Kisah Ruknuddin Baybars, Sosok Yang Berjasa Atas Berakhirnya Perang Salib

Penulis: Wahyu Firmansyah*

KULIAHALISLAM.COM - Ruknuddin Baybars adalah seorang pejuang muslim yang pada awalnya adalah seorang budak dan kemudian menjadi Sultan Dinasti Mamluk. Dia terlahir dari keluarga petani di Kipchak Turki, dimana dia memiliki kekuatan fisik yang hebat. 


Pada masa itu orang-orang Turki dikenal memiliki reputasi yang bagus, terutama karena fisik mereka yang pada umumnya sangat kuat untuk dijadikan sebagai pasukan militer. Ketika Baybars masih muda pasukan mongol menyerang kawasan Kipchak. Dalam serangan itu pasukan mongol membakar seluruh desa, dan menawan orang-orang Kipchak termasuk Baybars untuk dijadikan sebagai budak. 

Ketika Baybars menjadi budak dia sering berpindah-pindah tuan. Baybars juga dikenal sebagai budak dengan fisik yang hebat dan sekaligus ahli dalam hal memanah. Karena keahliannya dalam memanah Baybars akhirnya dibeli oleh seorang komandan pasukan pemanah dari Dinasti Ayyubiyah, kemudian Baybars di bawa ke Kairo untuk menerima pelatihan militer di salah satu pulau di sungai nil. 

Awalnya dia hanyalah seorang budak sampai pada akhirnya Baybars diangkat sebagai kepala pasukan Sultan Dinasti Ayyubiyah yaitu Sultan As-Shalih Najmuddin Ayyub. Hal itu bisa terjadi karena prestasi dan kemampuan Baybars selama menerima pelatihan. 

Pada tahun 1250 Baybars diutus sebagai komandan perang Dinasti Ayyubiyah melawan pasukan salib, pada perang salib ke-7. Dimana karena strategi-strategi darinya pasukan Dinasti Ayyubiyah berhasil mengalahkan pasukan salib dengan berhasil menawan Louis Ⅸ pemimpin komando pasukan salib. 

Setelah masa itu tepatnya ketika Dinasti Ayyubiyah berganti pemimpin yaitu Sultan Turansyah, banyak keputusan yang memicu kudeta karena Sultan Turansyah yang secara sepihak mengganti pejabat-pejabat dinasti Ayyubiyah yang kebanyakan diisi oleh orang-orang keturunan Turki yaitu orang-orang Bahri Mamluk, termasuk Ruknuddin Baybars. Sehingga terjadi kudeta besar dengan terbunuhnya Sultan Turansyah di tangan orang-orang Mamluk. 

Kejadian ini sekaligus mengakhiri era dari Dinasti Ayyubiyah dan digantikan dengan Kesultanan Mamluk, banyak ketidakstabilan pada awal berdirinya kesultanan Mamluk dimana banyak orang-orang Mamluk yang pergi ke Mesir setelah merasa dikhianati oleh  Izzuddin Aybak pemimpin Kesultanan Mamluk waktu itu.

Setelah Baybars pergi dengan orang-orang Mamluk ke Mesir, Baybars akhirnya kembali ke Kesultanan Mamluk untuk membantu Sultan Saifuddin Qutuz untuk melawan pasukan Mongol. Dimana Ruknuddin Baybars diutus menjadi pemimpin pasukan melawan Mongol dengan dijanjikan sebuah wilayah kekuasaan jika berhasil menang melawan Mongol.

Tepatnya dalam pertempuran Ain Jalut pasukan Mamluk yang dipimpin Baybars berhasil menang melawan pasukan Mongol, setelah berhasil dalam memimpin perang melawan Mongol, Baybars meminta wilayah Aleppo untuk wilayah kekuasaannya, tapi Sultan Saifuddin Qutuz mengingkari janjinya dengan menolak permintaan Ruknuddin Baybars. Karena merasa kecewa, Baybars akhirnya membunuh Sultan Saifuddin Qutuz dan naik menjadi Sultan Dinasti Mamluk menggantikan Sultan Saifuddin Qutuz.

Ketika Ruknuddin Baybars menjadi pemimpin, Baybars banyak mengadopsi gaya kepemimpinan Salahuddin Al-Ayyubi selama memimpin perang salib, dimana ketika Baybars memimpin banyak benteng-benteng dan tembok kota yang direnovasi untuk memperkuat pertahanan Kesultanan Mamluk, tidak hanya itu Baybars juga meningkatkan kekuatan militer dengan membangun Armada kapal perang. 

Bahkan Baybars juga mempunyai ambisi yang sama dengan Salahuddin Al-Ayyubi yaitu ingin menyatukan Suriah dan Mesir menjadi dalam satu pemerintahan, dan setelah ambisinya dalam penyatuan Mesir dan Suriah tercapai, pasukan Muslim di bawah komando Ruknuddin Baybars berhasil memenangkan berbagai pertempuran dengan pasukan Salib. Dan sekaligus sebagai penanda berakhirnya perang salib dengan diambil alihnya berbagai kota-kota penting di tangan pasukan muslim di bawah komando Baybars.

Selain hebat dalam hal berperang Ruknuddin Baybars juga terkenal karena dalam masa kepemimpinannya dia banyak membangun dan memajukan Kesultanan Mamluk dalam segi infrastruktur, Baybars juga dikenal sebagai seorang muslim yang taat, menurut Thomas Walker Arnold dalam bukunya (The Preaching of Islam) Baybars adalah kunci dari keberhasilan tersebarnya Islam di Golden Horde, dengan madrasah sebagai fasilitas yang di bangun oleh Ruknuddin Baybars. Bahkan salah satu madrasah dan Mausoleum Ruknudin Baybars masih berdiri sampai sekarang dengan banyak peninggalan manuskrip kuno dari berbagai bidang ilmu.

Setelah berbagai pencapaian yang diperolehnya, Ruknuddin Baybars akhirnya meninggal di tahun 1277, di kota Damaskus. Ruknuddin Baybars meninggal karena tidak sengaja meminum racun, dan akhirnya dimakamkan di Madrasah Az-Zahiriyah di kota Damaskus. Dia juga sangat dihormati karena pencapaian-pencapaiannya pada masa memimpin Islam. Dan karena itu Ruknudin Baybars mendapat julukan Abul Futuh (Sang Bapak Penakluk).

*) Mahasiswa dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال