Meneladani Keindahan Keluarga Rasulullah dengan Aisyah

Penulis: Ziyana Nurlaila Silfi Agusti*

KULIAHALISLAM.COM - Sayyidah Aisyah siapa yang asing mengenal sosok wanita mulia seperti Sayyidah ‘Aisyah, istri Rasulullah SAW? Atau siapa yang tidak tahu kalau Sayyidah ‘Aisyah itu menikah dengan Rasulullah di usia dini? Ini akan menjadikan sebuah tema menarik untuk membahas tentang keluarga Rasulullah dengan Sayyidah Aisyah. 

Aisyah merupakan istri Rasulullah SAW yang ke 3, setelah Sayyidah Khadijah dan Sayyidah Saudah. Setelah kedua istri Nabi wafat, beliau tidak pernah melakukan poligami kepada ummatnya. Terjadinya pernikahan dengan Sayyidah Aisyah ini bukan semata-mata tuntutan hawa nafsu, namun pernikahan beliau ini dilandasi oleh wahyu Allah SWT. 

Ketika Aisyah belum dinikahi Rasulullah SAW, Rasulullah menjelaskan jika beliau pernah didatangi oleh malaikat Jibril dalam mimpinya. Jibril membawa seorang anak perempuan yang wajahnya tertutupi sutera. Bertanyalah Rasul; “Siapakah dia?” Jibril menjawab; “Dia istrimu”. Setelah rasul membuka penutup sutera dari wajahnya ternyata perempuan itu adalah engkau (‘Aisyah). Jika memang ini adalah firasat baik dari Allah maka aku akan melaksanakannya. (HR. Sahih Bukhari: 7915). 

Rasulullah sangat kehilangan sosok wanita yang sangat hebat dan tidak pernah berhenti menyayangi, membantu dan membela dakwah beliau dengan jiwa dan harta bendanya. Sehingga Nabi membutuhkan pendamping seperti Sayyidah Aisyah, yang mana Sayyidah Aisyah adalah sosok seorang yang cekatan dalam bertindak, cerdas dan cepat menangkap ajaran Nabi, shalehah agar dapat menjadi panutan, ceria agar mampu memotivasi Nabi, dan juga berjiwa pejuang agar sadar akan posisinya sebagai penopang dakwah Rasulullah SAW. 

Lantas mengapa Sayyidah Aisyah mau menerima Rasulullah SAW sebagai seorang suaminya? Rasulullah merupakan sebaik-baik manusia di muka bumi. Bahkan tidak hanya para manusia yang mencintai dan merindukannya melainkan semua makhluk di dunia ini merindukannya termasuk para kalangan malaikat dan tata surya. 

Sehingga tidaklah terkejut kalau banyak sekail wanita yang menawarkan dirinya agar dinikahi Rasulullah SAW. Namun Rasulullah tidak lah tergiur dengan wanita lain walaupun Allah SWT memperbolehkannya. Allah berfirman dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 50;

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّآ اَحْلَلْنَا لَكَ اَزْوَاجَكَ الّٰتِيْٓ اٰتَيْتَ اُجُوْرَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِيْنُكَ مِمَّآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلَيْكَ وَبَنٰتِ عَمِّكَ وَبَنٰتِ عَمّٰتِكَ وَبَنٰتِ خَالِكَ وَبَنٰتِ خٰلٰتِكَ الّٰتِيْ هَاجَرْنَ مَعَكَۗ وَامْرَاَةً مُّؤْمِنَةً اِنْ وَّهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ اِنْ اَرَادَ النَّبِيُّ اَنْ يَّسْتَنْكِحَهَا خَالِصَةً لَّكَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۗ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِيْٓ اَزْوَاجِهِمْ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُمْ لِكَيْلَا يَكُوْنَ عَلَيْكَ حَرَجٌۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا  

Artinya: 

“Wahai Muhammad sesungguhnya kami telah menghalalkan bagimu istri-istri yang telah engkau berikan maskawinnya dan hamba sahaya yang engkau miliki dari apa yang engkau peroleh dalam peperangan yang dianugerahkan Allah untukmu dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersamamu, dan perempuan mukminat yang meyerahkan dirinya kepada Nabi jika Nabi ingin menikahinya sebagai kekhususan bagimu, bukan untuk orang orang mukmin (yang lain). Sungguh, Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki agar tidak menjadi kesempitan bagimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Ahzab: 50)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah menjadi rebutan para wanita-wanita sebab ketampanannya. Selain tampan beliau juga memiliki nasab yang paling mulia dan juga miliki hati yang mulia di sisi Allah dan manusia. Sehingga tidaklah Sayyidah Aisyah menjadi rugi atas pernikahannya dengan Rasulullah SAW. Dengan pernikahan ini sayyidah Aisyah menjadi semakin bertambah keluhurannya yaitu menjadi istri Nabi dan ibunya seluruh ummat Islam.

Biografi Singkat Sayyidah Aisyah

Sayyidah Aisyah lahir pada bulan Syawwal tahun ke 9 sebelum hijriyah bertepatan dengan bulan Juli tahun 614 M. Beliau merupakan putri dari sahabat Nabi, yakni Abu Bakar Ash Shiddiq. Nama ayah Aisyah pada zaman jahiliyah adalah Abdul Ka'bah, lalu Rasulullah SAW mengantinya setelah beliau masuk Islam dengan nama Abdullah. 

Adapun ibunya bernama Ummu Ruman. Ibunya termasuk golongan perempuan yang pertama memeluk agama Islam. Dan ibunda Sayyidah Aisyah wafat pada tahun ke 6 Hijriyah. Sayyidah Aisyah memiliki saudara kandung yang bernama Abdurrahman. Beliau juga memiliki beberapa saudara laki-laki dan perempuan dari ibu-ibu yang lain yaitu Abdullah, Asma’, Muhammad, dan Ummu Kultsum. 

Pada masa kecilnya, beliau menjalani bersama teman-teman sebayanya, dan kebahagiaan itu tetap beliau nikmati sampai Sayyidah Aisyah menikah dengan Rasulullah SAW. Beliau menikah dengan Rasulullah SAW pada bulan Syawwal, tahun pertama Hijriyah. Lalu Rasulullah SAW wafat pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah. Ketika usia Aisyah pada saat itu 18 tahun.

Keindahan Pernikahan Rasul dengan Aisyah

Keindahan dalam pernikahan merupakan salah satu anjuran dan kesunnahan para Nabi dan Rasul. Sikap Rasulullah SAW melalui pernikahan ini adalah bukti terbesar dan dalil terkuat bahwa Islam adalah agama yang tetap memenuhi tuntutan fitrah. 

Tentang hadis “…berangsiapa tidak menyukai sunnahku, ia tidak termasuk golonganku,” kemudian Imam asy Syaukani berkata, “Maksud dari sunnah disini adalah jalan atau jejak Rasulullah SAW, sedangkan setiap kata hendaknya tidak dibelokkan maknanya. Maksud Rasulullah, orang yang meninggalkan jalan yang lurus dan cenderung menjalankan kerahiban berarti telah keluar dari sunnah itu dan justru memasuki wilayah bid’ah.”

Jika memandang sayyidah Aisyah, maka teringat sosok wanita terpelajar dan juga cerdas. Bagaimana tidak, Sayyidah Aisyah hingga akhir hayatnya tidak pernah mengenal rasa lelah dalam meriwayatkan hadis kehidupan Nabi Muhammad SAW. 

Beliau  juga terhitung dari cendekiawan Islam yang mampu meriwayatkan seperempat dari hukum Islam sebagai rujukan muslim seluruh dunia hingga saat ini. Beliau menjadikan suri tauladan yang istimewa bagi jutaan Muslimah diseluruh dunia hingga kapanpun. 

*) Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال