Komedian Komeng “Alfiansyah” Menjadi Indikasi Rendahnya Tingkat Kesadaran Demokrasi?

Penulis: Roma Wijaya*

KULIAHALISLAM.COM - Pemilihan baik itu DPD, DPR, sampai Presiden dan Wakil Presiden tahun 2024 ini memiliki ketegangan tinggi. Namun juga menghadirkan segelitik cerita unik dibalik pemilihan ini. Salah satunya yang menjadi pusat menarik di sini adalah perolehan suara komedian legend bernama panggung Komeng alias Alfiansyah Komeng tertinggi yaitu mengantongi 1.798.455 suara atau 12,02 persen berdasarkan data dari CNN Indonesia pertanggal 19 Februari 2024. Walaupun secara real count oleh KPU belum ditetapkan siapa saja yang mendapatkan kursi-kursi tersebut.


Komeng merupakan komedian legend yang telah bergelut di kancah perkomedian Indonesia mulai tahun 90-an hingga sekarang. Dengan berbagai celutakannya yang spontan diiringi slogan “uhuyy”, Komeng digemari banyak kalangan. Sebenarnya tidak ditemukan sedikit pun rekam jejaknya dirinya untuk menginjakkan kakinya di atas panggung politik Indonesia. Ini menjadi sesuatu yang unik dan mengagetkan beberapa kalangan termasuk partnernya Adul. 

Pada penjelasannya dalam podcast “Close The Door” bersama Deddy Corbuzier, Komeng memaparkan alasan utamanya yaitu ingin memperjuangkan nasib para pelawak Indonesia. Bahkan ingin mengkultuskan adanya hari Komedi Indonesia bertepatan lahirnya comedian legend H. Adi Bing Slamet pada 27 September dengan alasan hanya bidang komedi yang tidak memiliki hari perayaan khusus di Indonesia. 

Komedian yang Banting Tulang ke Dunia Politik

Dari fakta di atas seorang komedian yang masuk dalam dunia perpolitikan mengingatkan kita kepada presiden Ukraina yaitu Volodymyr Zelensky. Dirinya telah dilantik sebagai presiden pada tahun 2019. Dilansir dari CNBC Awal karirnya di awali dari grup lawaknya bernama Kvartal 95 tampil pada televisi KVN yang mana acara ini bernuansa komedi dan disiarkan di Perserikatan Negara-negara Merdeka. 

Karirnya terus berkembang sampai dirinya menjadi pemeran utama dalam serial televisi berjudul “The Servant of The People”. Serial ini mengisahkan seorang guru yang viral karena ucapannya yang menyinggung kasus korupsi di Ukraina. Singkatnya dari peran inilah pada 20 Mei 2019 Zelensyky sah menjadi presiden Ukraina.

Selain Zelensky sebetulnya banyak juga komedian Indonesia yang mendahului kepindahannya dari dunia komedi ke dunia politik. Di antaranya adalah Eko “Patrio”, Dedi Gumilar alias Mi’ing, Nurul Qomar alias abah Qomar, dan sebagainya. Namun terdapat perbedaan antara Komeng dan lainnya yaitu majunya dirinya tanpa dikendarai satu partai pun. Sedangkan mereka pendahulunya menggunakan atribut Partai Politik sebagai pintu masuk ke dunia politik.

Benarkah Terpilihannya Komeng Menjadi Indikasi Lucunya Negeri Ini 

Terpilihnya Komeng walaupun secara respi belum dilantik, namun pada web kawalpemilu.com menampilkan perolehan suaranya paling banyak. Hal yang unik dari majunya Komeng menjadi percalonan DPD Jabar yaitu; pertama, dirinya bukan dari Partai Politik. Kedua, selama masa kampanye dia tidak melakukan selebrasi kampanye besar-besaran, malah tampak tidak ada pergerakan blusukan dari Komeng. Ketiga, memasang foto berpose yang agak nyeleneh. Namun hasilnya cukup mengagetkan dunia perpolitikan Indonesia. Atau mungkin ini adalah strategi marketing dirinya untuk menang.

Ada hal tak biasa pada proses perhitungan suara di beberapa KPPS yang beredar di sosmed, setelah menyebut nama Komeng warga sekitar yang menyaksikan dan dengan riuh berkata “uhuuyy”. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kita telah mengenalnya sebelumnya, tanpa mengerti apa yang menjadi ide gagasan yang dibawa oleh Komeng.  

Pemilih telah teruhuyy-uhuyy oleh sosok Komeng. Inilah yang menunjukkan indikasi seleksi yang dilakukan masyarakan tanpa meriset dan mengetahui apa saja yang ingin dibawa oleh Alfiansyah ke ranah yudikatif. Namun, setelah melihat dan mendengarkan keluhan dari dia tidak ada salahnya. Permasalahannya adalah masyarakat Indonesia mudah untuk tergiur dan digoyahkan keyakinannya untuk menentukan siapa yang menjadi pilihannya.

Dari fenomena terpilihnya Komeng dengan suara terbanyak tanpa melakukan kampanye secara masif dan tanpa dorongan Partai Politik menunjukkan masyarakat Indonesia dalam memilih calonnya tidak diresapi apa gagasannya diawal. Hal yang terpenting adalah membuat framing baik di mata pemilih seperti terkenal, gemoy-gemoy, lucu, lugu dan sebagainya. 

Seharusnya politik demokrasi mampu mencerdaskan secara bertahap masyarakatnya dengan cara melakukan adu gagasan atau setidaknya mengajak dialog agar saling adanya tukar menukar argumentasi dan ide. 

*) Dosen STAI Syubbanul Wathon Magelang Minat Kajian: Tafsir, Hadis, Sejarah, Pemikiran Islam, Gender Alamat: Semilir, Girirejo, Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah 

Instagram: roma.wijaya 

Facebook: Roma Al-Bughury

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال