Tentang Agama Yahudi dan Nasrani (2)

Sebelum Nabi hijrah, Madinah al-Munawwarah merupakan kesatuan kota yang saling terkait, bukan Yasrib yang wilayahnya dibatasi oleh dua wilayah gurun pasir. Sebagian suku turun melewati pegunungan dua wilayah tersebut dan Yasrib, salah satu dari oase ini.

Ketika orang-orang Yahudi menempati dataran Madinah, sebelum suku Aus dan Khazraj, rumah-rumah mereka yang berada di oase Yasrib dan sekitarnya merupakan oase pertama dan pusat negeri yang dihuni. Di sekeliling Yasrib ada beberapa oase: oase Sanah, Rabih, Kharbi, Quba, Hasikah, Bada’i, dan lain-lainnya.

Begitu juga, ketika suku Aus dan Khazraj menempati dataran tersebut, mereka mengalahkan orang-orang Yahudi dan mengambil alih kekuasaannya. Mereka menempati oase lama dan membuka oase baru. Di sekitar wilayah Yasrib terdapat wilayah Khaibar. Menurut Muhammad Ali Qutub, keberadaan penganut Yahudi di semenanjung jazirah Arab sebelum kemunculan Islam sangat terbatas.

Ada berbagai macam pendapat tentang sebab masuknya agama-agama Ibrahimi pertama ke jazirah Arab. Muhammad Ibarahim al-Fayumi mengatakan, bahwa agama tersebut masuk bukan untuk menyebarkan missi, tetapi karena sebab-sebab lain, yaitu pertama, jumlah mereka bertambah di Palestina sampai mencapai 4 juta jiwa. Kedua, tekanan yang dilancarkan kepada mereka oleh pemerintahan Rumania pada abad I. Ketiga, peruntuhan terhadap bangunan ibadah mereka.

Sekilas, pendapat ini agak mirip dengan pendapat Abbas Mahmud al-Aqqad, yaitu bahwa dahulu orang Yahudi dengan seluruh suku mereka berpindah dari negeri Kan’an menuju Yasrib, dimana Bani Nadhir, Bani Quraidhah, dan Bani Hadal juga ikut berpindah. Artinya, ketika mereka mendapat tekanan dari penguasa baru dan setelah Romawi membantu Bani Israel di Syam.

Akan tetapi, Ahmad Amin berpendapat lain, bahwa pada waktu itu orang Yahudi jazirah Arab terdiri atas dua kelompok, yaitu orang-orang Yahudi yang datang dari Palestina dan orang-orang Arab yang menganut agama Yahudi. Hanya saja Ahmad Amin tidak menjelaskan lebih lanjut sebab-sebab kedatangan orang-orang Yahudi dari Palestina tersebut.

Tampaknya, sebab perpindahan orang Yahudi ke semenanjung jazirah Arab dan seputar masalah itu, telah dibahas oleh Toha Husein, tetapi ia tidak menunjukkan argumen yang meyakinkan. Karena itu, ia menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi menetap di Utara Hijaz karena beberapa sebab yang tidak dapat diungkapkan oleh sejarah.

Shalih Ahmad al-Ali dengan mengutip pendapat salah seorang sejarawan awal, As-Samahudi dari Bani Quraidhah menyebutkan: 
Mereka mengira bahwa ketika Romawi menaklukkan Syam, orang Bani Quraidhah, Nadhir, dan Hadal meninggalkan Syam menuju Bani Israel di Hijaz. Maka, penguasa Romawi terus mencarinya, tetapi mereka mengalahkan para utusannya.
Ungkapan tersebut menjelaskan (Ahmad Al-Ali berpendapat) bahwa kelompok-kelompok Yahudi yang menempati Madinah adalah orang-orang yang pertama pindah setelah pemerintahan Romawi menguasai negeri Syam. Barangkali ini karena pengaruh taklukan Titus atas negeri Yahudi dan penghancuran Yahudi.

Di sini, as-Samahudi menyebutkan bahwa, Bani Quraidhah, Nadhir, dan Hadal pergi ke jazirah Arab melalui negeri Syam (Palestina) di saat mereka mendapat dari pemerintahan Romania. Tetapi, di sela-sela teks tersebut, ada yang menguatkan tentang adanya orang-orang yang mendahului Bani Israel di Wilayah Hijaz.

Dari manakah orang Yahudi pertama itu datang? Apa sebab-sebab perpindahan mereka ke Hijaz?

Syahdan. Suatu ketika ada jawaban yang dapat diterima akal tetapi aneh, bahwa ketika Islam datang, orang Yahudi meninggalkan Palestina setelah mendapat tekanan dari pemerintahan Romawi dan setelah penyerangan Raja Bachtanassar (Nebukadnezar) terhadap Baitul Maqdis.

Keberadaan orang Yahudi di jazirah Arab ketika itu tidak hanya berdasarkan pada riwayat-riwayat sejarah saja, tetapi juga, pada akhir akhir ini, berdasarkan beberapa penemuan fosil, prasasti (peninggalan), dan tulisan dari pelepah pohon yang mencatat nama-nama dari bahasa Ibrani.

Sebagian orientalis berpendapat dengan berdasar pada penelitian terhadap beberapa nama orang-orang Yahudi Hijaz ketika Islam datang, bahwa orang-orang Yahudi itu bukan Yahudi sebenarnya, tetapi ada juga orang Arab yang memeluk agama Yahudi karena pengaruh dakwah Yahudi.

Yang terpenting adalah bahwa orang-orang Yahudi yang berhijrah dari Palestina menuju Hijaz telah berhasil meyahudikan beberapa penduduk suku Arab di wilayah Hijaz. Inilah kesimpulan akhir yang diambil oleh Ahmad Amin, sebagaimana tentang adanya dua kelompok; orang Yahudi yang datang dari Palestina dan orang Arab yang teryahudikan.

Sebagian Yahudi-Arab tampak dalam beberapa gambaran, di antaranya para wanita di masa jahiliah bernazar, jika ia hidup dikaruniai seorang anak maka anak itu diyahudikan. Sebagian suku juga melakukannya. Ulama menyebutkan bahwa di antara suku Aus dan Khazraj ada orang yang disusukan kepada Bani Quraidhah. Kemudian ia diyahudikan.

Bahkan, sebagian orang dari suku Aus dan Khazraj di masa jahiliah berpandangan bahwa agama Yahudi adalah agama yang paling mulia. Karena itu mereka menjadikan anaknya menjadi seorang Yahudi. Sebab yang lain adalah percampuran orang Arab dengan orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi hidup di jazirah Arab sebagaimana hidupnya para penduduk Arab asli.

Mereka memakai pakaian yang dipakai orang Arab. Laki-laki Yahudi mengawini perempuan Arab, laki-laki Arab mengawini perempuan Yahudi. Barangkali orang Yahudi yang asli keturunan Arab inilah yang membantu lunturnya batasan yang dapat mengubah antara perkawinan laki-laki Yahudi dengan perempuan Arab atau sebaliknya.

Barangkali juga, yang menguatkan hal itu adalah karena banyak dari kalangan orang-orang Yahudi, baik laki-laki maupun perempuan, memakai nama-nama berbahasa Arab, sebagaimana beberapa penyair Yahudi yang mempunyai beberapa Qasidah, seperti yang sampai kepada kita dalam kitab-kitab sastra Arab. Oeleri juga berpendapat demikian, yaitu tentang adanya beberapa orang dalam suku Qainuqa’ keturunan Arab yang sudah menjadi Yahudi.

Agama Nasrani (Masehi)


Agama Nasrani atau Masehi, agama tauhid kedua, tersebar luas di jazirah Arab dan jumlahnya lebih besar jika dibandingkan dengan agama Yahudi (pengikut Nabi Musa). Hal ini karena beberapa faktor, seperti geografis, historis, politis, dan ekonomi.

Faktor geografis, pada saat itu wilayah di sekitar jazirah Arab menganut agama Masehi; Suriah di sebelah Barat Laut, Iraq di sebelah Timur Laut, Yaman di sebelah Timur, dan Habsyi di sebelah Barat (melalui Laut Merah). Tetapi, tidak semua penduduk wilayah tersebut memeluk agama Nasrani, hanya saja agama tersebut (Nasrani) merupakan agama yang resmi, jika dinisbatkan kepada mayoritas atau secara garis besar.

Di wilayah ujung (al-Athraf) terdapat kerajaan Ghasasanah (Ghassan) yang semua pimpinannya beragama Nasrani. Ahli sejarah mencatat bahwa rajanya yang terakhir adalah Jabalah bin al-Aiham, ia pernah bertemu dengan pasukan penakluk Arab.

Ketika ia bertemu dengan Umar bin Khattab, ia masih memeluk agamanya semula, yaitu Nasrani. Umar mengajaknya masuk Islam. Tetapi ia menolaknya. Kemudian Jabalah pergi (berpihak) ke Romawi dengan 30 ribu pasukannya, Umar menyesal ketika mendengar berita itu.

Ubadah bin Shamit mengkritik Umar. Andaikan kamu menerima ketulusan dan berbuat ramah kepadanya, pasti ia masuk Islam Cerita tentang Jabalah yang masuk Islam dan kemudul Islamad dikarenakan hukuman yang dijanjikan untuknya, adalah cerita umum, yang tercatat dalam sejarah arab.

Juga di wilayah ujung (al-Athral) terdapat negeri Munadzirah di daerah Hirah tempat akar agama Masehi mulai berkembang di bawah pimpinannya yang pertama, Imri’il Qais. Kemudian kembali berkembang pada masa cucunya, Nu’man. Demikianlah, pada waktu itu jazirah Arab dikelilingi negeri- negeri kecil dan besar, di mana agama Nasrani merupakan agama resminya atau agama mayoritas.

Di Iraq, meskipun agama Masehi tidak menjadi agama resmi. Tetapi sangat mengakar di Reha, Jundisaphur, Nizip, dan beberapa kota yang telah didirikan oleh raja Slokes, bahkan di beberapa kota ini terdapat madrasah Teologi dan Filsafat yang tersohor di mana- mana sampai pada masa kerajaan Abasiah.

Tentang sebab-sebab historis


Abbas Mahmud al-Aqqad mengembalikannya pada tekanan yang dilakukan Gereja Timur dan kondisi kekacauan yang terjadi pada awal tahun 200 M. Karena pengikutnya banyak mendapat tekanan maka mereka berlindung ke negeri Arab untuk mencari kebebasan, dan kebanyakan dari mereka adalah pengikut mazhab Ya’aqibah.

Sebab yang lain adalah, penyerangan orang Habsyi ke Yaman yang kemudian disusul penyerangan raja Abrahah ke jantung kota Arab untuk memperluas kekuasaannya. Meskipun agresi ini gagal, tetapi mempunyai pengaruh keagamaan, walau terbatas hanya pada wilayah-wilayah yang dilaluinya.

Demikianlah agama Masehi tersebar di kalangan suku Taghlab, Ghassan, dan Qudha ah di sebelah Utara dan negeri Yaman di sebelah Timur. Agama tersebut masuk Utara diena usaha para penguasa Romania Timur pada abad IV M.

Ini terjadi karena hubungan yang sangat erat antara orang Arab dengan orang Byzantium sehingga orang Arab pada dataran tertentu terpengaruh dengan agama Masehi. Maka, agama Masehi tersebar di sebelah Timur melalui Habsyi, dan di sebelah Utara melalui Suria dan semenanjung jazirah Saina’ yang menghuni tempat-tempat suci dan rumah-rumah ibadah.

Dalam riwayat ath-Thabari dijelaskan bahwa, yang menyebarkan agama Nasrani di Arab bagian Selatan dan Yaman adalah Dzu Nuwas sebelum ia menjadi seorang Yahudi. Tetapi ketika ia menjadi Yahudi, namanya disebut dengan Yusuf. Dialah yang menggali lubang panjang di Najran, kemudian membunuh pengikut agama Nasrani. Wallahu a’lam bisshawaab.

Referensi:

1. Dr. Muhammad Husein Haikal, Hayatu Muhammad, cetakan XI (Dar al-Ma’arif, t.t)

2. Ahmad Amin, Fajr Al-Islam, cetakan XIII, (Kairo: Maktabah an-Nadhah al-Misriyyah, 1982).

3. Dr. Toha Husein, Fi al-Ashr al-Jahili, cetakan I, (Mesir: Mathba’ah Dar al-Kutub al-Misriyyah).

4. Dr. Husein Mu’nis, Athlas at-Tarikh al-Islami, cetakan I, (t.k.: Dar az-Zahra’ li al-I’lam).

5. Dr. Muhammad Ibrahim al-Fayumi, Fi al-Fikr ad-Dini al-Jahili.

6. Dr. Abdul Aziz Sayid Salim, Tarikh al-Arab Qabla Al-Islam.

7. Dr. Dr Abdul Aziz ad-Duri, Muqaddimah fi at-Tarikh al-Iqthishadi al-Arabi, cetakan V, (Beirut-Libanon: Dar at-Thali’ah, 1987).

8. Dr. Yahya asy-Syami, asy-Syirk al-Jahili wa Alihah al-Arab al-Ma’budah Qabla al-Islam.

9. Karl Brockleman, Tarikh asy-Syu’ub al-Islamiyyah.

10. Burhanudin Dallu, Jazirah Al-Arab Qabla al-Islam.

*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.

Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf. Alumni Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo. Sekarang nyantri di Ponpes Nurul Jadid, sekaligus kader PMII Universitas Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال