Problematika dan Solusi Pendidikan Karakter Islami Di Masa Pandemi

Sumber gambar : Tirto.id

KULIAHALISLAM.COM - Situasi global di dunia saat ini sedang mengalami masalah yang cukup serius yaitu wabah virus COVID-19, termasuk di negara yang kita cintai ini Indonesia. Virus yang cukup berbahaya ini sudah menelan banyak korban jiwa yang berakhir kematian di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. 

Bahkan data terbaru dari sumber Kemkes (Kementerian Kesehatan RI) mencatat per tanggal 24 Juni 2021, angka kasus positif mencapai 2.053.995 jiwa, dan angka pasien sembuh mencapai 1.826.504 jiwa serta angka kematian yang mencapai 55.949 jiwa. Tentunya data dan fakta ini menjadi keresahan kita semua dalam menjalani kehidupan New Normal.  

Walaupun banyak yang sudah positif dan akhirnya bisa sembuh dan pemerintah juga sudah melakukan berbagai upaya dengan menerapkan sistem lockdown, anjuran 3 M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak), anjuran mengkonsumsi empon-empon rempah-rempah  (jahe, kunyit, temulawak dan sejenisnya) dan rajin berjemur di pagi hari yang bertujuan agar imunitas tubuh terjaga. Tetapi kenyataannya wabah yang sudah lebih dari setahun ini tak kunjung mereda. 

Bahkan angka positif masih cukup tinggi di daerah-daerah di Indonesia, sehingga efek wabah COVID-19 memberikan persoalan-persoalan  baru, dimulai dengan melemahnya kegiatan ekonomi, turunnya daya beli masyarakat, hingga banyaknya perusahaan-perusahaan gulung tikar yang mengakibatkan banyaknya pengangguran di masa-masa sulit seperti ini.

Permasalahan Pendidikan Karakter Di Masa Pandemi

Situasi ini juga sangat berimbas pada sektor Pendidikan dengan perubahan gaya belajar peserta didik di sekolah yang mengharuskan mereka belajar dari rumah, dan tentunya ini menjadi perhatian khusus buat kita semua sebagai orang tua demi mewujudkan Pendidikan karakter kepada anak-anak kita, walaupun anak-anak belajar dari rumah. 

Tentunya diperlukan kerja sama antara metode yang tepat untuk diterapkan guru di sekolah dengan peran aktif dari orang tua dalam memantau kegiatan belajar anak-anak di rumah, yang sekarang ini tidak melalui tatap muka di sekolah, namun melalui akses virtual yang bisa menggunakan platform seperti Google Meet atau Zoom dan lainnya. Lalu bagaimana permasalahan-permasalahan negatif yang muncul bagi perkembangan Pendidikan karakter peserta didik dalam kondisi pandemi seperti ini?

Pertama, sebagian Anak-anak menjadi kurang bisa mengatur waktu antara waktu belajar, waktu ibadah, waktu bermain dan waktu istirahat. 

Kedua, kurang maksimalnya belajar virtual online, terutama oleh sebagian anak-anak yang motivasi belajarnya sangat kurang karena miskomunikasi yang tidak 2 arah dengan gurunya, sering telat datang zoom/google meet, tidak memperhatikan saat virtual berlangsung, bahkan mematikan kamera saat virtual berlangsung, melakukan plagiarisme atau mencontek saat ujian online berlangsung, bahkan tertidur saat google meet berlangsung.

Ketiga, sulitnya pemantauan dari guru jika belajar dari rumah karena tidak dalam satu ruangan dan sulitnya melakukan pengawasan 100% dari orang tua kepada anak-anaknya saat belajar berlangsung di rumah, dikarenakan kesibukan orang tua juga.

Keempat, sebagian anak-anak menjadi kurang sosialisasi dengan dunia luar karena lebih sering berada di dalam rumah.

Kelima, sebagian anak-anak menjadi ketergantungan gawai dan yang paling mengkhawatirkan hampir seharian bermain gawai tanpa batas waktu.

Keenam, pengaruh game online yang sangat luar biasa membuat sebagian anak-anak melupakan kewajibannnya untuk ibadah, lupa mengerjakan tugas PR dan bahkan sering begadang semalaman suntuk untuk bermain game online, sehingga kurangnnya istirahat dan merubah pola waktu tidur.

Ketujuh, menurunnya sikap budi pekerti kepada sebagian anak, sikap tidak jujur mengaku belajar online padahal bermain game online, melakukan plagiarisme atau mencontek saat ujian online berlangsung, kurangnya kepekaan dan kurangnya tanggap apa yang terjadi di rumah dikarenakan sibuknya bermain gawai seharian.

Problematika Pendidikan karakter pada poin-poin diatas menjadi keresahan bagi kita sebagai orang tua yang tentunya bagi sebagian anak-anaknya mengalami pergeseran moral dan akhlak jika ditinjau dari agama dan jauhnya nilai-nilai kesopanan dan sosial, tentunya kita tidak bisa memukul rata bahwa semua anak-anak mengalami hal demikian, makanya poin-poin diatas hanya disebutkan sebagian anak saja, terutama bagi mereka yang mempunyai anak-anak yang motivasi belajarnya sangat kurang.

Solusi Pendidikan Karakter Di Masa Pandemi

Karena cukup banyak juga sebagian anak lainnya yang tidak terpengaruh menjadi negatif dari efek belajar online tetapi semangat belajarnya masih cukup tinggi, bahkan ada juga yang bisa memanfaatkan sistem pendidikan era digital sekarang ini dengan menjadikan momentum situasi ini sebagai pengembangan diri dan menjadikan siswa yang efektif, kreatif, dan solutif dengan menciptakan konten-konten pembelajaran yang edukatif. 

Lalu bagaimana usaha dan tindakan nyata yang dapat kita lakukan? Allah SWT berfirman di al-Qur’an pada Surat Ar Ra'd ayat 11 “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah  nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka” (QS Ar Ra’d:11) terdapat langkah-langkah “solusi” sebagai bentuk ikhtiar kita demi mewujudkan Pendidikan karakter kepada anak-anak kita walaupun teori tidak semudah praktik atau tidak ada yang instan tapi paling tidak sebagai bentuk proses ikhtiar kita diantaranya:

Mengajak anak meniru sifat teladan Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan kandungan di al-Qur’an surah Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi: “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al Ahzab :21). Maksudnya adanya kerja sama antara pihak sekolah yakni guru dan orang tua di rumah dalam menguatkan sikap akhlaqul karimah yakni nilai-nilai agama dan keteladanan, agar disampaikan  secara konsisten, seperti ajaran tentang pentingnya meniru empat sifat teladan Nabi Muhammad SAW yaitu sikap sidiq, amanah, fatonah, dan tabligh, diantaranya:

Menanamkan sifat sidiq yang artinya sikap jujur, yang bermakna selalu bersikap jujur berkata dengan fakta kepada orang tua, jujur kepada guru, dan ucapannya selalu berkata benar kepada siapapun kecuali orang asing yang belum dikenal.

Menanamkan sifat amanah artinya sikap yang dapat dipercaya, contohnya menuntaskan amanah dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah dan amanah dalam menyelesaikan PR di rumah secara tepat waktu, sebagai bentuk sikap rasa syukur masih merasakan nikmatnya Pendidikan, karena pada hakikatnya, karena faktor kondisi tidak semua anak bisa beruntung merasakan Pendidikan belajar di sekolah.

Menanamkan sifat fatonah artinya sikap cerdas, yakni cerdas dalam manajemen waktu seperti cerdas dalam mengatur waktu untuk ibadah, belajar, bermain dan istirahat. Karena peran orang tua dirumah sangat sentral disini harus ada penegasan dari orang tua sebagai time keeping (pengingat anak) sampai anak bisa cerdas secara mandiri dalam mengatur waktunya sendiri terkait waktu untuk ibadah, waktu untuk belajar, waktu untuk bermain dan waktu untuk istirahat.

Menanamkan sifat tabligh artinya menyampaikan, contohnya agar anak ini bisa menjadi model contoh yang baik, dia juga harus bisa menasehati saudaranya di rumah mau kakak atau adik ataupun teman sebayanya di rumah maupun di sekolah, tapi sebelum dia bisa menasehati saudaranya dia harus menerapkan dulu di rumah dan di sekolah sehingga sesuai pepatah “sama kata sama perbuatan” agar bisa saling menasehati secara konsisten dalam mengatur waktu ibadah, belajar, bermain dan istirahat, sehingga menumbuhkan sikap peduli, sikap pemimpin, sikap saling menasehati dalam kebaikan dan bukan egois hanya baik untuk dirinya sendiri.

Adanya kerja sama antara pihak sekolah guru wali kelas di sekolah dan orang tua di rumah secara berkala dalam memberikan laporan informasi terkait observasi perkembangan anak, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran dalam belajar di sekolah dan manajemen waktu di rumah dan jika ditemukan masalah diperlukan melakukan langkah-langkah tindak lanjut.

Orang tua berperan aktif bekerja sama dengan wali kelas, guru agama dan guru BK di sekolah untuk meminta masukan solusi langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika ditemukan special case anak sering absen zoom virtual, datang sering telat, tidak mau mengerjakan tugas dan PR, tidak mau ibadah shalat, dan anak yang kurang motivasi belajar, dan lain-lain.

Ingat pepatah “Didiklah anak sesuai zamanmu, karena mereka hidup bukan di zamanmu” (pepatah Khalifah Ali Bin Abi Thalib). perkataan dari Khalifah Ali Bin Abi Thalib sangat tepat untuk kondisi sekarang ini, dimana anak zaman sekarang tidak bisa lepas dari gawai. 

Menghilangkan gawai dari tangannya adalah hal mustahil, karena gawai juga mempunyai banyak manfaat untuk pengembangan diri di era digital saat ini, hal yang bisa kita lakukan sebagai orangtua yakni harus memberikan pertanyaan kepada anak terkait Pendidikan karakter untuk apa gawai digunakan, yang intinya ambil manfaatnya dan buang mudaharatnya, dan tentunya mengajarkan anak-anak tentang batasan waktu dalam penggunannya yang bertujuan mengajarkan anak agar tetap mempriotaskan empat skala waktu secara disiplin yakni: 1. Disiplin waktu beribadah, 2. Disiplin waktu belajar, 3. Disiplin waktu bermain dan 4. Displin waktu istirahat. 

Pendekatan seorang Ibu kepada anaknya sangat sentral karena ada pepatah Arab mengatakan “al ummu madrasah al ula” yang artinya “ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya” dalam hal ini peran ibu lebih besar daripada ayah, misalnya, dari segi psikologis anak termasuk dalam hal pondasi pendekatan awal kepada anak secara psikologis, dan peran sentral ibu sangat penting dalam menumbuhkan dan memotivasi anaknya agar bisa mempunyai kesadaran dalam disiplin mengatur waktu ibadah (shalat 5 waktu), mengatur waktu belajar, mengatur waktu bermain, dan mengatur waktu untuk istirahat.

Orang tua baik ayah dan ibu, terutama ayah harus mempunyai power dan ketegasan wibawa di rumah, buatlah aturan yang terstruktur yang dilakukan secara konsisten kepada anak-anaknya dengan catatan tidak keras tapi tegas, tidak menyakiti tapi mendidik, tidak memihak tapi bijak, ajak bicara baik-baik agar anak-anak menghormati ayah dan ibunya dan mengikuti aturan-aturan di rumah yaitu disiplin waktu ibadah, disiplin waktu belajar, disiplin waktu bermain dan disiplin waktu istirahat sesuai poin-poin kerja sama antara orang tua dengan guru di sekolah.

Hindari sikap terlalu longgar kepada anak karena ada istilah “anda jual saya beli” jika kita sebagai orang tua longgar kepada anak atau longgar terhadap aturan yang telah dibuat, jangan sampai treatment aturan yang sudah diterapkan di sekolah tapi tidak selaras dengan aturan yang longgar di rumah, hal ini mengakibatkan upaya-upaya yang dilakukan untuk perubahan anak menjadi sia-sia, efeknya yang terjadi anak akan memegang kendali situasi di rumah. Akibatnya mereka tidak punya batasan waktu bermain tapi lupa akan waktu ibadah dan waktu belajar, dan nantinya orang tuanya sendiri yang akan sangat kesulitan mengendalikan emosi anak dan semakin berat dalam mengontrol kegiatan anak-anaknya di rumah.

Pentingnya ajaran agama di rumah, orang tua baik ayah dan ibu harus konsisten dalam mendidik pengetahuan  tentang pentingnya kewajiban mengerjakan shalat 5 waktu dan kegiatan mengaji membaca al-Qur’an di rumah, karena ada ayat di surah Al Ankabut Allah SWT berfirman “sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar” (QS Al Ankabut:45) dan Hadis Nabi dimana Rasulullah SAW bersabda “sebaik-baiknya manusia adalah orang yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an” (HR. Bukhari). 

Kesimpulannya dengan mengutamakan dan mempriotaskan pembiasaan ibadah shalat dan mengaji di rumah, maka seorang anak insya Allah karena terbiasa shalat dan sering membaca dan mendengarkan ayat-ayat suci al-Qur’an, sehingga akan tumbuh sikap religiusnya. Dengan sikap religiusnya dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik dan mampu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. 

Dalam hal mengaji jika orang tua berkompeten konsisten mengajarkan sebaiknya orang tua yang mengajari, tetapi jika orang tua merasa belum berkompeten atau sibuk karena pekerjaan bisa menjadwalkan anaknya di TPA (Taman Pendidikan al-Qur’an) atau  bisa juga mendatangkan guru privat mengaji yang berkompeten dalam pembiasaan pembelajaran mengaji dan shalat 5 waktu di rumah. Dan untuk mencapai ketesempurnaan ibadah anak di rumah, sebaiknya orang tua mempunyai target ibadah minimal demi perkembangan anak step by step untuk anak shalat berdasarkan grade tapi konsisten agar bisa menjadi terbiasa, contohnya sebagai gambaran:

  • Anak kelas 1 SD dilatih shalat minimal 1 kali sehari + mengaji Iqro 1
  • Anak kelas 2 SD dilatih shalat minimal 2 kali sehari + mengaji Iqro 2
  • Anak kelas 3 SD dilatih shalat minimal 3 kali sehari + mengaji Iqro 3
  • Anak kelas 4 SD dilatih shalat minimal 4 kali sehari + mengaji Iqro 4
  • Anak kelas 5 SD dilatih shalat minimal 5 kali sehari + mengaji iqro 5
  • Anak kelas 6 SD wajib shalat 5 waktu tanpa disuruh + mengaji iqro 6/Al Quran

Jika target diatas berhasil Anak SMP dan seterusnya sudah mulai shalat 5 waktu dan mengaji tanpa disuruh tapi menjadi kesadaran dan kewajiban mereka.

Belajar di sekolah jika diperlukan, jika situasi diatas masih belum maksimal, maka untuk special case diatas lebih dianjurkan anak yang bersangkutan untuk belajar di sekolah, tentunya dengan perizinan dari sekolah dan orang tua dan tetap mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah. Jika belajar online di rumah masih mengalami berbagai macam kendala, diperlukan bimbingan pendekatan dari guru kepada anak tersebut baik pendekatan dari segi agama dan psikologis untuk menguatkan nilai spiritual dan motivasi belajar.

Doa dan belajar bersyukur, ketika niat sudah ditekadkan ikhtiar sudah disempurnakan, sisanya tinggal berdoa dan tawakal untuk kebaikan anak, mintalah doa kepada ahli ilmu, ulama dan orang-orang yang sholeh dan bertawasul dengan sedekah untuk doa kebaikan si anak agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Karena itu merupakan sunah-sunah mustajabnya terkabulnya doa atau boleh sekali-kali mengajak anak pergi ke tempat panti asuhan tempat dimana banyak anak yang tidak mempunyai orang tua, ajarkan anak kita berbagi agar lembut hatinya dan mempunyai sikap bersyukur sehingga tumbuh kesadaran dan hidayah kepada anak kita agar menjadi anak sholeh dan sholehah.

Alhamdulillah inti kesimpulannya wahai para orang tua teruslah mendidik anak-anak kalian jangan pernah menyerah, karena pada hakikatnya do'a anak yang sholeh dan sholehah adalah investasi terbaik dunia akhirat yang akan mengantarkan ke surganya bersama-sama. Aamiin Ya Rabb. Akhir kata mohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan, kesalahan murni terdapat dari kekhilafan penulis, dan kebenaran hanya milik Allah SWT, wabil taufiq wal hidayah wassalamu’alaikum wr wb.

Oleh: Dekhalfath Fahliana S.Ag (Guru Kinderfield Highfield School Bekasi)

Adis Setiawan

Mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam An Nur Lampung. Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan IMM Bekasi Raya

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال