Puasa Manusia Dalam Kendali Ruhani

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM - Puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah yang penting dalam syariat Islam. Oleh karena itu, puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mukallaf (yang telah baligh dan berakal sehat) dan tidak berada di tengah rintangan (udzur). Puasa Ramadhan wajib bagi seluruh umat Islam tanpa terkecuali. Jika mereka meninggalkan puasa Ramadhan, para ulama sepakat untuk menggantinya di hari lain atau kita menyebutnya qadha. Jika qadha tidak dilakukan hingga tibanya puasa Ramadhan kedua, maka dikenakan hukuman membayar fidyah selain qadha.

Puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib bagi seluruh pemeluk Islam, baligh, dan sehat. Lamanya puasa Ramadhan berkisar 11-18 jam setiap hari selama sebulan penuh. Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang menurut sejarah diwajibkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala pada bulan Sya'ban tahun kedua Hijriah. Allah subhanahu wa ta'ala dengan tegas memerintahkan untuk menjalankan puasa Ramadhan guna mencapai ketakwaan sebagaimana tercantum jelas dalam surat Al-Baqarah 2: 183. “Hai orang-orang yang beriman, wajib atas kamu berpuasa sebagaimana wajib atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS, al-Baqarah: 183). Puasa merupakan salah satu pintu untuk memperoleh ketakwaan. Ketakwaan inilah yang menjadi arah tujuan puasa seorang hamba. Sesuai dengan Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 183. Puasa di bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam. Ini merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Maksudnya puasa adalah agar orang-orang yang melaksanakannya menjadi bertakwa. Dengan demikian, tujuan puasa bukan sekedar untuk menekan rasa lapar dan haus, namun tujuan utama puasa adalah mengubah kualitas jiwa kita agar lebih terkendali dalam mengatur hawa nafsu, menjauhi dan menjauhkan diri dari maksiat. bertindak, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan mengutamakan akhirat dari pada duniawi. 

Ramadhan merupakan bulan ibadah, bulan (diterimanya) doa-doa, bulan permohonan (ampunan), bulan pertobatan, bulan berjaga (tidak tidur) malam, dan bulan penyucian diri (tazkiyat an nafs). Ibadah pada bulan ini dilipatgandakan pahalanya beberapa kali dibandingkan dengan nilai pahala ibadah yang dilakukan pada bulan-bulan lain. Bahkan tidur dan tarikan nafas seorang beriman diberi pahala ibadah. Ramadhan merupakan bulan ketika pintu-pintu surga dibuka sementara pintu-pintu neraka ditutup. Para malaikat terus menerus mengajak umat manusia untuk beribadah kepada Allah, terutama menjelang Lailatul Qadr, di mana ibadah dan terjaga pada malam hari itu lebih utama dibandingkan dengan ibadah seribu bulan.(QS al Qadr: 3).

Puasa adalah berpantang segala hal yang membatalkan puasa seperti makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa merupakan upaya menjauhkan diri dari perbuatan tercela dan melanggar ketentuan ajaran Islam. Puasa tidak hanya berorientasi pada ibadah jasmani, namun juga ibadah ruhani yang dapat menyelamatkan dan mensejahterakan manusia, baik lahir maupun batin, di dunia dan di akhirat.

Ibadah puasa merupakan lahan bagi umat islam untuk melatih dan meningkatkan kesadaran dan ketaatan beragama. Puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh mulai fajar hingga maghrib, karena mengharap ridho Allah dan menyiapkan diri untuk bertakwa kepada-Nya. Tujuan berpuasa adalah takwa. Takwa berarti suatu sikap mental yang tumbuh atas dasar jiwa tauhid dan berkembang dengan ibadah-ibadah yang dilakukan kepada Allah SWT.

Berpuasa merupakan sebuah kegiatan religius yang dilakukan orang islam sebagai wujud ketaatan terhadap Tuhan-Nya di samping ibadah-ibadah yang lainnya. Puasa ramadhan adalah kegiatan menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan badan serta hal-hal lain yang menyebabkan batalnya berpuasa mulai terbit fajar sampai terbenam matahari yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Puasa ramadhan bukan hanya menekankan pada menahan diri dari makan dan minum saja, tetapi latihan peningkatan keimanan, pembinaan mental (jiwa), akhlak (moral), sosial, dan memahami arti perbedaan.

Puasa Manusia

Puasa Ramadhan yang dilakukan oleh seorang muslim seluruh dunia adalah proses ibadah untuk senantiasa mengasah ilmu pengetahuan dan wawasan agama terkait ibadah, serta menerapkan hakikat hikmah yang terdapat didalamnya yang saling berkaitan satu kesatuan, membentuk lingkaran kebajikan yang dilaksanakan untuk kemanfaatan kemanusiaan dalam kehidupan secara berkeadaban berkelanjutan.

Puasa pada dasarnya seni mengelola, mengendalikan potensi nafsu syahwat diri yang terus bergejolak dalam diri, baik pengaruh kondisi jiwa raga dan mental psikoligal dari dalam diri, pun pengaruh diluar kendali diri atas gempuran keberlimpahan materi harta, pamer pesona busana diri dan hasrat atas kuasa. Karena itu, puasa tidak hanya menahan dan mengendalikan persoalan perut, pemenuhan bendawi materi dalam jiwa raga tetapi lebih dari itu adalah proses pengelolaan mental psikoligal dan moral intelektual dalam interaksi sosial menghadapi dinamika pengaruh godaan harta, tahta dan kuasa dunia.

Puasa itu sarana proses menyaring dan mengidentifikasi segala sesuatu yang masuk kedalam diri, baik terkait makan-makanan, minuman dan materi-materi yang tidak tau asal usul keberadaannya. Puasa itu dapat menyerap dan memilah segala sesuatu perbuatan yang merusak eksistensi diri, baik dari perilaku manusia yang suka menggunjing, mencaci maki, memfitnah dan bahkan perbuatan malas belajar tak bekerja, lemah tak berdaya, tak produktif berkarya, keluh kesah, pembangkang dan menindas rendahkan martabat sesama kemanusiaan.

Akhirnya, dalam makna yang lebih dalam bahwa ibadah puasa adalah seni mengasah kepekaan akal Budi untuk selalu sadar dalam memahami hakikat diri dan eksistensi makna hidup di dunia ini, yakni untuk terus belajar meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan, mengasah moralitas karakter mulia dalam berinteraksi, menjunjung tinggi norma etika atau akhlak mulia dengan mengamalkan nilai-nilai Qurani profetik dalam interaksi sosial, kemudian mengasah hidupkan kepekaan hati nurani untuk memahami kondisi mental psikoligal jiwa raga manusia lainnya yang menderita lapar haus, menahan diri dan mengelola emosi jiwa dari serangan perbuatan keburukan yang merusak tatanan masyarakat.

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال