Etika Makan dan Minum dalam Pandangan Syariah


Etika Makan dan Minum dalam Pandangan dalam Pandangan Syariah

Oleh: Anisa Dwi Okta Vinanda

Program Studi Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya

Okta281004@gmail.com 

Abstrak

Aktivitas makan dan minum merupakan hal urgen bagi manusia yang setiap hari dilakukan secara berulang-ulang. Terkait adab makan dan minum merupakan kebiasaan alamiah dalam kehidupan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Hal ini pula telah diatur oleh syariat tentang variasi serta asupan makanan dan minuman, termasuk kebersihan makanan dan minuman serta kebiasaan atau adab makan dan minum dan sebagainya. Atas dasar tersebut, maka praktik makan dan minum mestinya dilakukan secara benar dan sesuai dengan syariat Islam, baik dilakukan sendiri, bersama keluarga ataupun dengan teman atau orang lain. 


Menjaga kebersihan anggota badan termasuk mencuci tangan sebelum makan atau minum, tidak makan secara berlebih-lebihan hingga kekenyangan, begitu pula tidak makan dan minum sambil berdiri merupakan adab makan dan minum yang telah dikenal dalam ajaran Islam. Meskipun demikian, adab makan dan minum tersebut seringkali terabaikan bahkan terkadang hampir tidak lagi dilakukan. Dari sudut syariat Islam, makan dan minum sebagai kebutuhan manusia adalah perbuatan mubah. Akan tetapi, syariat yang mulia ini tetap memberi aturan atau tata cara sebagaimana lazimnya perkara perkara lain.

Kata Kunci: Syariah, Etika, Makan, Minum

A. Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi makanan dan minuman merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas manusia. Namun, dalam perspektif Islam, konsumsi tidak sekadar mengenai memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga melibatkan aspek moral dan spiritual yang mendalam. Etika Islam memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana menjaga keseimbangan, moderasi, dan kebajikan dalam setiap aspek konsumsi.

Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi konsep etika Islam dalam konteks konsumsi makanan dan minuman. Dengan merujuk pada ayat-ayat Alqur'an, hadis-hadis Rasulullah, serta karya-karya ulama terkemuka, kami akan menggali nilai-nilai moral yang terkandung dalam tindakan makan dan minum dalam Islam. Selain itu, artikel ini juga akan membahas relevansi nilai-nilai etika Islam dalam menghadapi tantangan zaman modern, di mana konsumsi sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang kompleks. 

Dengan pemahaman yang mendalam tentang etika konsumsi makanan dan minuman dalam Islam, diharapkan pembaca dapat memperoleh wawasan yang lebih luas tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan fisik dan spiritual, serta menjalani kehidupan dengan kesadaran moral yang tinggi dalam setiap aspek konsumsi.

Dalam pendahuluan ini, kami menggarisbawahi pentingnya etika Islam dalam konteks konsumsi makanan dan minuman, serta memberikan gambaran singkat tentang isi artikel yang akan membahas nilai-nilai moral dalam tindakan makan dan minum dalam Islam.

B. Pembahasan

Makan dan minum merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai dampak besar terhadap kesehatan fisik dan mental seseorang. Dalam perspektif etika Islam, konsumsi makanan dan minuman tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan fisik, tetapi juga mencakup aspek moral dan spiritual yang penting untuk menjaga keseimbangan dan keutamaan dalam hidup.

Dalam Islam, konsumsi makanan dan minuman diatur oleh prinsip etika yang mengajarkan  keseimbangan, moderasi, dan kebersihan dalam segala aspek konsumsi. Rasulullah SAW memberikan contoh  pentingnya memilih makanan yang halal, sehat dan bermanfaat bagi tubuh serta menghindari makanan yang haram atau meragukan. Etika Islam mengajarkan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Termasuk menghindari pemborosan, makan berlebihan, dan mengonsumsi makanan yang berbahaya bagi tubuh dan pikiran. 

Selain itu, etika Islam juga menekankan pentingnya berbagi penghidupan dengan orang lain dan tidak menyia-nyiakan makanan. Dengan memahami etika makan dan minum dari sudut pandang Islam dan mengacu pada sumber yang shahih, kita dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan akhlak yang tinggi dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani.

Artikel ini membahas tentang pentingnya etika dalam konsumsi makanan dan minuman dalam Islam dan relevansi nilai moral dalam menjaga keseimbangan dan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.Sumber-sumber yang digunakan memberikan landasan yang kuat untuk mendalami konsep etika Islam dalam konteks konsumsi makanan dan minuman.

Rasulullah SAW Beliau sendiri adalah teladan etika, makan dan minum untuk kemaslahatan umat manusia. Misalnya Nabi Muhammad yang melarang umatnya makan dan minum sambil berdiri, yang secara medis sudah dibuktikan secara jelas oleh pengobatan modern, karena minum sambil berdiri menyebabkan air mengalir deras ke dasar perut mengenai dasar lambung, kemudian lambung menjadi kendur dan sulit mencerna. Temuan ini sejalan dengan peringatan Nabi kepada manusia tentang risiko kesehatan jika makan dan minum sambil berdiri.

C. Etika Makan dan Minum 

Dalam perpektif syariah diperoleh beberapa tema yang berkenan dengan etika makan dan minum yang menarik untuk diangkat dalam kajian ini dan dapat diklasifikasi sebagai berikut: 

1. Membaca Basmalah, Makan dengan tangan kanan dan Mengambil makanan yang dekat, sebagaimana sabda Nabi SAW.

عن عمر بن أبي سلمة قال: كنتُ غُلاما في حَجْرِ رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وكانتْ يَدِي تَطِيشُ في

«يا غُلامُ، سمِّ اَلله، وكُلْ بِيَمِينِك، وكُلْ ممَّا يَلِيك الصَّحْفَة، فقالَ لِي رسول الله صلى الله عليه وسلم

فما زَالَتْ تِلك طِعْمَتِي بَعْدُ

Artinya: Dari Umar bin Abi Salam berkata: “Ketika aku masih kecil aku berada di bawah pengasuhan Rasulullah SAW dan tanganku pernah bergerak (kesana kemari) di dalam piring besar, maka Rasulullah saw. berkata kepadaku, “wahai anak bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat denganmu.” Maka selanjutnya cara makanku seperti itu.”  

Meskipun dianggap sebagai kebiasaan ringan, seringkali kaum Muslim melupakan untuk berdoa sebelum makan. Padahal, tindakan ini sebenarnya lebih mudah daripada sekadar mengambil suap makanan atau menahan lapar. Dalam ajaran Islam, mengucapkan "Bismillah" sebelum makan dan memuji Allah setelah makan dianggap sebagai langkah penting. 

Imam Ahmad menyatakan bahwa makanan yang sempurna adalah yang menggabungkan empat hal: menyebut nama Allah saat memulai makan,  memuji Allah setelah makan, banyaknya orang yang ikut makan, dan makanan yang berasal dari sumber yang halal. Hal ini dikuatkan dengan sabda Rasulullah saw. dalam sebuah hadisnya:

إِذَا أَكَلَ أَحَدكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّه ، فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّله فَلْيَقُلْ : بِسْمِ اللَّه فِي أَوَّله وَآخِره

Artinya: “Apabila salah seorang kalian makan suatu makanan, maka hendaklah dia mengucapkan Bismillah (dengan nama Allah), dan bila dia lupa di awalnya hendaklah dia mengucapkan “Bismillah fii awwalihi wa akhirihi” (dengan nama Allah di awal dan di ahkirnya).

Riwayat lain menyebutkan bahwa sahabat yang mendampingi Rasulullah selama 18 tahun selalu mendengar Rasulullah mengucapkan "Bismillah" sebelum makan. Mengingat hadis yang menekankan pentingnya mengucapkan "Bismillah" sebelum makan, hal ini dianggap sebagai kewajiban dalam Islam, dan meninggalkannya dianggap sebagai dosa. Mengucapkan nama Allah sebelum makan juga diyakini dapat mencegah setan ikut berpartisipasi dalam menikmati makanan. Selain itu, memuji nama Allah setelah makan, meskipun terlihat sepele, sebenarnya dapat menjadi alasan seseorang mendapatkan ridha Allah SWT.

Dari Aisah ra, Rasulullah saw. bersabda, “Jka salah satu kalian hendak makan, maka hendaklah menyebut nama Allah. Dan jika dia lupa menyebut nama Allah di awal makan, maka hendaklah mengucapkan “Bismillah awaluhu wa akhirahu”

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW menekankan pentingnya menyebut nama Allah sebelum makan sebagai langkah untuk mencegah setan ikut berpartisipasi dalam menikmati hidangan. Selain itu, ketika seseorang selesai makan atau minum, memuji nama Allah dianggap sebagai amalan yang sepele namun memiliki dampak besar dalam mendapatkan ridha Allah swt. Sebagaimana disampaikan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Allah SWT senang dengan hamba-Nya yang menikmati makanan atau minuman kemudian memuji-Nya setelahnya.

Bentuk bacaan tahmid yang dipraktikkan oleh Rasullah SAW sesudah makan bermacam-macam di antaranya:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَفَانَا وَأَرْوَانَا غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلَا مَكْفُورٍ

Artinya: Segala puji milik Allah Dzat yang mencukupi kita dan menghilangkan dahaga kita, pujian yang tidak terbatas dan tanpa diingkari.

Rasulullah saw. juga terkadang mengucapkan kalimat sebagai berikut:

الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه غير مكفي ولا مودع, ولا مستغنى عنه ربنا

Artinya: Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak dan penuh berkah meski bukanlah pujian yang mencukupi dan memadai, dan meski tidaklah dibutuhkan olah Rabb kita.

Setelah membaca "Bismillah," disarankan untuk makan dan minum dengan tangan kanan. Makan dan minum dengan tangan kanan dianggap sebagai suatu kewajiban. Oleh karena itu, seseorang yang melanggar aturan tersebut dengan makan dan minum menggunakan tangan kiri dianggap berdosa karena tidak mengikuti perintah Allah SWT yang telah disampaikan melalui Rasulullah saw. Hal ini juga dianggap sebagai tindakan meniru perilaku setan dan orang-orang kafir. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

إذا أكل أحدكم فليأكل بيمينه، وإذا شرب فليشرب بيمينه، فإن الشيطان يأكل بشماله ويشرب بشماله

Artinya: “Apabila salah seorang dari kalian makan, maka hendaklah makan dengan tangan kanan dan apabila dia minum, minumlah dengan tangan kanan. Karena setan apabila dia makan, makan dengan tangan kiri dan apabila minum, minum dengan tangan kiri.”

Hadis tersebut menunjukkan bahwa seseorang diizinkan untuk mendoakan kebaikan atau keburukan terhadap orang yang tidak mematuhi aturan syariat tanpa melanggar aturan yang bisa dibenarkan. Selain itu, hadis tersebut juga menegaskan pentingnya amar ma'ruf nahi munkar dilakukan dalam segala keadaan, termasuk dalam konteks makan. Selain itu, hadis tersebut juga menggarisbawahi pentingnya mengajarkan adab makan kepada orang yang tidak mempraktikkannya.

Jika seseorang memiliki alasan yang sah yang menghalangi mereka untuk makan dengan tangan kanan, seperti karena penyakit atau alasan lain, maka diperbolehkan untuk makan dengan tangan kiri berdasarkan prinsip dalam Alqur'an Surah Al-Baqarah 286 yang menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang melebihi batas kemampuannya.

Dari perspektif kesehatan, makan dengan tangan kanan memiliki manfaat untuk menjaga kekebalan tubuh dan melindungi tubuh dari bakteri. Hal ini disebabkan karena tangan mengandung enzim RNAse yang dapat mengikat bakteri dan menghambat aktivitas bakteri jahat dalam tubuh. Enzim ini terus disekresikan oleh tangan, dan ketika tangan kotor, enzim ini akan mengikat bakteri jahat sehingga aktivitas bakteri tersebut terhambat. Namun, jika tangan sangat kotor, bakteri dapat mengatasi pengaruh dari RNAse. Saat tangan dicuci, bakteri terkikis sehingga jumlah enzim RNAse menjadi lebih banyak. Ketika makan, enzim ini terus mengikat bakteri dan masuk ke dalam tubuh, membunuh bakteri selama proses pencernaan. Makan dengan sendok dapat memungkinkan bakteri berbahaya masuk ke dalam tubuh tanpa perlawanan dari enzim RNAse, karena tidak semua bakteri terkikis saat sendok dicuci.

Anjuran Nabi SAW terkait makan adalah dianjurkan makan dari arah pinggir atau tepi dan memakan apa yang ada disekitarnya (yang terdekat) sesuai sabdanya:

ادا وضع الطعام فخدوا من حافته ودروا وسطه فان البركة تنزل في وسطه

Artinya: “Jika makanan diletakkan, maka mulailah dari pinggirnya dan jauhi (memulai) dari tengahnya, karena sesungguhnya barakah itu turun di tengah-tengah makanan.

Nabi Muhammad SAW pernah memakan makanan yang berada di depan orang lain, menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, diperbolehkan untuk memilih makanan yang tidak berada di dekat kita untuk memenuhi selera pribadi. Larangan mengambil makanan yang ada di hadapan orang lain bertujuan untuk menjaga sopan santun dan menghormati perasaan orang lain, menunjukkan pentingnya pendidikan tatakrama dan akhlak yang baik dalam berperilaku.

2. Larangan Makan dan Minum sambil berdiri

Hadis Nabi Muhammad SAW terkait dengan larangan Makan dan Minum sambil berdiri: 

عن أبي سعيد الخدري ان رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن الشرب قا ئما

Artinya: Dari Abi said al-Khudri sesungguhnya Rasulullah SAW melarang minum sambil berdiri.

Makan dan minum, sebagai aktivitas manusia yang mubah, tetap diatur oleh syariat Islam untuk menjadikannya ibadah dan memberikan manfaat. Rasulullah SAW secara umum minum dalam keadaan duduk, kecuali dalam kondisi tertentu di mana terpaksa minum sambil berdiri, seperti dalam situasi tempat yang sempit atau dengan tempat minum yang tergantung. Meskipun Nabi SAW pernah minum sambil berdiri dalam beberapa riwayat, beberapa ulama menyimpulkan bahwa meskipun dibolehkan, yang lebih baik adalah minum sambil duduk. Imam Nawawi dan Syaikh Utsaimin menegaskan bahwa Nabi SAW lebih memilih untuk makan dan minum sambil duduk, dan ada larangan dari Nabi saw. terhadap minum sambil berdiri karena dianggap lebih jelek dan kotor.

Jika disimak larangan Nabi minum atau makan sambil berdiri maka sangat jelas hikmahnya apalagi bila dihubungkan dengan pandangan ahli kesehatan. Bahkan semakin memberi penjelasan tentang luar biasanya ajaran Islam yang sangat memberi apresiasi terhadap kesehatan umat manusia. 

a. Makan dengan tiga jari dan menjilat jari jemari dan piring. Sabda Rasulullah saw.: 

عن ابن كعب بن مالك عن ابيه أن النبي صلى الله عليه وسلم كان ياكل بثلاث اصابع ولا يمسح يده حتى يلعقها

Artinya: Dari bnu Ka’ab bin Malik dari ayahnya bahwasanya Nabi SAW makan dengan tiga jari dan tidak mengusap tangannya sebelum menjilatnya.

b. Larangan bernafas dalam wadah ketika minum, dan anjuran bernafas di luar wadah. 

Hadis Nabi saw. berkenaan dengan larangan tersebut sebabagai berikut: 

عن عبد الله بن أبي قتادة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اذا شرب أحدكم فلا يتنفس فى الاباء واذا اتى الخلاء فلا يمس دكره بيمينه ولا يتنسخ بيمينه

Artinya: Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari ayahnya berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu minum maka janganlah dia bernafas di dalam wadah, dan apbila dia mendatangi kakus (istinja di tempat buang air) maka janganlah ia menyentuh kemaluannya dengan tangan kanan dan mengusapnya dengan tangan kanan.

c. Larangan meniup dalam wadah, sabda Nabi saw.: 

عن أبي سعيد الخدرى أنه قال نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الشرب ثلمة القدح وأن ينفخ في الشراب

Artinya: Dari Abi Sa’id al-Khudri sesungguhnya ia berkata, Rasulullah SAW melarang minum sambil memecahkan lubang wadah air dan dilarang meniup air minum.

d.  Larangan makan terlalu kenyang, hadis Naabi SAW: 

عن مقدام بن معدي كرب قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ما ملا أدمي وعاء شرا من بطن بحسب ابن آدم أكلات يقمن صلبه فان كان لا محالة فثلث لطعامه وثلث لشرابه وثلث لنفسه

Artinya: Dari Miqdam bin Ma’diy Karb berkata aku mendengar Rasulullah saw. bersabda” Tidaklah seseorang mengisi perutnya sehingga bagaikan bejana (mengisi) kejahatan (penyakit) dengan menadahkan beberapa suap yang dapat meluruskan tulang sulbinya. Jika ia tidak berbuat demikian, maka sepertiganya untuk makanannya, sepertiganya untuk minumannya, dan sepertiganya untuk bernafas.

e. Berdo’a selesai makan dan minum 

عن أبي سعيد رضي الله عنه قال كان النبي صلى الله عليه وسلم اذا أكل أو شرب قال الحمد لله الذي أطعمنا وسقان وجعلنا مسلمين

Artinya: Dari Abi Sa’id al-Khudri RA Berkata, Nbi saw, apabila selesai makan atau minum beliau berdo’a: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan memberi kami minum dan menjadikan kami orang-orang muslim.

Anjuran etika makan dan minum yang diajarkan oleh Rasulullah SAW menggambarkan betapa pentingnya menjaga perilaku tersebut bagi kaum muslimin. Para pakar Islam dan ahli kesehatan telah menyelidiki manfaat dari anjuran Nabi SAW terkait makan dan minum, menunjukkan bahwa anjuran tersebut tidak hanya bermanfaat dalam hal etika, tetapi juga penting untuk menjaga kesehatan manusia. 

Penutup

A. Kesimpulan

Etika makan dan minum dalam perspektif syariah mencakup beberapa aspek penting, seperti membaca basmalah, makan dengan tangan kanan, larangan makan dan minum sambil berdiri, makan dengan tiga jari, larangan bernafas dalam wadah saat minum, larangan meniup air minum dalam wadah, larangan makan berlebihan, dan anjuran berdoa setelah makan dan minum. Prinsip-prinsip etika ini dalam Islam ditujukan untuk kemaslahatan umat manusia. Pemahaman dan praktik etika makan dan minum dalam Islam tidak hanya penting untuk menjaga sopan santun, tetapi juga berdampak pada kesehatan yang harus dijaga oleh setiap individu. 

Daftar Pustaka

Al-Asyhar, Thobieb. Bahaya Makanan Haram bagi kesehatan Jasmani dan Kesucian

Rohani, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2003.

Al-Hafidz, Ahsin W. Fikih Kesehatan. Jakarta: Amzah, 2007.

Arikunto, Suharsimi, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data. Makalah yang disajikan

pada pelatihan Penelitian UIN Alauddin. Makassar: L.P, 2012.

Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, Kriteria Antara Sunnah dan Bid’ah. Jakarta: PT, Bulan 

Bintang,1990.

Azis, Abdul, Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan As-Sunnah. Jakarta: PT.

Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2007.

Basith, Abdul. Pola Makan Rasulullah. Jakarta: Niaga Swadaya, 2006.

Basith, Abdul. Pola Makan Rasulullah. Terjemahan M.Abdul Ghaffar dan Iqbal

Haetami, M Yasir Abdul Muthalib. Jakarta: Alfa, 1997.

Departemen Agama RI., Alquran dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2002.

Hamersma, Harry, Tokoh-Tokoh Filsafat Hukum Islam Modern. Jakarta: Gramedia, 

1992.

Hasan, Adnan. Tanggungjawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki. Jakarta: Gema Insani,

1996.

Hashman, Ade. Rahasia Kesehatan Rasulullah; Meneladani Gaya Hidup Sehat Nabi

Muhammad saw. Jakarta: Noura, 2012.

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال