Keselamatan Material Vs Keselamatan Ideal (Bag.1)



Bagi sebagian kalangan, biasanya kalangan ini ateis (seperti Richard Dawkins, Sam Harris dan Christopher Hitchens), bahwa keselamatan cukup ada di dunia nyata. hidup hanya sekali, hanya di dunia ini. titik. Sebagian kalangan lain, biasanya agamawan, meyakini bahwa sesungguhnya keselamatan tidak berhenti di alam dunia ini. keselamatan ada di alam selanjutnya. Mereka sebut sebagai hari penghakiman, lengkap dengan segala balasannya. Satu balasan berupa kenikmatan, yaitu valhala, jannah, surga, Elysium  dll. Sementara balasan lain berupa penyiksaan, dengan segala ketakutannya disebut, hel, naar, neraka, tartaros dll. Bahasan kita akan terfokus pada konsep keselamatan material yang diyakini kaum agamawan ini. Karena, meskipun sebagian mereka meyakini alam transendental, tapi tetap saja, bibit materialisme masih mempengaruhi idealisme mereka. Untuk itulah, esai ini hadir untuk menantang beberapa anggapan, asumsi-asumsi agamawan berikut dengan kajian filosofisnya.

Kematian sebagai simbol penyelamatan.

Bagi beberapa kalangan, Konsep keselematan harus terlihat konkrit. Bagi mereka, keselamatan harus terlihat sebagai aksi praktis. Bukan sebagai ide teoritis.  Karena keselamatan adalah aksi, maka harus ada aktornya. Yaitu individu yang menerapkan ide keselamatan. Sebagai aktor, dia bahkan harus rela melepaskan sisi materialnya. Ia harus rela mengorbankan jasadnya sendiri. Aksi heroik ini tentu saja tidak boleh mengorbankan orang lain bersamanya, paling tidak ia harus menghindari itu. karena nanti Justru itu akan disebut sebagai pengecut. Memang, aksi heroik akan mendatangkan inspirasi. Inspirasi yang mempesona para penerusnya. Namun, diujung, inspirasi ini melahirkan pertimbangan penerusnya; beberapa penerusnya tentu akan terjebak pada keragu-raguan semacam: Haruskah aku melakukan hal yang sama, haruskah aku mati dengan cara yang sama pula? tidak adakah jalan penyelamatan lain? Akhirnya mereka akan berpikir bahwa hanya individu yang terlahir dengan ‘mukjizat’ tertentu yang bisa melaksanakannya.  Kasih tertinggi hanya bisa dilaksanakan oleh mereka yang over power berkekuatan dewa, godlike dll. keselamatan yang dimaksud, hanya bisa bila ada gagasan dan kekuatan. Jadilah, keselamatan hanya bertumpu pada konsep kekuatan. Dari sinilah, kami katakan bahwa kalangan-kalangan itu terlalu terikat dengan materialisme.  Demikianlah, Karena terlalu terikat dengan materialisme, kalangan itu meyakini bahwa keselamatan haruslah terlihat secara empiris, dilakukan oleh aktor tertentu. Materialisme seperti ini memang terwujud dalam berbagai cerita-cerita di berbagai kebudayaan. Semisal cerita Prometheus dalam mitologi Yunani, Baldur dalam mitologi Norse, Quetzalcoatl dalam mitologi Aztec, The Fisher King dalam Legenda Arthurian dsb.

Bagi kami, keselamatan tidaklah harus diwujudkan  seperti dalam cerita-cerita menyedihkan itu.  Søren Kierkegaard mengatakan bahwa keselamatan memang seharusnya abstrak. Abstrak artinya tidak boleh berhenti sebagai aksi praktis; alias tidak tersekadar terwujud dalam fakta empiris. Keselamatan adalah sebuah idea teoritis. Keselamatan tidak boleh diyakini dalam bentuk materialnya. Karena, Jasad yang sejatinya memang terbatas ini tentu tak akan pernah selamat oleh ruang dan waktu. pengorbanan jasadiah untuk menunjukkan konsep keselamatan hanya akan menihilkan keselamatan itu sendiri. karena itulah keselamatan harus terwujud dalam ide, gagasan, hukum-hukum; bukan aksi semacam penderitaan/ kematian. Sehingga selanjutnya, semua individu akan berusaha menjaga ide itu ke dalam bentuk aksi nyata. secara materil beberapa dari mereka terlihat berhasil, beberapa dari mereka terlihat gagal. Tentu saja,  Karena aksi nyata individu terikat dengan ruang dan waktu. akhirnya, meskipun seorang individu mati, ia tetap dikenang sebagai penjaga konsep keselamatan. Individu ini yakin apa yang ia perjuangkan tidak fana. Perjuangan keselamatan abadi hingga ke akhirat. Demikianlah, keselamatan tidak mungkin dipandang semata-mata di alam dunia. Dia hanya mungkin ada di alam akhirat. Alam yang diyakini lebih transendental. Nah, inilah yang disebut dengan “fastabiqul khoirot” (Al-Baqarah:148) kebaikan tak terbatas. Usaha penyelamatan, heroik, harus tertanam dalam idealita oleh para penerus-penerusnya selamanya. Usaha penyelamatan tidak diukur dari siapa dan bagaimana aksinya (sebagaimana konsep (Nirvana, Moksha dalam Buddhisme/ Hinduisme). Tetapi usaha penyelamatan diukur dari ide gagasan itu (ini seperti konsep deantologis Immanuel Kant). Siapapun dan sekecil apapun usahanya,  keselamatan tetap terbalaskan. Balasan itu mungkin tidak terwujud di alam dunia, tetapi pasti terwujud di alam akhirat. Alam paling terakhir diantara alam yang dianggap berakhir.

 

KESELAMATAN MATERIAL VS KESELAMATAN IDEAL: JEBAKAN MATERIALISME DALAM TAFSIR KISAH NABI ISA AL MASIH (Bag. 2)

Sekian, Pembahasan kami selanjutnya mungkin akan tertumpu pada pertanyaan besar: benarkah yudas wajahnya diserupakan seperti nabi isa agar ia terlihat mati di kayu salib itu? Inikah cara Tuhan menyelamatkan nabi Isa? Kiranya ini pemantik, sambil menunggu kajian filosofis kami selanjutnya.


Oleh: Julhelmi Erlanda (Mahasiswa S3 Ilmu Qur’an-Tafsir Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal & Universitas PTIQ Jakarta)

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال