Menemukan Kebenaran Berita di Zaman Modern dengan Metode "Cogito" Descartes

Penulis: Ahmad Asrur Rozikin*

KULIAHALISLAM.COM - Dizaman informasi modern, tantangan memilih berita yang benar semakin rumit. Fluktuasi antara fakta dan opini, serta penyebaran berita palsu, menuntut kebijaksanaan dalam menentukan kebenaran. 

Metode pemikiran filosofis "Cogito" oleh Rene Descartes, seorang filsuf Prancis abad ke-17, bisa menjadi panduan berharga untuk menghadapi tantangan ini. Bagaimana metode "Cogito" dapat diterapkan dalam konteks keberitaan modern?

Descartes mengajarkan bahwa kebenaran pertama yang pasti adalah bahwa kita berpikir, karena kita meragukan segala sesuatu. Dalam mencari kebenaran berita, kita harus mempertanyakan informasi dan menyelidiki asal-usulnya. 

Kesadaran bahwa segala sesuatu dapat memiliki sudut pandang subjektif membantu mengembangkan kecerdasan kritis. Metode "Cogito" mengajarkan untuk mencari kebenaran melalui keraguan yang konstruktif. 

Kita perlu meragukan berita yang tidak jelas sumbernya atau terlalu bersifat sensasional. Memeriksa fakta, mengevaluasi kredibilitas sumber, dan mencari konfirmasi dari berbagai sumber adalah langkah-langkah yang mirip dengan langkah-langkah Descartes dalam mencari kebenaran.

Descartes menekankan logika dan deduksi dalam mencapai kebenaran. Demikian juga, dalam menilai berita, kita perlu menerapkan logika dan pemikiran deduktif untuk menyusun informasi dan menyimpulkan kebenarannya. Ini membantu memahami konteks dan menyaring berita yang mungkin memiliki niat atau agenda tertentu.

Metode "Cogito" juga mengajarkan untuk memahami bahwa kita bisa dipengaruhi oleh kesalahan persepsi atau pemahaman yang salah. Dalam mengevaluasi berita, kita harus menyadari bias personal dan mencoba melihat dari berbagai sudut pandang. 

Mempertanyakan apakah informasi tersebut sesuai dengan pemahaman kita sebelumnya dan bersedia membuka diri terhadap pandangan alternatif dapat membantu mencapai pemahaman yang lebih lengkap.

Dalam menghadapi tsunami informasi di era digital, metode "Cogito" memberikan landasan filosofis untuk menemukan kebenaran berita. Dengan meragukan, memeriksa, menerapkan logika, dan menyadari bias personal, kita dapat membentuk pemahaman yang lebih mendalam terhadap informasi yang diterima. 

Masyarakat dapat menjadi konsumen berita yang lebih cerdas, membedakan fakta dan opini, serta menghindari jebakan berita palsu. Selanjutnya, metode "Cogito" mengajarkan kita untuk mempertanyakan keyakinan mendasar. 

Dalam konteks keberitaan modern, literasi media memainkan peran penting. Literasi media melibatkan kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dengan cerdas. Masyarakat perlu mengembangkan keterampilan literasi media agar dapat memilah informasi dengan lebih baik.

Literasi media melibatkan keterampilan kritis dalam menganalisis konten, mengidentifikasi bias, dan memahami niat di balik penyampaian informasi. Pendidikan literasi media menjadi kunci dalam membekali masyarakat dengan alat yang diperlukan untuk menavigasi terpaan informasi yang begitu besar di era digital. 

Sosial media berperan dalam penyebaran informasi. Masyarakat perlu diberdayakan untuk mendeteksi sumber informasi yang dapat dipercaya dan memahami bagaimana algoritma media sosial dapat memengaruhi paparan mereka terhadap berbagai sudut pandang.

Kritisisme terhadap sumber informasi juga dapat dikaitkan dengan konsep "Cogito". Kita harus mempertanyakan segala sesuatu, bahkan informasi yang sesuai dengan pandangan kita. Dengan cara ini, masyarakat dapat menghindari jebakan konfirmasi (confirmation bias) dan lebih terbuka terhadap perspektif yang berbeda. 

Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat, lembaga pendidikan dan organisasi masyarakat perlu berkolaborasi. Pendidikan tentang keterampilan literasi media dan kecerdasan informasi dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan formal, dan kampanye penyadaran masyarakat dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemahaman yang kritis terhadap informasi.

Konsep "Cogito" Descartes yang menekankan keberagaman sumber dan pengembangan kecerdasan kritis. Mirip dengan pendekatan filosofis tersebut, masyarakat diajak untuk meragukan informasi, memeriksa kredibilitas sumber, dan memahami bahwa kebenaran dapat bervariasi tergantung pada sudut pandang yang diambil. 

Dalam konteks literasi media, artikel menyoroti pentingnya memahami cara kerja media, analisis konten, dan kemampuan mengidentifikasi bias. Literasi media dianggap sebagai alat penting dalam membantu masyarakat mengurai kompleksitas informasi, menyaring berita palsu, dan menjelajahi berbagai sudut pandang dengan cerdas. 

Dengan menggabungkan metode "Cogito" Descartes dengan pendekatan literasi media modern, masyarakat dapat membentuk fondasi yang kokoh untuk menghadapi tantangan informasi di zaman digital. Kesadaran diri, keraguan yang konstruktif, dan keterampilan literasi media bersama-sama membantu masyarakat mengidentifikasi kebenaran di tengah arus informasi yang terus berkembang. 

Artikel ini mengajak masyarakat untuk menjadi konsumen berita yang cerdas dan kritis, mampu membedakan antara fakta dan opini, serta menjauhi dampak negatif dari penyebaran berita palsu.

Daftar pustaka

Aziz, M. A. (2011). Kebenaran pesan dakwah. Jurnal Komunikasi Islam (Journal of Islamic Comunication), 1(2), 108-121.

Aziz, M. A. (2014). Kebenaran Pesan Dakwah. Jurnal Komunikasi Islam (Journal of Islamic Comunication), 4(2), 278-299.

Descartes, R. (1641). Meditations on First Philosophy. (Meditasi tentang Filsafat Pertama)

Descartes, R. (2020). Diskursus & Metode. Ircisod.

Fallis, D. (2014). What Do We Mean by "Empirical Confirmation"

Farid, M., & Sos, M. (2018). Fenomenologi: dalam penelitian ilmu sosial. Prenada Media.

Sunstein, C. R., & Vermeule, A. (2009). Conspiracy Theories: Causes and Cures. (Teori Konspirasi: Penyebab dan Pengobatan)

Tuchman, B. W. (1978). A Distant Mirror: The Calamitous 14th Century. (Cermin Jauh: Abad ke-14 yang Penuh Bencana)

Vera, S., & Hambali, R. Y. A. (2021). Aliran rasionalisme dan empirisme dalam kerangka ilmu pengetahuan. Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin, 1(2), 59-73.

Wardle, C., & Derakhshan, H. (2017). Information Disorder: Toward an interdisciplinary framework for research and policy making. (Gangguan Informasi: Menuju Kerangka Kerja Interdisipliner untuk Penelitian dan Kebijakan)

Wardle, C., & Derakhshan, H. (2017). Information Disorder: Toward an interdisciplinary framework for research and policy making.

*) Mahasiswa UIN Satu Tulungagung

Editor: Adis Setiawan


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال