EMILE DURKHEIM: INSTING SOSIAL ITU SULIT DIPERCAYA

 


Membongkar Mitos Insting Sosial: Pemikiran Emile Om Durkheim Tentang Bagaimana Masyarakat Membentuk Kita

seperti apa yang diajarkan oleh guru ngaji kita. Katanya kita adalah orang baik sejak kecil. Coba kita bayangkan andai kita semua lahir seperti itu. Lah kok masih saja ada konflik dan Perang? Ini kan membingungkan? Tapi apa kata Emile Durkheim? seorang ahli yang mempelajari masyarakat. Beliau berpendapat lain. Ia mengatakan bahwa cara kita berinteraksi dan bersikap satu sama lain lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial kita daripada apa yang sudah kita bawa sejak lahir. Tulisan ini akan membahas bagaimana Om Durkheim menjelaskan bahwa perilaku sosial kita sebenarnya dibentuk oleh dunia di sekitar kita. Inilah pencerahan dari Om Durkheim, mengapa Teori Insting Sosial Itu sulit dipercaya?

Semuanya  Karena Apa Kata Orang

Dalam dunia kerja misalnya, sering kali kita merasa harus memenuhi standar dan ekspektasi tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan atau masyarakat. Misalnya, di banyak kantor, ada tekanan tidak tertulis untuk bekerja lembur sebagai bukti dedikasi.  Dalam banyak kasus, karyawan-karyawan ‘bandel’ yang memilih untuk tidak mengikuti norma ini sering kali merasa terisolasi atau dinilai tidak punya komitmen kerja. Inilah contoh nyata bahwa perilaku sosial kita bukan bawaan lahir, tetapi karena tekanan arus sosial.

Kita sering menganggap bahwa keinginan untuk bergaul itu alami. Namun, Om Durkheim menunjukkan bahwa apa yang kita anggap sebagai perilaku sosial 'alami' bisa jadi karena adanya tekanan dari masyarakat. Ia mengatakan bahwa aturan dan harapan sosial memiliki pengaruh besar dalam menentukan bagaimana kita bertingkah laku. Ini menunjukkan bahwa interaksi sosial kita mungkin lebih banyak dipengaruhi oleh apa yang diharapkan dari kita, bukan hanya karena kita terlahir dengan keinginan itu.

Ketika Seseorang Dianggap Kuper

Contoh si Amin misalnya, Dia adalah remaja yang memilih untuk tidak mengikuti tren fashion atau gaya hidup populer di kalangan teman sebayanya. Karena baginya itu tidak sesuai dengan pribadinya. Meskipun pilihan ini mungkin hanya ekspresi preferensi pribadi, Amin bisa mengalami penolakan sosial karena  dianggap aneh, kuper, cupu karena tidak mengikuti apa yang dianggap sebagai normal  oleh teman-teman sebayanya.

Jika semua orang terlahir dengan kecenderungan untuk bersosialisasi, bagaimana kita menjelaskan orang-orang yang memilih untuk hidup menyendiri atau bertingkah unik dari kebiasaan  orang kebanyakan? Menurut Om Durkheim, memandang perilaku sosial sebagai reaksi terhadap lingkungan luar menjawab pertanyaan ini. Pandangan ini membantu kita memahami bahwa orang-orang yang berperilaku berbeda juga bereaksi terhadap tekanan sosial, hanya saja caranya berbeda.

Niat Asli: Ada Udang Dibalik Bakwan

Misalnya Seorang pekerja relawan yang menghabiskan waktu luangnya membantu di tempat penampungan tunawisma. Mungkin kita menyangka bahwa dia punya niat ikhlas yang tulus; ingin membuat perbedaan positif. Namun, kebanyakan orang, motivasi tersebut juga bisa dipengaruhi oleh kebutuhan untuk merasa dihargai,  membangun jaringan sosial, atau bahkan itu dilakukan karena dia ada tugas pengabdian dari kampus atau karena dia mau nyaleg. Ini menunjukkan bahwa tindakan sosial pun tidak bisa dilihat sebagai tindakan tulus ikhlas begitu saja.

Anggapan bahwa kita semua ingin bergaul dan bekerja sama karena bawaan lahir mungkin terlalu sederhana. Om Durkheim berpikir lebih realistis—dia melihat bahwa tindakan kita sering kali didorong oleh kebutuhan dasar seperti bertahan hidup, merasa aman, atau mendapatkan keuntungan pribadi. Ini menunjukkan bahwa kebaikan  kita sebenarnya dipengaruhi oleh keadaan daripada karena  insting kebaikan bawaan lahir.

Jadi Bagaimana Masyarakat Membentuk Kita? Inilah Kata Om Om Durkheim:

Hidup kita dipengaruhi perubahan dan budaya

Contoh paling dekat; Penggunaan media sosial telah secara dramatis mengubah cara kita berkomunikasi dan bersosialisasi. Di masa lalu, interaksi sosial terjadi secara langsung, tetapi kini banyak yang berlangsung secara virtual. Hal ini tidak hanya mengubah cara kita berhubungan dengan teman dan keluarga tetapi juga menciptakan norma-norma baru dalam hal privasi, interaksi sosial, dan bahkan identitas diri.

Inilah mengapa Om Durkheim percaya bahwa perubahan sosial dan budaya sepanjang sejarah sangat mempengaruhi bagaimana kita berperilaku. Ini menentang ide bahwa kita selalu bertindak berdasarkan insting sosial bawaan. Dengan kata lain, cara kita bersosialisasi berubah-ubah tergantung pada kondisi dan keadaan masyarakat kita.

Kebutuhan Akan Keamanan dan Kerjasama

Di tengah wabah COVID-19, banyak masyarakat yang secara spontan membentuk kelompok bantuan untuk menyediakan kebutuhan dasar bagi mereka yang terisolasi atau tidak mampu keluar rumah. Ini menunjukkan bagaimana kebutuhan akan keamanan dan kerja sama bisa memicu tindakan kolektif dalam menghadapi krisis, menunjukkan bahwa kerja sama sering kali berasal dari kebutuhan daripada sekadar keinginan untuk bersosialisasi.

Ini artinya, pandangannya juga menyatu dengan gagasan bahwa masyarakat dan perilaku sosial kita terbentuk karena kebutuhan bersama akan keamanan dan perlindungan, bukan hanya karena kita ingin bergaul. Ini seperti kesepakatan tidak tertulis bahwa kita bekerja sama karena kita membutuhkannya, bukan karena kita terprogram untuk melakukannya.

Menantang Pandangan Tetap tentang Perilaku

Contoh Elon Musk, dengan berbagai inovasi dan proyeknya seperti SpaceX dan Tesla, menantang pandangan tetap bahwa industri luar angkasa dan otomotif tidak bisa berinovasi secara radikal. Dia membuktikan bahwa dengan pendekatan yang berbeda dan berani mengambil risiko, batasan dalam bidang-bidang tersebut bisa ditembus. Ini merupakan contoh bagaimana individu bisa mempengaruhi perubahan besar pada skala industri atau bahkan masyarakat dengan menantang norma yang ada.

Om Durkheim juga menantang ide bahwa perilaku sosial kita sepenuhnya ditentukan oleh biologi kita. Ia berargumen bahwa lingkungan dan pengalaman kita memiliki peran besar dalam membentuk cara kita berinteraksi dengan orang lain. Ini menunjukkan bahwa kita tidak terkunci dalam skenario sosial tertentu sejak lahir, tetapi lebih fleksibel dan dapat dipengaruhi oleh dunia di sekitar kita.

 

Kesimpulan: Memahami Peran Masyarakat

Pemikiran Emile Om Durkheim menawarkan pandangan baru tentang bagaimana perilaku sosial kita terbentuk. Ia menunjukkan bahwa kita lebih dari sekedar produk dari apa yang kita bawa sejak lahir; kita juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial kita. Wawasannya mengajak kita untuk melihat lebih dalam tentang bagaimana masyarakat mempengaruhi cara kita berinteraksi dan berperilaku, menunjukkan bahwa kita semua adalah bagian dari jaringan sosial yang lebih besar yang membentuk siapa kita.

Sekilas pemikiran Om Om Durkheim ini serasa ada benarnya. Tapi apa pemikiran seperti ini apakah tidak sesat? Simak tulisanku yang lainnya ^^

Oleh: Julhelmi Erlanda (Mahasiswa Doktoral Pendidikan Kader Ulama & Universitas PTIQ Jakarta)

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال