Semua Agama Benar, Moderasi Beragama atau Sinkretisme Agama?


Penulis: Manal Ilham Al Mazid*

Seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara multikultural serta memiliki banyak agama. Dalam menyikapi masyarakat seperti ini perlulah praktik agar didalamnya tidak terjadi konflik. Cara yang umum dilakukan ialah seperti saling menghormati dan menghargai agama lain atau sering disebut moderat atau moderasi beragama. Disisi lain Indonesia juga tidak akan terlepas dari praktik sinkretisme agama, yaitu penggabungan beberapa kepercayaan agama.

Pada tahun 2021 ketika kunjungan dari Panglima Bandung Strategi Angkatan Darat yaitu Dudung Abdurachman di Batalyon Zeni Tempur, Bandung, Jawa Barat. Ia memberi sambutan bahwasnya semua agama itu benar di mata Tuhan.

Dari argumen tersebut menimbulkan beberapa perbedaan pendapat, karena hal ini telah menyinggung para umat beragama. Argumen tersebut dianggap menyalahi aturan kepercayaan setiap agama karena bahwasanya setiap pemeluk agama masing-masing pasti menyakini bahwa agamanya adalah yang paling benar. Sehingga agama yang dianggap benar dimata Tuhan adalah agama yang dipeluknya, bukan agama yang dipeluk umat lain.

Bagaimana tidak, jika pernyataan seperti itu muncul akan melahirkan banyak pertanyaan, bahkan perdebatan. Karena suatu kebenaran sifatnya adalah satu bukan jamak, sementara agama di Indonesia lebih dari satu dan memiliki pengertian Tuhan dan keyakinan masing-masing.

Berdasarkan permasalahan yang telah disinggung di atas, penulis tertarik untuk membahas pernyataan tentang “semua agama itu benar”. Bagaimana cara kita menyikapi dan memposisikan diri kita sebagai orang yang beragama.

Makna Moderasi Beragama dan Sinkretisme Agama

Moderasi beragama adalah sebuah konsep dengan tujuan menciptakan wujud toleransi, persatuan, kebijaksanaan untuk saling menghormati dan menghargai keyakinan agama lain. Istilah ini sebagai counter dari gerakan radikal. Mengingat bahwa masyarakat Indonesia multikultural, dengan 6 agamanya yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu.

Sehingga konsep moderasi beragama ini sebagai bentuk damai dan kerukunan diantara pemeluk agama masing-masing, dengan tidak fanatisme terhadap agamanya sendiri dan menista agama lain bahkan menghancurkan agama lain.

Sedangkan Sinkretisme agama adalah suatu upaya paham mengenai cara beragama dengan banyak pemahaman kepercayaan atau aliran-aliran agama. Maksudnya adalah mencampuradukan berbagai pemahaman agama atau aliran-aliran tertentu untuk beribadah. Sehingga tujuan dari konsep ini adalah membentuk satu agama yang mereka yakini sebagai suatu kepercayaan.

Menurut keyakinan mereka, kebenaran dan ekspresi kebenaran itu sendiri tidak konkrit jika hanya mengandalkan satu cara agama saja. Karena jika banyak kepercayaan agama akan menimbulkan perbedaan pendapat dan menimbulkan konflik tentang kebenaran siapa dan apa ajaran tuhan itu sendiri. Sebab itu, mereka berniat membentuk suatu konsep agama tersendiri untuk mendefinisikan siapa itu tuhan dan apa ajaran tuhan yang paling benar.

Cenderung Moderasi Beragama atau Sinkretisme Agama

Kembali menyinggung pada judul, apakah benar anggapan bahwa semua agama itu benar? Dan anggapan tersebut akan cenderung ke arah mana?

Jika anggapan bahwa semua agama itu benar dan pernyataan tersebut dibenarkan, maka akan mengikis keimanan setiap pemeluk agama-agama yang ada dan mereka akan mencampuradukan ajaran-ajaran, bahkan cara beribadah semua agama. Karena memang pernyataan diatas mengatakan semua agama benar. 

Mereka akan berpikir, jika demikan mengapa kita tidak mengambil saja seperti, mengambil cara ibadah yang mudah, agama yang tidak terlalu ketat, memudahkan banyak pihak dan masih banyak lagi.

Sehingga pernyataan di atas menunjukan kecenderung pada konsep aliran sinkretisme agama. Jika benar terwujud, aliran ini akan berdampak pada pemeluknya seperti kaburnya iman dari seseorang, hilangnya kebenaran yang diyakininya, dangkalnya keimanan dan sebagainya. Hal ini karena agama yang dibuatnya tidak murni penciptaan dari Tuhan melainkan membuat ajaran sendiri.

Kemudian jika anggapan semua agama benar, dan dibenarkan. Hal tersebut bukanlah konsep moderasi agama, dikarenakan moderasi agama sendiri mengajarkan untuk seluruh pemeluk agama menjalankan agama sesuai yang diyakininya secara mutlak, namun tidak lupa untuk menghargai dan menghormati pemeluk agama lain. 

Sikap tersebut merupakan wujud toleransi beragama. Karena pada dasarnya konsep moderasi bergama yang diperbolehkan hanyalah sebatas masalah sosial dan dunia semata, tidak mencampuri urusan keberibatan (cara beribadah).

Bagaimana Sikap Yang Harus Diambil?

Dalam pandangan orang yang beragama Islam, akan berpegang teguh pada Alqur’an dan hadis. Di dalam Alqur’an telah disebutkan dalam QS. Al-Imran (19) yang artinya “Sesungguhnya agama (yang diridai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. 

Dan disebutkan ayat lainnya dalam QS. Al Imran (85) yang artinya “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan pernah diterima darinya, dan dia termasuk orang-orang yang merugi di akhirat.”

Sedangkan dalam pandangan agama Kristen Protestan berpegang pada kitab Injil Yohanes 14:6-7 TB (Terjemahan Baru), bahwasanya Yesus berkata “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."

Diatas merupakan dua contoh agama yang menunjukan bahwa setiap agama percaya akan Tuhan dan kitabnya masing-masing. Sehingga ‘sikap yang harus diambil’ dalam beragama baik bagi diri sendiri dan lingkungan sosial adalah dengan kita menjalankan sebagaimana orang beriman yaitu taat akan aturan agama dan cara pandang, sikap dan praktik beragama dalam kehidupan bersama (sosial) seperti menciptakan kerukunan, keharmonisan, sekaligus memberikan kebebasan dalam menjalankan agamanya masing-masing tanpa mengusiknya (nilai moral).

Makna moderisasi agama dan makna sinkritisme agama adalah konsep yang saling bertentangan, yang satu mengharamkan untuk paham bahwa semua agama itu benar dan yang satunya lagi, sebaliknya, menghalalkan untuk paham bahwa semua agama itu benar.

Jadi, kita sebagai orang yang beragama haruslah bijak dalam memposisikan diri. Kita harus menyalahkan pernyataan ‘bahwa semua agama benar’ dan membenarkan bahwa ‘semua agama mengajarkan kebaikan’ maksudnya kita hanya menyakini dan mempercayai bahwa semua agama itu mengajarkan kebaikan dalam ranah sosial dan dunia semata.

*) Mahasiswa Hukum Keluarga Islam. Fakultas Syariah, UIN Raden Mas Said Surakarta. Penggiat di UKM LPM Dinamika.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال