Peristiwa Dibalik Malam Lailatul Qadar

KULIAHALISLAM.COM - Pada saat di alam akhirat nanti para nabi bersama umatnya masing-masing, masuk ke dalam surga. Ada salah seorang nabi yang dengan membawa pedang, yang tidak mempunyai pengikut satupun, masuk ke dalam surga, dia adalah Sam’un.” Beliau merupakan seorang nabi di dalam ajaran islam yang dikenal dengan nama Sam'un Ghozi Alaihi Salam. 


Kisah nabi ini terdapat di dalam kitab-kitab, seperti kitab Muqasyafatul Qulub dan kitab Qishashul Anbiyaa. Beliau orang yang mempunyai kekuatan luar biasa yang tidak terkalahkan, yang kelemahannya terletak pada rambutnya. Hidupnya hampir setiap hari dilalui dengan berperang, terlebih, dengan pedang ajaib yang selalu ia bawa disaat berperang. Senjata ini terbuat dari tulang rahang unta bernama Liha Jamal. 

Nabi Sam’un memiliki kemukjizatan, yaitu dapat melunakkan besi, dan dapat merobohkan istana. Atas izin Allah pula Nabi Sam’un memiliki mukjizat lainnya. Ketika ia haus dan lapar, senjata itu bisa mengeluarkan air maupun menumbuhkan daging untuk dimakan. 

Dalam kisah para Nabi disebutkan, Nabi Sam’un sanggup beribadah selama 1.000 bulan yang diisi dengan salat malam dan siangnya berpuasa. Selama 1.000 bulan ia menjadi pembela agama tauhid yang berperang melawan musuh Allah hanya berbekal tulang rahang unta. 

Ketangguhan dan keperkasaan Nabi Sam'un dipergunakan untuk menentang penguasa kaum kafirin saat itu, yakni raja Israil. Akhirnya sang raja Israil mencari jalan untuk menundukkan Nabi Sam’un. Berbagai upaya pun dilakukan olehnya, sehingga akhirnya atas nasehat para penasehatnya diumumkanlah, barang siapa yang dapat menangkap Nabi Syam’un akan mendapat hadiah emas dan permata yang berlimpah. 

Singkat cerita istri Nabi Syam’un yang tergiur imbalan dari raja Israil, membantu percobaan pembunuhan terhadap Nabi Syam’un. Nabi Sam’un pun diikat oleh istrinya kala ia tertidur, lalu dibawa ke hadapan sang raja. Apa daya, Nabi Sam’un yang diberi anugerah kekuatan besar oleh Allah SWT, bisa mengatasinya dengan baik, tali ia putus dengan mudah. 

Begitupun dengan percobaan kedua yang dilakukan sang istri. Ikatan rantai yang lebih kuat, masih belum mampu untuk melumpuhkan nabi Sam'un. Lalu istrinya teringat bahwa suaminya pernah berkata bahwa kelemahannya terletak pada rambutnya sendiri lalu pada malam yang ke tiga istrinya mengikat nabi Sam'un dengan rambutnya alhasil nabi Sam'un tak berdaya. 

Mendengar kejadian itu, kafir langsung mendatangi kediamannya dan menyerang Nabi Sam’un untuk menyiksanya. Nabi Sam'un yang masih dalam keadaan terikat itu lalu dibawa ke hadapan raja. Siksaan terus didapat Nabi Sam’un, bahkan, kedua matanya dibutakan, beberapa bagian tubuh dipotong dan dipertontonkan ke masyarakat.  

Diperlakukan demikian, Nabi Sam’un berdoa kepada Allah SWT. Ia berdoa kepada Allah kemudian memohon pertolongan atas kebesaran Allah. Doa Nabi Sam’un dikabulkan, dan istana raja bersama seluruh masyarakatnya hancur beserta isteri dan para kerabat yang mengkhianatinya. 

Kemudian Nabi Sam’un bersumpah kepada Allah SWT, akan menebus semua dosa-dosanya dengan berjuang menumpas semua kebathilan dan kekufuran yang lamanya seribu bulan tanpa henti. Ketika Rasulullah saw selesai menceritakan kisah nabi Sam'un Ghozi as yang berjuang fisabilillah selama 1.000 bulan, salah satu sahabat nabi berkata; "Ya Rasulullah, kami ingin juga beribadah seperti nabiyullah Sam'un Ghozi AS." Kemudian Rasulullah diam sejenak. Dalam diam tersebut, turunlah wahyu kepada Rasulullah,

  اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alqur’an) pada Lailatulqadar.

 وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ 

Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu?

  لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ

Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan.

 تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ 

Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.

  سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ 

Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.

Penulis: M. Bahrul Ilmi Syah Alam*

*) Mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungangung.


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال