(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)
Adapun pengertian Alquran menurut istilah yang telah disepakati oleh para ulama adalah “Kalam Allah yang bernilai mukjizat yang dturunkan kepada “pungkasan” para nabi dan rasul (Nabi Muhammad SAW) dengan perantaraan malaikat Jibril AS, yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, yang membacanya dinilai sebagai ibadah yang di awali dengan surat alFatihah dan di tutup dengan surat an-Naas”
Berusaha Memahami Makna Al-Quran
Al-Quran memerintahkan umat Islam untuk merenungkan ayat-ayatnya dan memahami pesan-pesanya. Allah berfirman Apakah mereka tidak mendalami al-Quran? Kalau sekiranya al-Quran itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka dapati banyak pertentangan di dalamnya. (QS An-Nisa: 82). Kita perlu meningkatkan dalam memahami ayat-ayat al-Quran dan alam semesta agar dapat memahami hikmah yang terkandung di baliknya. Kata yafqahun (memahami) yang terdapat dalam surat AnNisa’ ayat 78 dan kata yufaqihu (memahamkanya) pada hadis di atas mempunyai cakupan lebih luas dari kata ilm (ilmu pengetahuan), ma’rifah (pengetahuan) dan fahm (pemahaman) (Fuad Pasya, 2004: 27). Al-Quran menghimbau manusia agar meneliti tanda-tanda kekuasaan Allah Swt yang telah menciptakan sekalian makhluknya dengan penuh kesempurnaan. Hal ini memberi indikasi, bahwa penggunaan aql yang sebenarnya adalah untuk meyakini, mengakui dan mempercayai eksistensi Allah Swt (Abdullah, 2005: 114). Al-Qur'an adalah sebuah kitab yang menekankan perbuatan daripada pemikiran. Tujuan pokok al-Quran adalah membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi dalam diri manusia terkair berbagai relasinya dengan Tuhan dan alam semesta.
Menurut
al-Quran, hati merupakan sesuatu yang melihat dan hasil-hasil dari
penglihatanya, jika ditafsirkan secara tepat, tidak pernah salah. Dan ini
bukanlah hal yang misterius, karena ini sebenarnya sebuah modus hubungan dengan
Realitas, dimana penginderaan, dalam artian fisiologisnya, tidak berperan apa
pun (Iqbal, 2016: xxiii, 8,dan 17). Menurut Abdul Halim Mahmoud yang wajib
dilakukan oleh setiap Muslim terhadap al-Quran adalah, mentadabbur atau
memahami maknanya, mengambil pelajaran darinya, dan menjaga ketenangan dan
ketentraman atasnya (Halim, 1997: 84). Dengan memahami al-Quran, maka kita bisa
mengerti dan paham akan hikmah yang terkandung didalamnya. Selain itu yang
mampu memahami al-Quran bukanlah otak sebagai alat berfikir, melainkan hati,
sebagaimana firman Allah. "Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada.”(QS. Al-Hajj: 46).
Menyadari Bahwa Al-Qur’An
Adalah Sumber Ilmu
Al-Quran sangat mengagungkan kedudukan ilmu dengan pengagungan yang tidak pernah ditemukan bandinganya dalam kitab-kitab suci yang lain. Sebagai bukti, al-Quran memberikan sifat kepada bangsa Arab pada masa pra-Islam dengan sebutan jahiliah (masa kebodohan). Di dalam al-Quran terdapat ratusan ayat-ayat yang menyebutkan tentang ilmu dan pengetahuan. Di dalam sebagian besar ayat itu disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu tersebut(Thaba-thaba’I, 2000: 122). Banyak ayat al-Quran yang mengajak pada tafakur (memikirkan dan merenungkan) terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah di langit, bintang-bintang yang bercahaya, susunanya yang menakjubkan, dan peredarannya yang tidak pernah berubah. al-Qur’an juga mengajak untuk memikirkan kejadian bumi, lautan, gunung-gunung dan lembah-lembah, kejadiankejadian yang ada di perut bumi, pergantian malam dan siang, serta perubahan musim-musim dalam setahun(Thaba-thaba’I, 2000: 23- 24).
Al-Quran juga mengajak untuk memikirkan keajaiban penciptaan tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang, sistem perkembangannya dan keadaan-keadaan lingkunganya. Al-Quran untuk memikirkan penciptaan manusia sendiri dan rahasia-rahasia yang terdapat di dalam dirinya. Bahkan ia pun mengajak untuk memikirkan jiwa dan rahasia-rahasia batinya serta hubungannya dengan alam malakut. Ia juga mengajak untuk melakukan perjalanan ke seluruh pelosok dunia sambil memikirkan peninggalan-peninggalan orang-orang dahulu kala, menyelidiki dan meneliti keadaan bangsa-bangsa, kelompok-kelompok manusia, serta kisah-kisah, sejarah-sejarah dan pelajaran-pelajaran mereka(Thaba-thaba’I, 2000: 23-24). Al-Quran menyeru untuk mempelajari ilmu-ilmu ini sebagai jalan untuk mengetahui kebenaran dan realitas, dan cermin untuk mengetahui alam, yang di dalamnya pengetahuan tentang Allah mempunyai kedudukan yang paling utama.
Ayat-Ayat Tentang Kebaikan
Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tidak terhingga.(Qs. Al-Gafir ayat 39-40)
Barangsiapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.(Qs. al Qasas ayat 84)
Barangsiapa membawa kebaikan, maka dia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka merasa aman dari kejutan (yang dahsyat) pada hari itu. Dan barangsiapa membawa kejahatan, maka disungkurkanlah wajah mereka ke dalam neraka. Kamu tidak diberi balasan, melainkan (setimpal) dengan apa yang telah kamu kerjakan.(Qs an naml ayat 89-90)
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan), dan sungguh, Kamilah yang mencatat untuknya. (QS. Al-Anbiya Ayat 94)
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai. (QS. Al-Isra Ayat 7)
Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. (QS. Al-Isra Ayat 15)
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl Ayat 97)
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Adapun orang-orang yang berbuat kejahatan (akan mendapat) balasan kejahatan yang setimpal dan mereka diselubungi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan wajah mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(QS. Yunus Ayat 26-27)
Pembahasan
Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia yang fana ini hanyalah kesenangan sementara yang mudah didapat dan mudah pula lenyap, dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang tidak akan pernah lenyap dan kekal selama-lamanya.” Pada ayat ini diterangkan bahwa orang yang beriman kepada Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku, kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang fana, di mana kesenangan serta kebahagiaan yang diperoleh di dalamnya adalah kesenangan dan kebahagiaan yang tidak sempurna serta tidak kekal. Adapun kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal, kesenangan dan kebahagiaan yang diperoleh adalah kesenangan dan kebahagiaan yang sempurna. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengingkari Allah dalam kehidupan dunia ini agar kamu terhindar dari siksa-Nya di akhirat nanti."
Dialog yang terjadi
antara Fir’aun dengan salah seorang kaumnya yang beriman secara
sembunyi-sembunyi itu, memberi pesan kuat tentang perbuatan baik dan perbuatan
jahat. Oleh sebab itu, renungkanlah bahwa barang siapa mengerjakan perbuatan
jahat dan berbuat kebinasaan di muka bumi, maka dia akan dibalas sebanding
dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan kebajikan dan beramal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman dengan
sungguh-sungguh, maka mereka akan masuk ke dalam surga atas anugerah Allah, dan
mereka diberi rezeki di dalamnya dengan nikmat tidak terhingga.
Orang yang beriman itu menerangkan kepada kaumnya bagaimana besar pengaruh kehidupan dunia seseorang kepada kehidupan akhiratnya. Ia berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku, barang siapa yang mengerjakan suatu kejahatan baik laki-laki maupun perempuan, maka ia hanya di azab sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya. Akan tetapi, barang siapa yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mengikuti perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya, maka ia akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh kenikmatan. Allah membalas iman dan amal saleh mereka dengan pahala yang berlipat ganda dan rezeki yang tiada terhingga." Ayat ini menggambarkan keadilan Allah yang sesungguhnya serta sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dia tidak menganiaya hamba-Nya sedikit pun. Jika Dia mengazab hamba-Nya di akhirat nanti, maka azab yang diberikan itu seimbang dengan perbuatan jahat dan ingkar yang telah dilakukannya selama hidup di dunia, tidak dilebihkan sedikit pun. Akan tetapi, jika Dia membalas iman dan amal saleh hamba-Nya, maka Dia membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.
Barangsiapa datang pada
Hari Kiamat dengan membawa amal kebaikan yang penuh ketulusan dan sesuai
tuntunan yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapat pahala
berlipat ganda, mulai dari sepuluh hingga tujuh ratus kali, bahkan tidak
terbatas, yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa datang
dengan membawa amal kejahatan dalam bentuk kekufuran dan kemaksiatan, maka
orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan seimbang
dengan apa yang dahulu selalu mereka kerjakan.
Setelah Kiamat terjadi dan manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar, menghadap Tuhannya dengan merendahkan diri, keadaan mereka digambarkan sebagai berikut: barangsiapa membawa kebaikan, yakni keimanan yang benar, tulus dan sempurna yang membuahkan amal saleh, maka dia akan memperoleh balasan yang lebih baik daripadanya, yakni balasan yang berlipat ganda dari sepuluh hingga tujuh ratus kali, bahkan tidak terbatas, sedang mereka merasa aman dan tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari penghimpunan di Padang Mahsyar itu. Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan melaksanakan amal kebajikan, akan memperoleh balasan yang lebih baik dari amalnya sendiri, dan diberi tempat kediaman yang nyaman dan kekal dalam surga Na'im, mereka aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada hari Kiamat itu.
Dan barangsiapa membawa kejahatan, yakni mempersekutukan Allah, lalu mati dalam keadaan musyrik maka mereka itu akan mendapat balasan yang setimpal dengan kejahatannya, yaitu disungkurkanlah wajah mereka. Kepada mereka dikatakan, "Kamu tidak diberi balasan, melainkan setimpal dengan apa yang telah kamu kerjakan. Sebaliknya barang siapa yang menyekutukan Allah dan berbuat kejahatan, maka wajah mereka disungkurkan ke dalam neraka seraya dikatakan kepada mereka, "Kamu tidak mendapat balasan, melainkan setimpal dengan kemusyrikan dan kejahatan yang dahulu kamu kerjakan di dunia, sehingga menjadi sebab datangnya kemurkaan Allah."
Manusia dalam
mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah sangat tergantung kepada
pilihan hidupnya di dunia. Barang siapa mengerjakan kebajikan kepada
Allah, sesama manusia, dan alam, dan dia melakukan kebajikan itu
sebagai orang beriman, atas dasar keimanannya yang mantap, maka
usahanya sekecil apa pun juga dalam mewujudkan kebajikan itu tidak
akan diingkari, disia-siakan hingga terbuang percuma, tetapi akan tetap
tersimpan; dan sungguh, Kamilah yang mencatat perbuatan baik itu
untuknya. Demikian juga, perbuatan buruk sekecil apa pun tercatat dengan akurat
dan akan diperlihatkan kepada tiap-tiap manusia dengan objektif.
Dalam ayat ini Allah menjamin bahwa amal kebajikan yang dilakukan oleh seseorang yang beriman, betapapun kecilnya, namun Allah akan membalasnya dengan kebaikan pula. Amal kebajikan itu tidak akan hilang percuma, dan tidak akan diingkari karena Allah telah menuliskannya untuk orang yang melakukannya. Jaminan Allah untuk memberikan balasan atas setiap kebajikan hamba-Nya terdapat dalam firman-Nya: "Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik".(al-Isra'/17: 19). Firman-Nya lagi pada ayat yang lain: "Sungguh, mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu".(al-Kahf/18: 30).
Jika kamu berbuat baik
dengan menaati perintah Allah dan Rasul-Nya serta melakukan kebijakan kepada
sesamanya, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri,karena balasan yang
kamu peroleh dari kebaikan itu. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kerugian
kejahatan itu juga untuk dirimu sendiri, karena akibat dari kejahatan akan
menimpamu." Selanjutnya dinyatakan kejahatan yang kedua yang diperbuat
oleh kaum Bani Israil dan azab Allah yang ditimpakan atas mereka dinyatakan
dalam firmanNya, "Dan apabila datang saat hukuman kejahatan yang kedua, yang
telah Kami tetapkan di dalam Kitab itu, Kami datangkan orang-orang lain untuk
menyiksamu sehingga menyuramkan wajah-wajahmu, akibat kesedihan dan penderitaan
yang kamu alami, dan mereka, yakni musuh-musuhmu masuk ke dalam masjid, yakni
Masjidil Aqsa, guna menyiksa dan membunuhmu sebagaimana mereka memasukinya pada
kali pertama guna menyiksa dan membunuhmu akibat kejahatan kamu yang pertama,
dan mereka memasukinya dengan tujuan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa
saja yang mereka kuasai".
Tafsir Ayat-ayat Kebaikan
Barang siapa mendapat
hidayah sehingga ia berbuat sesuai dengan petunjuk Allah, maka sesungguhnya dia
berbuat itu untuk keselamatan dan kebahagiaan dirinya sendiri; dan barang siapa
yang sesat tidak mendapat petunjuk Allah maka sesungguhnya ia tersesat dari
jalan yang benar dan yang demikian itu mendatangkan kerugian bagi dirinya
sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, yakni
setiap orang memikul dosanya sendiri yang harus dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah. Perbuatan yang baik mendapat ganjaran dan perbuatan yang buruk
mendapat siksaan yang pedih. Dan Kami tidak akan berbuat aniaya dengan menyiksa
manusia sebelum Kami mengutus seorang rasul yang menunjukkan kepada mereka
jalan yang benar dan mencegah dari kesesatan.
Barang siapa mendapat
hidayah sehingga ia berbuat sesuai dengan petunjuk Allah, maka sesungguhnya dia
berbuat itu untuk keselamatan dan kebahagiaan dirinya sendiri; dan barang siapa
yang sesat tidak mendapat petunjuk Allah maka sesungguhnya ia tersesat dari
jalan yang benar dan yang demikian itu mendatangkan kerugian bagi dirinya
sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, yakni
setiap orang memikul dosanya sendiri yang harus dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah. Perbuatan yang baik mendapat ganjaran dan perbuatan yang buruk
mendapat siksaan yang pedih. Dan Kami tidak akan berbuat aniaya dengan menyiksa
manusia sebelum Kami mengutus seorang rasul yang menunjukkan kepada mereka
jalan yang benar dan mencegah dari kesesatan.
Barang siapa mengerjakan kebajikan sekecil apa pun, baik dia laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman dan dilandasi keikhlasan, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik di dunia dan akan Kami beri dia balasan di akhirat atas kebajikannya dengan pahala yang lebih baik dan berlipat ganda dari apa yang telah mereka kerjakan. Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.
Rasulullah bersabda: Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah.(Riwayat Ahmad). Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya. Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.
Kesimpulan
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik, yaitu surga, dan tambahannya, yakni kenikmatan melihat Allah (Lihat: Surah al-Qiyamah/75: 22-23). Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam akibat kesedihan dan tidak pula dalam kehinaan, tetapi muka mereka berseri-seri ekspresi kegembiraan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa bagi orang-orang yang dapat memahami petunjuk dan mengambil manfaat dari petunjuk itu serta mengamalkannya, Allah akan memberikan pahala sesuai dengan amal perbuatan mereka. Bahkan untuk menggalakkan mereka agar lebih giat mengamalkannya, Allah menjanjikan pahala sepuluh kali lipat atau lebih banyak dari pada itu. Firman Allah: (Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).(an-Najm/53: 31).
Adapun orang-orang yang berbuat kejahatan akan mendapat balasan kejahatan yang setimpal dengan yang telah mereka kerjakan dan mereka diselubungi kehinaan akibat dari kejahatan tersebut. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun yang menyelamatkan mereka dari azab Allah, seakan-akan wajah mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita, yakni suram dan muram ekspresi dari penyesalan dan kesedihan yang mendalam. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Dalam ayat ini, Allah memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang menyebarkan kejahatan, mengerjakan keonaran di muka bumi serta membangkang dan mengingkari ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, mereka itu akan mendapat pembalasan yang seimbang, yaitu mereka akan menerima hukuman dari Allah yang setimpal dengan amal perbuatan mereka Wajah mereka tampak kusut karena mereka menderita akibat dari perbuatan syirik yang merasuk ke tulang sumsum mereka, kejahatan yang telah meracuni diri mereka serta penganiayaan mereka terhadap diri mereka sendiri. Pada saat itu mereka tidak dapat membela dirinya, karena memang tidak dapat melindungi diri mereka atau mencegah bencana yang akan ditimpakan kepada mereka. Demikianlah azab yang mereka rasakan dengan penuh penyesalan, akibat menyembah berhala yang mereka anggap sebagai perantara, yang dapat menyampaikan doa-doa mereka kepada Allah. Itulah hari pembalasan dimana tidak ada seorang pun yang menolong mereka kecuali amal baik mereka.