Ketakterbatasan Bukti Bahwa Non Materi Itu Ada


Ilustrasi Budaya Material Vs Non-material (Sumber gambar : outlookafghanistan.net)

KULIAHALISLAM.COM – Materialis selalu ingin memuarakan seluruh fenomena dalam realitas kedalam cara pandang serta pemahaman materialistik, maka seluruh konsep serta fenomena non fisik yang diungkap kaum dualis (orang yang percaya realitas terdiri dari dua dimensi fisik non fisik dan materi non materi) berupaya mereka sangkal untuk mereka ganti dengan cara pandang serta penjelasan materialis. "Sebab segala fenomena wajib materi."

Demikian menurut mereka dan karena segala fenomena harus dijelaskan juga menurut prinsip-prinsip materialistik dan model penjelasan metafisik, atau yang bertumpu pada model konsep metafisik seperti yang biasa ada dalam filsafat serta dalam agama tidak mereka terima. 

Karena itu mereka sangat bergantung pada kemampuan sains dalam menjelaskan beragam fenomena dalam realitas karena sains adalah ilmu dunia materi, maka dari sinilah sains berubah jadi ideologi saintisme. Sebenarnya dibuat untuk mengakomodasi eksistensi dan kepentingan kaum materialis di dunia ilmu pengetahuan.

Artinya, pada prinsipnya mereka menganggap wujud non materi dibalik beragam fenomena itu sebagai tidak ada. Tapi kita sebenarnya bisa menggiring materialis percaya bahwa non materi dibalik materi itu sebenarnya ada yaitu bila kita menggiring pada pemahaman bahwa ada ketakterbatasan dibalik ruang semesta yang terbatas.

Apa Itu Ketakterbatasan ?

Yang pasti ketakterbatasan adalah non materi karena materi adalah wujud yang (pasti) terbatas. Mengapa ketakterbatasan itu harus dan pasti ada ?

Alam semesta sering disebut orang sebagai "maha luas" saking demikian luasnya, ingat bahwa alam semesta itu wujud materi dan bila kembali pada postulat "tidak ada materi yang tak terbatas" maka alam semesta adalah wujud materi yang seluas apapun adalah pasti terbatas. Pasti ada tepi batas terakhir alam semesta walau sains belum dapat mengamatinya.

Ciri lain dari terbatasnya semesta yang ditemukan atau yang dapat dipahami manusia adalah tentang penciptaan semesta, atau adanya teori bigbang atau adanya temuan bahwa semesta mengembang. 

Konsep atau gagasan tersebut tentu tak bisa diterapkan pada sesuatu yang tidak terbatas karena yang tidak terbatas mustahil diciptakan dari tiada, mustahil bigbang dan mustahil mengembang, karena bila semesta tak terbatas, mengembang ke arah mana?

Ketakterbatasan Dibalik Semesta yang Terbatas 

Nah bila alam semesta yang materi kita sebut "ruang yang terbatas", kata "ruang" sebagai refleksi keterbatasan, maka area atau ranah (bukan ruang) dibalik alam semesta yang bukan lagi materi semesta kita sebut "ketakterbatasan."

Nah pertanyaan pentingnya adalah ; Ketakterbatasan dibalik semesta yang terbatas itu bagaiamana ? Dan mengapa kita sebut "ketakterbatasan."

Yang pasti ranah ketakterbatasan itu bukan lagi materi karena kalau masih materi berarti masih bagian dari alam semesta dan dalam ranah teistik cukup dipahami sebagai "dzat Ilahi". Artinya dzat Ilahi itu ada dalam ruang semesta sekaligus berada di luar ruang semesta. 

Dzat Tuhan ada dalam ruang semesta karena dibalik ranah subatomik partikel Tuhan antimatter (menurut terminologi dunia quantum) itu ada sesuatu yang mengendalikan sekaligus yang menjadi asal muasalnya (penciptaan artinya dzat Ilahi yang memunculkan energi gelombang berenergi partikel halus hingga partikel padat yang kasat mata).

Dan disebut "ketakterbatasan" karena kalau kita menelusurinya maka kita tidak akan lagi menemukan tepi batas terakhirnya. Dalam pemahaman teisme maka Tuhan itu tak bertepi batas, tak ada tepi batas terakhir Tuhan seperti halnya tepi batas terakhir alam semesta.

Nah ranah non materi yang tak terbatas itu oleh sains biasanya di definisikan sebagai "ketiadaan", tapi sebenarnya istilah "ketiadaan" bukan berarti tidak ada (dalam pandang teisme adalah dzat Ilahi). Istilah itu hanya menunjuk ke suatu keadaan dimana sains sudah tak mampu menjelaskannya lagi.

Artinya, semesta diingat bahwa ketakterbatasan itu bukan lagi ranah sains dalam mendalaminya melainkan mesti masuk ke ranah metafisik, minimal ranah rasional. Sekaligus bukti bahwa walau dunia indra terbatas dan tidak bisa menjangkau tepi batas semesta yang terakhir tapi akal manusia bisa memikirkan hal-hal yang diluar jangkauan dunia indrawi.

Menurut perspective sains bisa saja ketakterbatasan yang saya maksud disebut "ruang hampa" atau "ketiadaan" tapi sejatinya itu sudah ranah non materi yang tidak bermateri, tidak berruang, dan tidak berwaktu bandingkan dengan alam semesta yang bermateri, berruang dan berwaktu.






Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال