Eksistensi Filsafat Skolastik Islam dan Relasi Adanya Aliran Ilmu Kalam

Sejarah Filsafat

KULIAHALISLAM.COM - Bila melihat dari istilahnya, skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah, kata dalam bahasa Inggris yang sering digunakan untuk menyebut tempat menuntut ilmu. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kata skolastik diambil dari kata schuler yang berarti ajaran atau sekolahan. Sehingga kata skolastik dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan lembaga sekolah. 


Selain itu juga, terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa skolastik bermula dari perkataan “colastikus” yang dimaksudkan untuk guru yang mengajar disekolah sekolah atau “keluaran sekolah.” Dengan demikian istilah skolastik berarti sesuatu yang berkaitan dengan sekolah.

Ciri utama dari skolastik Islam adalah dikajinya kembali pemikiran para filosof klasik, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Telaah-telaah pemikiran mereka, kemudian dikembangan dan disesuaikan untuk menjawab tantangan pada masa itu. Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pemikir Islam yaitu Al Farabi, Ibnu Sina, Al Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pemikir tersebut besar sekali, yaitu sebagai berikut:

  1. Sampai pertenaghan abad ke-12 orang orang barat bellum pernah mengenal filsafat Aristoteles sehingga yang dikenal hanya buku Logika Aristoteles
  2. Orang orang barat itu mengenal Aristoeles berkat tulisan dari para ahli piker Islam, terutama dari Ibnu Rusyd sehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesar para ahli piker Skolastik Latin
  3. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin. (Ramon Tiar, “Perkembangan Filsafat Ilmu Pada Abad Pertengahan (Tinjauan Terhadap Periode Skolastik Kristen dan Skolastik Islam)” (Makalah, t.t.), 17.)

Mengapa Muncul Berbagai Aliran?

Ada beberapa faktor yang mendasari lahihrnya aliran dan pemikiran Islam, yaitu: pertama, wafatnya Rasulullah SAW sebagai sumber rujukan utama untuk menyelesaikan suatu masalah yang diperselisihkan, telah membuka beragam pendapat dan multi tafsir terhadap suatu masalah. 

Semasa Rasulullah SAW hidup, perselisihan  pendapat di kalangan para sahabat dapat berhenti karena diselesaikan secara langsung melalui konfirmasi kepada beliau SAW sehingga jawabannya segera didapatkan. 

Namun, sepeninggal beliau SAW maka rujukan langsung yang dapat menyelesaikan masalah yang diperselisihkan tersebut beralih pada pemahaman terhadap teks Alquran dan Hadis oleh masing masing tokoh. 

Kedua, esensi dan substansi ajaran Islam sendiri yang memberi ruang gerak bagi penggunaan akal pikiran, serta motivasi untuk berpikir bagi seseorang yang tentu dapat berdampak pada pemahaman yang bervariasi antara satu tokoh dengan lainnya, sehingga memiliki kecenderungan untuk membentuk aliran dan pemikiran tersendiri. 

Ketiga, iklim sosial budaya masyarakat Arab yang independent dan berjiwa eksploratif, sebagaimana hal ini tercermin dari banyaknya suku dan Qabilah dikalangan mereka, serta kondisi geografis yang diliputi dengan banyak bukit yang terpisah oleh gurun sahara dan padang pasir, pola kehidupan yang nomadik, serta kehidupan ekonomi yang bertumpu pada perniagaan atau perdagangan, semua itu memberi andil dalam membentuk jiwa dan sikap independensi dalam mengahadapi suatu masalah. (Assegaf Abd Rachman, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Surabaya, t.t.), 11.)

Aliran Kalam

Menurut Hasbullah Bakry, istilah skolastik Islam jarang dipakai dalam khazanah pemikiran Islam. Istilah yang sering dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam. Kedua ilmu tersebut dalam pembahasannya dipisahkan. Periode skolastik Islam dapat dibagi kedalam 4 masa, yaitu:

Periode Kalam Pertama

Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok kelompok mutakallimin atau aliran aliran dalam ilmu kalam yakni,

  1. Khawarij
  2. Murjiah
  3. Qodariyah
  4. Jabariyah
  5. Mu’tazilah
  6. Ahli Sunnah

Dalam kaitannya dengan filsafat aliran yang paling menonjol adalah Mu’tazilah yang dimotori oleh Washil bin Atho’ dan dianggap sebagai rasionalisme Islam. 

Priode Filsafat Pertama

Periode ini ditandai dengan munculnya ilmuan dan ahli ahli dalam berbagai bidang yang menaruh perhatian terhadap filsafat Yunani, teutama filsafat Aristoteles.

Periode filsafat Islam pertama adalah periode munculnya filsuf-filsuf muslim diwilayah timur, masing masing adalah:

  1. Al Kindi (806-873 M)
  2. Al Razi (865-925 M)
  3. Al Farabi (870-950 M)
  4. Ibnu Sina (980-1037 M)

Periode Kalam Kedua

Periode ini ditandai dengan tampilnya tokoh-tokoh kalam penting dan besar pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu kalam berikutnya, mereka antara lain:

Al Asy’ari (873-957 M)

Semula ia adalah penganut Mu'tazilah, tetapi karena tidak puas dengan keterangan keterangan yang diberikan oleh gurunya, Al Juba’i, akhirnya ia keluar dari Mu’tazilah. Aliran dan pahamnya disebut Asy’ariyah. Disamping Asy’ariyah juga Al Maturidiyah.

Al Ghazali

Ia adalah sosok muslim yang berpengaruh besar terhadap dunia Islam. Ia bergelar hujjatul Islam (benteng Islam). Semula ia adalah seorang mutakallimun namun, karena kemudian ia tidak menemukan kepuasan dengan metode-metode pemikiran kalam, ia beralih ke lapangan filsafat. 

Namun di filsafat ia juga tidak bisa menemukan kepuasan dan akhirnya beralih ke lapangan taswuf. Dibidang terakhir inilah ia menemukan sesuatu yang dicarinya. Sikapnya terhadap filsafat dan filsuf tercermin dalam bukunya Tahafut al Falasifa (kerancuan para filsuf).

Periode Filsafat Kedua

Periode ini ditandai dengan tampilnya sarjana-sarjana dan ahli-ahli dalam berabagai bidang yang juga meminati filsafat. Mereka hidup dalam masa daulah Amawiyah di Spanyol pada saat Eropa sedang dalam masa kegelapan. Dengan tampilnya para filsuf muslim di Eropa ini, ilmu dan peradaban tumbuh berkembang dan terus meningkat. Mereka adalah:

  1. Ibnu Bajjah (1100-1138 M)
  2. Ibnu Tufail (W.1185 M)
  3. Ibnu Rusyd (1126-1198 M)

Perlu dicatat disini bahwa pada masa ini Ibnu Rusy menunjukkan sikap pembelaannya terhadap para filsafat dan filsuf atas serangan serangan Al Ghazali. Ia berusaha mengcounter pendapat Al Ghazali dalam buku Tahafut al Falasifa  dengan bukunya yang berjudul Tahafut at Tahafut (kerancuan kitab tahafut).

Periode Kebangkitan 

Periode ini dimulai dengan adanya kesadaran dan kebangkitan kembali dunia Islam setelah mengalami kemerosotan alam pikiran sejak abad XV hingga abad XIX. Oleh karenanya, periode ini disebut juga sebagai Renaisans Islam. 

Diantara tokoh yang berpengaruh pada periode ini adalah Jamaluddin al Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal dan lain-lain.(Maksum Ali, Pengantar Filsafat, ed. oleh Safa Aziz, VII (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2015), 100.)

Refrensi

Assegaf Abd Rachman. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam. Surabaya, t.t.

Maksum Ali. Pengantar Filsafat. Disunting oleh Safa Aziz. VII. Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2015.

Ramon Tiar. “Perkembangan Filsafat Ilmu Pada Abad Pertengahan (Tinjauan Terhadap Periode Skolastik Kristen dan Skolastik Islam),” t.t.

Penulis: Ziyana Nurlaila Silfi Agusti*

*) Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال