Tarawih Empat Rakaat Satu Salam Bolehkah ?

Jika ditanya, apakah ada pendapat yang mengatakan bahwa salat tarawih boleh dilakukan dengan cara empat rakaat dengan satu salam seperti yang dipraktikkan Muhammadiyah? Bagaimana sikap kita? Yang jelas sebenarnya ada. 


Akan tetapi, sangat lemah (dha’if). Oleh karena itu, orang NU biasanya mempraktikkan dengan dua rakaat. Sebaiknya kita melakukan dua rakaat sebagaimana biasanya (2 rakaat salam), karena itulah pendapat yang paling shahih.


Dalam kitab Al-Muhaddzab dijelaskan:


المهذب : ج ١ / ص ٨٥
وَالسُّنَّةُ أَنْ يُسَلَّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ لِمَا رَوَى ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا إِنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ " صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا رَأَيْتَ أَنَّ الصُّبْحَ تُدْرِكُكَ فَأَوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ " وَإِنْ جَمَعَ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيمَةٍ جَازَ لِمَا رَوَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " كَانَ يصلى ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً وَيُوتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ يَجْلِسُ فِي الآخِرَة وَيُسَلِّمُ وَأَنَّهُ أَوْتَرَ بِسَبْع وبخمس لا يفصل بينهن بسلام "


Artinya: “Kesunnahan (salat tarawih) adalah salam setiap 2 rakaat berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar ra., bahwasannya Nabi Saw bersabda, “Salat malam adalah dua rakaat-dua rakaat. Apabila waktu subuh telah mendekatimu, maka salat witirlah satu rakaat”. Selanjutnya, apabila rakaat-rakaat dalam salat dikumpulan dalam satu salam maka boleh berdasarkan riwayat dari Aisyah ra bahwasannya Rasulullah pernah salat malam 30 rakaat dengan satu salam. Kemudian diteruskan dengan salat witir sebanyak 5 rakaat, lalu Rasul Saw. Baru duduk bersalam di rakaat terakhir. Rasul Saw. Sungguh pernah salat witir 7 atau 5 rakaat tanpa ada pemisah salam di antara rakaat- rakaatnya.”


حلية العلماء في معرفة مذاهب الفقهاء : ج ٢ / ص ١١٦

وَقَالَ أَبو حنيفة في صَلَاةَ اللَّيْل إِن شَاءَ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَإِنْ شَاءَ صَلَّى أَرْبَعًا أَوْ سِرًّا أَوْ ثَمَانِي رَكْعَاتٍ بِتَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ وَبِالنَّهَارِ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ أَرْبَعٍ وَقَالَ أَبُو يُوسُفَ وَمُحَمَّدٌ صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى


Artinya: “Abu Hanifah menyatakan: “Dalam salat malam, Jika Rasul Saw. Berkehendak salat dua rakaat maka dia melakukannya; jika Beliau berkehendak salat empat, enam, delapan rakaat dengan satu salam maka Beliau melakukannya. Sedangkan ketika siang hari, Beliau melakukan salam di tiap-tiap empat rakaat”. Abu Yusuf dan Muhammad (dua murid Imam Abu Hanifah) berkata: “Salat malam adalah dua rakaat salam-dua rakaat salam.”


الوسيط في المذهب : ج ٢ / ص ٢١٧
قَوَاعِدُ ثلاثة الأولى التطوُّعَاتُ التي لا سَبَبَ لَهَا لَا حَصْرَ لركعاتها فإن تحرم بركعة جَازَ لَهُ أَنْ يُتمهَا مِائَةً بِتَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ إِنْ تَحَرَّمَ بِمِائَةٍ جَازَ لَهُ أَنْ يَقْتَصِرُ عَلَى وَاحِدَةٍ فَمَا فَوْقَهَا وَلَهُ أَنْ يَتَشَهَّدَ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ أَوْ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ أَوْ فِي أَمرٍ الصَّلَاةِ فَقَطْ وَالْأُولَى مِنَ التَّطَوَّعَاتِ مَثْنَى مَثْنَى عَلَى نَهْجِ الرَّوَاتِبِ


Artinya: “Tiga kaidah (dalam salat sunnah). Pertama, salat sunnah yang tidak ada penyebab dalam melakukannya maka tidak ada batasan jumlah rakaatnya. Dengan demikian, jika seseorang bertakbiratul ihram dengan niat satu rakaat (salat sunnah) maka diperbolehkan menyempurnakannya hingga seratus rakaat dengan satu salam. Jika ia bertakbiratul ihram dengan niat seratus rakaat (salat sunnnah) maka ia boleh meringkas dengan satu rakaat atau lebih. Diperbolehkan pula bertasyahud di tiap dua rakaat atau di tiap empat rakaat atau di akhir salat saja. Sedangkan yang paling utama dari salat sunnah adalah salat dua rakat-rakaat sebagaimana tata cara salat rawatib.”


المبسوط للسرخسي : ج ٢ / ص ٢١٧
حَتَّى لَوْ صَلَّى الرَّجُلُ التَّرَاوِيحَ بِعَشْرِ تَسْلِيمَاتٍ فِي كُلِّ تَسْلِيمَةٍ ثَلَاثُ رَكَعَاتٍ بِقعدَةٍ وَاحِدَةٍ جَازَ وَيَسْقُطُ عَنْهُ التَّرَاوِيحُ وَعِنْدَ مُحَمَّدٍ وَزُفَرَ رَحِمَهُمَا اللَّهُ تَعَالَ لَا يسقط، وَلَوْ صَلَّى التراويح كُلَّهَا بِتَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ وَقَعَدَ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ الْأَصْحُ انه يجزئهُ عَنْ التَّرْوِيحَاتِ أَجْمَعَ وَهُوَ أَصَحُ الرِّوَايَتَيْنِ، وَإِنْ لَمْ يَقْعُدُ اخْتَلَفَتْ فِيهِ الأقاويل عَلَى قِيَاسٍ قَوْلِ أَبِي حَنِيفَةَ وَأَبِي يُوسُفَ رَحِمَهُمَا اللَّهُ تَعَالَى، وَالْأَصْحُ أَنَّهُ يُجْزِئه عَنْ تَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ.


Artinya: “Bahkan, Apabila seseorang salat tarawih dengan sepuluh salam di tiap-tiap tiga rakaat ada satu salam dengan satu duduk maka boleh karena sebagian dari salatnya adalah salat tarawih. Menurut Muhammad dan Zufar -mudah-mudah Allah Ta’ala merahmati keduanya, yang demikian adalah tidak gugur (batal). Seandainya seseorang salat tarawih secara sekaligus (simultan) kemudian duduk di tiap dua rakaat maka menurut qaul yang paling shahih itu sudah mencukupi untuk dikatakan salat tarawih. Qaul ini adalah qaul yang paling shahîh dari dua riwayat. Namun, jika tidak duduk di tiap dua rakaat maka hal ini masih banyak perselisihan ketika menganalogikan pada qaul Imam Abu Hanifah dan Abu Yusuf. Yang paling shahîh, yang demikian sudah mencukupi untuk dikatakan salat tarawih.” 

Wallahu a’lam bisshawaab.
 
 

Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf. Alumni Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo. Sekarang nyantri di Ponpes Nurul Jadid, sekaligus kader PMII Universitas Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال