Manusia dan Dimensi-dimensinya

Penulis: Tifani Nur Izzah*

KULIAHALISLAM.COM - Istilah ontologi berasal dari bahas Yunani yaitu : ta onta berarti “yang berada“ dan logi berarti : ilmu pengetahuan : ajaran. Dengan demikian ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. Menurut Aristoteles ontologi yaitu pembahasan tentang hal ada sebagai hal ada (hal ada demikian) mengalami perubahan yang dalam, sehubungan dengan objeknya. 



Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang pembahasannya meliputi persoalan-persoalan. Ontologi sebagai landasan terdasar dari ilmu adalah dunia yang jarang dikaji karena keberadaannya yang nyaris tak terlintas dibenak sebagian besar para pengguna ilmu. 

Objek telaah ontologi bagaiman wujud yang hakiki dari objek tersebut, bagaimana pula hubungan objek tersebut dengan daya pikir dan penangkapan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan pada dasarnya mengikuti perkembangan pemikiran dari para filsuf dimana induk dari pengetahuannya pun berasal dari filsafat. 

Puncak pemahaman tentang kejadian-kejadian dimuka bumi, yang merupakan suatu cikal bakal dari ilmu pengetahuan, terjadi pada masa Yunani kuno. Anaximandros juga mencari prinsip terakhir yang dapat memberi pengertian tentang kejadian-kejadian alam semesta. Tetapi ia tidak memilih salah satu bentuk yang diamati oleh panca indra. 

Menurutnya prinsip segala sesuatu adalah apeiron : yang tak terbatas. Segala sesuatu berasal dari apeiron dan akan kembali pada apeiron. Apeiron itu bersifat illahi, abadi, tak terubahkan dan meliputi segala-galanya. Anaximadros juga berpendapat bahwa asas pertama itu adalah yang tak terbatas (to aperion). Asas pertama ini disebut demikian karena tidak memiliki sifat-sifat benda yang dikenal manusia. 

Salah seorang murid Socrates menegaskan pandangannya bahwa manusia adalah makhluk yang terpenting diantara segala makhluk yang terdapat di dunia dan sebagaimana juga gurunya, ia menganggap bahwa jiwa sebagai pusat atau intisari kepribadian manusia. 

Karena itu ada dua bentuk pengetahuan manusia yaitu pengenalan indrawi (doa) tentang benda-benda di alam dunia senantiasa dalam keadaan berubah serta pengetahuan akal budi (episteme) menyangkut pengetahuan tentang ide-ide yang abadi dan tak terubahkan. 

Selain Anaximandros, muncul Anaximenes (538-480) sebelum Masehi. Ia tidak dapat menerima pandangan Anaximandros, Bagaimana mungkin hal yang tak terbatas (to apeiron) dapat menjadi asas pertama seluruh alam semesta dengan segala isinya? Baginya asas pertama segala sesuatu, dari mana segala sesuatu berasal, adalah hawa atau udara. 

Bukankah udara itu yang menjadikan manusia hidup ? manusia akan mat apabila ia tidak bernafas. Demokritos ( 460-360 ) sebelum masehi memandang bahwa hakikat alam ini adalah atom-atom. Menurut Demokritos tampak jelas bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan amat halusnya atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam.

Manusia Ajaran atomistik (materialisme) dari Demokritos dikemukakan dalam salah satu dari beberapa dalil yaitu” atom-atom itu tak terhitung jumlahnya dan bentuknya berbeda-beda.’’

Dan atom-atom yang lebih besar dengan melalui ruang kosong itu melabrak atom-atom yang lebih kecil dan dengan itu pula terjadilah gerakan-gerakan terus-menerus yang mengembangkan kejadian dunia ini. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manusia itu terdiri atas dua aspek yang esensial, yakni tubuh dan jiwa. 

*) Mahasiswa Fakultas Usuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال