Lepas Dari Belenggu Tuhan


Penulis: Vika Sherlyndra Auliya*

KULIAHALISLAM.COM - Renaissance diartikan sebagai jembatan antara abad pertengahan dengan abad modern yang dimaknai dibuka kembali. Secara etimologi merupakan timbulnya revolusi pandangan hidup orang Eropa dari zaman pertengahan ke zaman barunya, melalui proses peralihan yang sangat cepat.

Secara garis besar Renaissance dapat diartikan sebagai masa peralihan antara abad pertengahan ke abad modern yang ditandai dengan lahirnya berbagai kreasi baru yang diilhami oleh kebudayaan Eropa Klasik (Yunani dan Romawi) yang lebih bersifat duniawi. Renaissance awal mulainya bertempat di Italia. Tepatnya setelah runtuhnya Romawi Barat pada tahun 476 M. 

Italia mengalami kemunduran, kota-kota pelabuhan menjadi sepi. Selama abad 8-11 M perdagangan di laut Tengah dikuasai oleh pedagang muslim. Sejak berlangsung perang salib (abad 11-13) pelabuhan-pelabuhan di Italia menjadi ramai kembali untuk pemberangkatan pasukan perang salib ke Palestina. Setelah perang salib berakhir pelabuhan-pelabuhan tersebut berubah menjadi kota dagang yang berhubungan kembali dengan dunia timur. 

Muncullah Republik dagang di Italia seperti Genoa, Florence, Venesia, Pisa di Milano. Kota-kota ini dikuasai oleh para pengusaha serta pemilik modal yang kaya raya disebut golongan borjuis seperti keluarga Medicci dari Florence. Mereka mendorong terjadinya pendobrakan terhadap pola-pola tradisional dari abad pertengahan. (“682.pdf,” diakses 10 Oktober 2023, https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/viewFile/731/682.)

Istilah modern berasal dari bahasa latin “moderna” yang berarti sekarang, baru terjadi atau saat ini. Atas dasar pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia senantiasa hidup di zaman modern, banyak ahli sejarawan menyepakati bahwa sekitar tahun 1500 merupakan tahun kelahiran zaman modern di eropa. 

Modernitas bukan hanya menunjuk pada periode, melainkan juga suatu bentuk kesadaran yang terkait dengan kebaruan. Karena adanya hal tersebut istilah perubahan, kemajuan, revolusi dan pertumbuhan menjadi kunci kesadaran modern. Filsafat abad pertengahan masih bergerak dalam kekangan teologia dan iman kristiani. 

Setelah zaman pertengahan, filsafat barat menjadi suatu kuasa rohani yang berdiri sendiri, dengan wataknya atau karakter masing-masing. Ini semua dikaenakan timbulnya aliran Humanisme dan Renaissance, yang lebih memprioritaskan perhatiannya kepada manusia sendiri, serta lebih memikirkan hidup didunia ini dibandingkan akhirat. Zaman ini disusun oleh pencerahan, yang membentuk manusia merasa dewasa dan makin percaya kepada dirinya sendiri serta makin berusaha membebaskan diri dari segala kuasa tradisi. 

Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli sejarah untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa, khususnya di Italia sepanjang abad ke 15 dan ke 16. 

Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal yang bernama Michelet, kemudian dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan. 

Abad pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. 

Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari alternatif itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dibatasi, sehingga sains berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. 

Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan kembali. Pemikiran abad pertengahan ditandai oleh kesatuan, keutuhan dan totalitas yang koheren dan sistematis yang tampil dalam bentuk metafisika atau ontologi. 

Oleh pemikir abad pertengahan kenyataan dilukiskan sebagai sebuah tatanan sistematis yang hirarkial: mulai dari kenyataan yang tertinggi sampai yang terendah, dari yang abstrak sampai yang konkrit. Pemikiran modern lalu dapat dipahami sebagai suatu pemborontakan terhadap alam pikir abad pertengahan itu. Sejarah filsafat modern, lalu, bisa dilukiskan sebagai pemberontakan intelektual terus menerus terhadap metafisika tradisional. 

Dari pemborontakan itu, cara berfikir filosofis yang mendasarkan diri pada rasio menjadi otonom dari pemikiran atas dasar iman yang dikenal sebagai “teologo” pemisahan filsafat dari teologi berlanjut pada abas ke-18 dan 19 menjadi pemisahan ilmu pengetahuan dari filsafat. 

Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman renaisans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir seperti pada zaman Yunani kuno. 

Manusia dikenal sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Saat itu manusia Barat mulia berpikir secara baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.

Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad tersebut manusia kurang dihargai kemanusiaannya. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia sendiri. 

Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut, akhirnya agama Kristen semakin ditinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual. 

Meskipun terdapat perubahanperubahan yang begitu asasi, namun abad-abad renaissance (abad ke-15 dan ke16) tidaklah secara langsung menjadi tanah subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 daya hidup yang kuat, yang telah timbul pada zaman renaissance itu, mendapatkan pengungkapannya yang serasi dibidang filsafat. Jadi kejadian-kejadian pada abad ke-15 dan ke-16 itu hanya menjadi persiapan bagi pembentukan filsafat pada abad ke-17.

Akselerasi adalah perubahan kecepatan, baik dalam besarnya maupun dalam arah gerakannya. Ia jugalah yang mula-mula menetapkan hukum benda yang jatuh. Jika sesuatu jatuh dengan bebas, artinya dalam ruang yang kosong ada gerak hawa yang berlawanan dengan gerak benda yang jatuh, sehingga kecepatan berubah. 

Perubahan kecepatan (akselerasi) itu tetap sama bagi segala macam bendah, baik yang berat maupun yang ringan, baik yang besar mapun yang kecil. (Musakkir Musakkir, “Filsafat Modern dan Perkembangannya (Renaissance: Rasionalisme dan Emperisme),” TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan 5, no. 1 (2021): 1–12.)

*) Mahasiswa UINSA

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال