Refleksi Islami; Makna Manusia Hidup di Dunia?

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM - Islam merupakan Agama samawi yang berisi syariat dari Allah SWT, Tuhan semesta alam. Ajaran Islam bersifat universal yang diperuntukkan bagi semua makhluk baik di bumi maupun di langit. Selain itu ajaran Islam pun bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan jaman. Di era modern seperti saat ini banyak sekali kemudahan yang dapat manusia rasakan sebagai akibat dari perkembangan teknologi dan informasi. Hal tersebut dapat berdampak positif dan negatif pada kehidupan manusia. Apabila manusia tidak dapat mengontrol perilakunya dalam kehidupan modern ini maka manusia dapat terjerumus dalam jurang kehinaan dan kenistaan. Oleh karena itulah agama sangat berperan penting dalam membimbing manusia khususnya di era modern ini.

Islam adalah agama yang mengemban misi keselamatan akhirat, kesejahteraan dan kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh umat manusia dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Islam merupakan agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan juga mengatur hubungan manusia dengan alam semesta yang saling menguntungkan satu sama lain, oleh karena itu Islam mempunyai prinsip Rahmatan lil 'Alamin, yaitu rahmat bagi alam semesta.

Dalam perspektif Islam, dunia bukanlah tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia. Karena itulah dunia ini tidaklah kekal, karena akan selalu ada kematian sebagai akhir dari kehidupan di dunia ini. Akan tetapi, dunia adalah ladang untuk kehidupan yang abadi dan kekal, yaitu di akhirat kelak. Visi seorang muslim adalah akhirat, yakni menjadikan dunia sebagai ladang amal terbaik untuk kebahagiaan di akhirat kelak. Begitulah Allah menegaskan, waladdârul âkhiroti khoirun lakaminal ûlâ, bahwa kampung akhirat itu bagimu lebih bik dari kehidupan yang pertama (dunia). Inilah paradigma yang harus kita tanamkan secara bertahap. bahwa tujuan hidup kita sesuai dengan konsep siklus kehidupan dunia dan akhirat. Sehingga hidup kita tidak hanya bertujuan mencari menumpuk materi harta, merebut mempertahankan hasrat kuasa dan mengemis puja puji tahta di dunia, tetapi menjadi manusia-manusia yang senantiasa belajar meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan, mengasah kepekaan hati nurani dan interaksi sosial agar bisa memberi sumbangsih kontribusi kebajikan kedamaian dan keadaban dalam beragama dan bermasyarakat. Dengan kata lain, berusaha menjadi manusia yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Manusia-manusia yang mampu mengisi hidup dengan nilai-nilai kebajikan, belajar dan berkarya sesuai potensi dan wawasan dalam aktivitas kehidupan dunia, menyiapkan untuk kehidupan akhirat kelak.

Dalam pandangan Islam, meliputi dua aspek pokok, yaitu kehidupan duniawi yang mengarah kepada aspek material, dan kehidupan spritual yang mengarah pada aspek moril untuk menggapai kehidupan sejahtera dan bahagia di akhirat kelak. Oleh karena itu, dalam segala aspek aktivitas manusia-manusia perlu untuk menyeimbangkan hidup kebutuhan didunia/ mengpolarisasikan kehidupan untuk mencapai kebahagian akhirat kelak. Dalam menggapai tujuan hidup, manusia sering dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam kehidupannya, baik faktor materil, faktor pendidikan maupun faktor moril spiritual yang bersifat ubudiyah. Maka dari itu, diperlukan manusia-manusia berilmu pengetahuan tinggi, berwawasan mendalam dan berjejaring luas sebagai sarana dalam merawat menata dan membangun lingkungan hidup sekitar yang indah, bagus, tertata, dan menjaga martabat sesama manusia agar supaya menunjang pencapaian tujuan hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat kelak secara berimbang, dengan melalui pembinaan jasmaniah dan pembinaan rohani manusia. Pembinaan jasmaniah manusia berorientasi pada pencapaian kesejahteraan hidup manusia di dunia ini karena manusia dalam kehidupan haruslah berusaha mencari karunia Allah SWT dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Seseorang yang berambisi pada dunianya saja, tanpa disadari ia menjadikan kesuksesannya sebagai tujuan akhir hidupnya. Sedangkan seseorang yang mementingkan dirinya sendiri untuk akhirat, maka ia akan menjadikan keridhaan Allah sebagai satu-satunya hal yang harus diraih. Ya, keduanya harus dimiliki oleh semua orang. Agar sukses sebagai tujuan dunia dan keridhaan Allah swt sebagai tujuan akhir. Namun tidak semua manusia memiliki kedua roh tersebut. Banyak dari mereka yang hanya mengejar dunia, dan jika tidak mendapatkan dunia itu maka banyak hal yang membuat mereka frustasi yang kemudian berujung pada pemikiran untuk mengakhiri hidup sendiri, lupa dengan tujuan lain bahwa keridhaan Allah swt tetap harus tercapai. Mungkin tidak semua orang mencapai kesuksesan seperti memiliki segalanya di dunia tetapi semua makhluk Tuhan mampu meraih keridhaan-Nya. Ibarat orang yang sedang berjalan, kita tidak tahu pasti kemana tujuannya kita tidak tahu pasti dimana keridhaan Allah tapi kita sudah diberitahu jalan mana yang harus diambil jika ingin mencapai tujuan itu dengan selamat. Tiga di antaranya melalui kesabaran, rasa syukur, dan keikhlasan. 

"Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan (kesuksesan, kebahagiaan, dan keberkahan hidup) di dunia dan akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa (api) neraka. Inilah rangkaian doa yang setiap saat kita panjatkan. Sukses menjalani kehidupan di dunia ini dan di akhirat kelak adalah cita-cita tertinggi seorang mukmin. Inilah visi dan misi mulia setiap mukmin. Untuk dapat mewujudkan cita-cita mulia tersebut, setiap mukmin harus menempuh jalan yang benar dan sesuai dengan cita-citanya itu, supaya semakin memudahkannya untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut. Siapa yang meniti jalan yang benar akan sampai pada tujuan.

Dunia adalah jembatan menuju akhirat. Apa yang Anda lakukan di dunia ini akan berpengaruh terhadap kehidupan di akhirat nanti. Apa yang Anda tanam di dunia ini, itulah yang akan Anda petik di akhirat. Jika amal kebaikan yang Anda tanam, tentu surga dan seisinya yang akan Anda nikmati. Sebaliknya, jika keburukan yang Anda tanam, maka api neraka menjadi buahnya.


Kehidupan di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan di akhirat bersifat kekal. Begitulah pemahaman yang tertanam di benak sebagian besar kita selama ini. Namun ternyata kelanggengan hidup di akhirat masih menuai pro dan kontra. Ada yang mengatakan, kehidupan di akhirat bersifat kekal. Ada pula pendapat yang menegaskan bahwa akhirat tidaklah kekal. Di akhir cerita, akhirat akan bergulir menuju kehancuran hingga alam surga dan neraka hancur, dan penghuninya lenyap.

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال