Siapa Saja Ahlul Bait Rasulullah ?


Ahlul Baith (ahl l-bait) artinya adalah penghuni rumah atau keluarga Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Mengenai siapa-siapa saja Ahlul Baith para Ulama berbeda pendapat, hal ini disebabkan adanya perbedaan pemahaman tentang Q.S Al-Ahzab ayat 33 yang menjelaskan masalah tersebut, terutama dalam asbab an-nuzul (sebab turunnya ayat) tersebut. Perbedaan juga timbul karena adanya beberapa hadis yang berbeda tentang itu dan adanya berbagai macam kelompok atau aliran dalam Islam.

وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتِينَ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِعْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

 

Arab-Latin: Wa qarna fī buyụtikunna wa lā tabarrajna tabarrujal-jāhiliyyatil-ụlā wa aqimnaṣ-ṣalāta wa ātīnaz-zakāta wa aṭi'nallāha wa rasụlah, innamā yurīdullāhu liyuż-hiba 'angkumur-rijsa ahlal-baiti wa yuṭahhirakum taṭ-hīrā.Artinya: Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Q.S Al-Ahzab ayat 33).

Ahlul Baith Nabi

Dalam Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Ibnu Jarir dari Ikrimah dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas, dia berkata : “Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan para istri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam saja”. Ikrimah menyatakan bahwa ayat tersebut bukan hanya pada istri-istri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ath-Tabrani (wafat 360 H) dari Ummu Salamah (salah seorang istri Rasulullah), diceritakan bahwa ketika Rasulullah shalllallahu alaihi wasallam sedang berada di rumah Ummu Salamah, datang Fatimah az-Zahra membawa sebuah pinggan berisi makanan.

Rasulullah bersabda kepada Fatimah : “Panggil suami mu (Ali bin Abu Thalib) dan kedua anakmu (Hasan dan Husain)”. Datanglah Fatimah bersama mereka,kemudian Rasulullah mengkerudungkan sehelai kain Fadak di atas mereka, seraya meletakan tangan di atas mereka dan berdoa ; “Ya Allah, mereka inilah keluarga Muhammad, tetapkanlah shalawat dan berkat atas keluarga Muhammad, sebagaimana engkau telah menetapkan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.”

Ummu Salamah berkata : Lalu aku angkat kain itu agar bisa bersama mereka tetapi Rasulullah menarik kain itu dari tanganku sambil berkata ‘ sesungguhnya engkau Ummu Salamah berada dalam kebaikan’. Rasulullah tidak mengizinkan Ummu Salamah masuk ke dalam kain kerudung (Kisa’) itu. Peristiwa itu menjadi sebab turunnya ayat Q.S Al-Ahzab ayat 33 dan dari peristiwa itu dapat disimpulkan yang masuk ke dalam Ahlul Baith hanya lima orang yaitu Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Fatimah, Ali bin Abu Thalib, Hasan dan Husain.

Pendapat ini diterima oleh Ulama kalangan sunni dan syiah. Rasulullah sendiri bersabda sebagaimana diriwayatkan Ibnu Jarir (224-310 H), Ibnu Abi Khatim (wafat 327 H) dan Imam Ath-Tabrani dari Abu Sa’idal-Khudri (4-84 H) : “Ayat Q.S Al-Ahzab ayat 33 ini diturunkan untuk lima orang yaitu Rasulullah, Fatimah, Ali, Hasan dan Husain”. Hadis yang berkenaan tentang sebab turunnya ayat Q.S Al-Ahzab ayat 33 terkenal dengan nama “Hadis al-Kisa” (Hadis tentang selimut/kerudung).

Hadis-hadis lain yang berkenaan dengan Ahlul Baith adalah hadis as-Saqalin (dua peninggalan yang sangat berharga) yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmizi dari Zaid bin Arqam (sahabat Nabi dan perawi hadis) dan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbali dari Abu Sa’id al-Khudri.

 Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya tidak lama lagi aku dipanggil dan aku pun akan memenuhinya dan sesungguhnya aku telah meninggalkan as-Saqalin yaitu kitab Allah dan’Itrah-ku (keluarga terdekat). Kitab Allah itu ibarat tali tang terhentang dari langit ke bumi dan ‘Itrah-ku adalah Ahlul Baithku dan sesungguhnya Allah Maha Lembut telah mengembankan kepadaku bahwa keduanya (kitab Allah dan ‘Itrah-ku) tidak akan terpisah sehingga datang keduanya kepadaku telaga. Maka dari itu hendaklah kalian perhatikan bagimana perlakukanku terhadap keduanya”.

Hadis-hadis lain yang berkenaan Ahlul Baith ialah Hadis As-Safinah (Hadis tentang bahtera), diantaranya diriwayatkan Hakim an-Naisaburi (wafat 405 H/1014 M) dari Sa’id bin Jubair (624-692) dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah bersabda : “ Perumpaman Ahlul Baithku bagi kamu sekalian seperti bahtera Nabi Nuh alaihisallam, barangsiapa yang mengikutinya pasti dia selamat, tetapi barangsiapa yang berpaling darinya pasti tenggelam”.

Kemudian Hadis Mahabbah (Hadis tentang kecintaan terhadap Ahlul Baith) diantaranya Imam At-Tabrani dalam kitabnya “Al-Ausat” meriwayatkan hadis dari Jabir bin Abdullah (wafat78 H/698 M) bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkutbah : “Hai manusia, barangsiapa yang membenci kami Ahlul Baith,Allah akan menghimpun dia bersama Yahudi”.

Imam Hanbali, Imam at-Thabrani dan al-Hakim mengeluarkan hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas, saat turun Q.S Asy-Syura ayat 23 :”Katakanlah, aku tidak meminta upah kepada kalian atas penyampaian risalah ini, selain kecintaan kalian pada Rasulullah”. Sahabat bertanya : “Siapa dari kerabatmu yang wajib kami cintai ?”. Rasulullah bersabda : “Ali bin Abu Thalib, Fatimah, Hasan dan Husain”.

Dalam hadis-hadis Al-Kisa dan Mahabbah tampak jelas siapa saja yang masuk ke dalam Ahlul Baith, sedangkan dalam hadis as-Saqalin dan as-Safinah, tidak dijelaskan rinci siapa saja masuk dalam Ahlul Baith. Jika berpegang pada hadis-hadis bahwa Ahlul Baith tidak menerima sedekah maka Ahlul Baith adalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersama seluruh istri-istrinya dan putra dan putrinya, Ali bin Abu Thalib dan Aqil bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib dan keluarganya dan seluruh keluarga Abbas bin Abdul Muthalib.

Menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah yang termasuk Ahlul Baith adalah Bani Hasyim dan Imam Syafi’i berpendapat Ahllul Baith adalah Bani Muthalib saja. Kalangan Ulama Salafi berpendapat bahwa Ahlul Baith adalah Rasulullah, Fatimah, Ali bin Abu Thalib, Hasan dan Husain serta istri-istri Nabi.

Ahlul Baith Para Ulama Mazhab Syiah

Ulama Mazhab Syiah berpandangan yang masuk Ahlul Baith adalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Fatimah, Ali, Hasan dan para 12 imam keturunan Ali bin Abu Thalib yaitu Hasan dan Husain, Ali bin Husain Zainal Abidin (wafat 712 H), MuhammadAl-Baqir (wafat 731), Ja’far ashodiq, M      usa al-Kazim (wafat 799), Ali ar-Ridha (wafat 818), Muhammad al-Jawad (wafat 835), Ali al-Hadi (wafat 868), Hasan al-Askari (wafat 874) dan Muhammad al-Muntazar (wafat 878).

Keistimewaan Ahlul Baith dibandingkan dengan Muslim lainnya adalah selalu mendapat salawat dan salam ketika orang Muslim menyampaikan salawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Ulama Salaf sangat menaruh hormat kepada Ahlul Baith. Keistimewaan Ahlul Baith adalah tidak menerima sedekah. Diriwayatkan ketika Hasan disuapkan makanan dari hasil sedekah maka Nabi mengambil makanan yang hampir dimakan Hasan.

Mencintai Ahlul Baith Bukan Syiah

H.M.H Al-Hamid al-Husaini dalam bukunya “Rumah Tangga Rasulullah” menyatakan bahwa Imam Syafi’i berkata : “Jika saya dituduh Rafidhi (sesat) karena mencintai keluarga Muhammad shallallahu alaihi wasallam, maka saksikanlah wahai jin dan manusia bahwa saya adalah Rafidhi!”. Setiap Muslim pasti mencintai Ahlul Baith baik ia suni atau syiah.

 Dari tulisan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Ahlul Baith adalah Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Fatimah, Ali bin Abu Thalib, Hasan dan Husain serta sebagian Ulama menyatakan Ahlul Baith Nabi juga adalah para istrinya dan putra maupun putrinya. Adapun istilah keturunannya seperti Habib, Sayyid, Sayyid, Syarif muncul setelah wafatnya Ahlul Baith Nabi sah-sah saja menghormatinya namun sebagai yang mengaku keturunan Nabi saat ini bukan hanya terhormat karena nasab tetapi takwa dan seberapa besar perjuangan mereka terhadap umat Islam ?

Misalnya Jamaluddin Al Afghani, keturunan Nabi namun tidak membanggakan nasabnya tetapi menampilkan perjuangannya melawan kebatilan dan kemungkaran serta mencerahkan ummat dengan ilmu pengetahuan serta menampilkan ahlak Islamiyah.

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال