusiyah (sumber gambar : Guidelight.id)

KULIAHALISLAM.COM - Rahmah El Yunusiyah lahir di Kota Padang Panjang,  Sumatera Barat, 26 Oktober 1900 dan wafat 26 Februari 1969. Beliau merupakan ulama Islam dari kalangan perempuan yang mendirikan perguruan wanita Islam pertama di Indonesia yaitu Madrasah Diniyah Puteri dan pelopor berdirinya TKR (Tentara Keamanan Rakyat) di Sumatera Barat. 

Rahmah adalah anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Syekh Muhammad Yunus dan Rafiah. Ayahnya adalah seorang Qadi dan ahli dalam ilmu falak (Astronomi) sedangkan kakeknya adalah Syekh Imadudin, ulama terkenal di Minangkabau.

Rahmah hanya sebentar mengikuti pendidikan dari ayahnya karena ayahnya meninggal ketika ia masih sangat muda. Beliau dibimbing langsung kakak laki-lakinya bernama Zainuddin Labay El Yunusy dan M. Rasyad. 

Zainuddin Labay adalah Ulama pembaharu dan tokoh pendidikan di Sumatera Barat yang mendirikan Diniyyah School. Rahmah El Yunusiyah belajar pada Ulama besar dari Minangkabau, seperti Haji Karim amrullah (Ayahnya Buya Hamka), Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim (pemimpin sekolah Thawalib Padang Panjang), Syekh Daud Rasjidi. 

Selain ilmu keislaman, beliau juga mempelajari ilmu kesehatan (khususnya kebidanan), dan keterampilan-keterampilan wanita.

Rahmah memiliki cita-cita agar wanita Indonesia memperoleh kesempatan penuh untuk menuntut ilmu yang sesuai kodrat wanita hingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam mendidik, beliau bertujuan agar wanita sanggup berdikari untuk menjadi ibu pendidik yang cakap, aktif, dan bertanggung jawab kesejahteraan bangsa dan tanah air, dimana kehidupan agama mendapat tempat yang layak.

Diniyah Puteri

Cikal bakal Diniyah Puteri bermula dengan dibentuknya Madrasah li Banat (sekolah untuk puteri) pada tanggal 1 November 1923. Cara belajarnya menggunakan sistem Halaqah seperti yang diterapkan di Masjidil Haram, yakni para murid duduk dilantai mengelilingi guru yang menghadap meja kecil. 

Lama-kelamaan sekolah ini dapat memiliki gedung sendiri. Gedung pertama Diniyah Puteri dibangun oleh para guru dan murid.

Rahmah memiliki perinsip dan sikap yang teguh. Ketika Belanda menawarkan diri untuk membantu sekolahnya dengan subsidi penuh dengan syarat Diniyah Puteri menjadi lembaga yang berada di bawah pengawasan Belanda, beliau menolak dengan tegas. 

Rahmah tidak mau sistem pendidikan yang telah terbina dibelokan Belanda. Pada waktu itu Belanda mencurigai bahwa di Diniyah Puteri diajarakan paham politik yang disebarkan oleh Rasuna Said

Rahmah juga menolak bantuan kaum pria ketika sekolahnya kekurangan dana untuk memperbaiki gedung akibat gempa bumi 1926. Penolakannya itu semata-mata untuk membuktikan kaum wanita juga memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu seperti kaum pria.

Pada masa Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942, Rahmah mengungsikan seluruh muridnya untuk menyelamatkan mereka dari serbuan tentara Jepang. Selama pengungsian itu, semua keperluan murid-muridnya ditanggung sendiri olehnya.  

Rahmah El Yunusiyah merupakan orang pertama yang mengibrkan bendera merah putih disekolahnya setelah mendengarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Setelah revolusi kemerdekaan dan beliau dipenjarakan oleh Belanda dan baru dibebaskan tahun 1949 setelah pengakuan kedaulatan.

Beliau menjadi anggota KNID (Komite Nasional Indonesia Daerah) Sumatera Tengah, Ketua Barisan Sabililah dan Sabil Muslimat di Padang dan anggota Konstituante mewakili Majlis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI). 

Peranannya paling menonjol ketika beliau membentuk TKR (Tentara Keamanan Rakyat) pada tanggal 02 Oktober 1945. Perhatian Rahmah untuk kaum wanita memang tidak pernah padam. 

Rahmah bercita-cita mendirikan Perguruan Tinggi Islam khusus untuk wanita. Cita-citanya ini sudah terlaksana. Ketika beliau wafat, Diniyah Puteri telah memiliki perguruan tinggi dengan satu fakultas (Fakultas Dirasah Islamiah).

Di bawah kepemimpinan Rahmah, Diniyah Puteri berkembang pesat sehingga banyak mendapatkan perhatian, pujian dari berbagi tokoh pendidikan, pemimpin, politikus dan tokoh agama dalam dan luar negeri. 

Pada tahun 1957, Rahmah El Yunusiyah memperoleh gelar “Syekhah” dari Senat Guru Besar Universitas al-Azhar, Mesir. 

Gelar ini belum pernah diberikan kepada siapapun sebelumnya. Semoga kita dapat meneladani perjuangan Rahmah El Yunusiyah dalam bidang pendidikan, politik dan pemikiran Islam, (sumber utama Ensiklopedia Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve).

Oleh : Rabiul Rahman Purba, S.H


Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال