Makna Hidup Sukses dalam Perspektif Islam (1)

 

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM - Pada dasarnya setiap manusia pasti memiliki impian dan tujuan dalam hidupnya. Dua hal tersebut dapat menjadikan manusia termotivasi untuk menjalankan kehidupan dengan penuh semangat, berusaha untuk terus mengembangkan kemampuan-kemampuan yang ada pada diri mereka sampai dapat terwujudnya apa yang menjadi tujuan dan impian dalam kehidupan mereka. Manusia dalam Al-quran di jelaskan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena didalam diri manusia ditanamkan sifat keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yakni Allah SWT. dan juga rasa tanggung jawab yang besar atas dirinya sendiri dan juga alam sekitar. Oleh karena itu mengapa Allah SWT. menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya di bumi.(Mujiono, 2013) Seperti firman Allah SWT. Q.S. al-An'am (6): 165, “Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu beberapa derajat atas sebagian (yang lain) untuk menguji kamu atas apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat hukuman-Nya. Sungguh, Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “(Kementrian Agama RI, 2011).

Dibanding makhluk Allah SWT yang lainnya seperti malaikat, jin, syaitan, hewan, tumbuhan, Allah memberi kepercayaan lebih dengan memberikan pada manusia akal dan juga perasaan dan juga memiliki emosional, kecerdasan spiritual maupun intelektual (Pulungan, 1984). Adakalanya Allah SWT. menciptakan sebagai makhluk individu dengan tujuan untuk menjadikannya bertanggung jawab akan dirinya sendiri, adakala sebagai makhluk sosial guna untuk bertanggung jawab dengan manusia yang ada di sekelilingnya, adakala sebagai makhluk penguasa bumi yang diciptakan dan diasuh oleh Allah SWT. yang tugasnya bertanggung jawab akan alam sekitar yang di tempatinya. Sebagai makluk individual dalam dirinya terdapat kesatuan tiga unsur: unsur perasaan, unsur akal, unsur jasmani (Basyir, 1984).

Salah satu impian terbesar dalam hidup setiap manusia ialah kesuksesan. Bohong jika ada manusia hidup di bumi tapi tidak menginginkan pencapaian kategori manusia sukses. Pasti semua mempunyai tujuan hidup sukses. Dan perlu difahami kesuksesan yang hakiki ialah kesuksesan yang diukur dengan parameter Alquran. Yakni kesuksesan yang tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai keimanan, kajujuran dan kebaikan (Fahmi, 2018). Setiap manusia pasti juga memiliki pandangan masing-masing mengenai pencapaian kesuksesan yang diinginkan. Karena kesuksesan itu sendiri sifatnya relatif (tergantung pada orang yang memandang).

Namun, secara umum pencapaian kesuksesan itu lebih pada mendambakan kehidupan akan ketenangan dan kebahagiaan yang tidak hanya nampak pada mata lahir tapi juga dirasakan oleh mata batin. Namun ada juga yang mengartikan sukses itu diukur dari pencapaian yang mereka peroleh seperti halnya popularitas, tingginya jabatan, melimpahnya harta benda, sehingga hal ini yang menjadikan manusia sibuk akan urusan duniawi saja. Pengamat sosial menilai seseorang terbilang sukses dalam strata sosial dan bisnis di dunia dengan menginventarisir sifat-sifat positif diantaranya potensi diri, tidak pernah ragu, perencanaan yang jelas, tidak menegeluh, tidak menunda suatu pekerjaan, tampil percaya diri, menciptakan sesuatu yang bernilai ekonomi dan yang pasti tetap senantiasa bersyukur (Susilowati, 2009). Secara garis besar kesuksesan dibagi menjadi dua yakni kesuksesan hidup di dunia dan kesuksesan esok di akhirat. 

Kesuksesan hidup di dunia berarti suatu pencapaian seseorang akan kebahagiaan, seperti harta, tahta, dan segala kepemilikan yang dapat dinikmati di dunia. Dan kebahagiaan ukhrawi itu ada tiga macam, keabadian tanpa rusak, kekayaan tanpa fakir dan kemuliaan tanpa kehinaan.(Susilowati, 2009) Sedangkan kesuksesan esok di akhirat berarti kesuksesan yang hanya dapat dicapai oleh orang yang semasa hidupnya selalu dalam ketaqwaan, berbuat baik kepada siapapun dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. sesuai dengan Q.S. al-Maidah(5): 35, “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, carilah wasilah(jalan untuk mendekatkan diri) kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) dijalan-Nya agar kamu beruntung”.(Kementrian Agama RI, 2011).

Arti Sukses

Dalam Islam kesuksesan selalu dilihat dari dua sisi tersebut, oleh karena itu kita perlu pola hidup yang sesuai dengan pedoman Al-quran supaya dapat meraih kesuksesan tidak hanya hidup di dunia saja tapi juga sukses di akhirat kelak. Dalam Alquran terdapat tiga kata yang berarti kesuksesan yakni al-Falah, an-Naja dan al-Fauz. Penggunaan kata al-Falah bisa menggambarkan kesuksesan pada saat di dunia dan juga diakhirat. An-Naja menggambarkan kesuksesan yang dapat diraih pada saat masih hidup di dunia saja. Kesuksesan tidak ada yang datang secara tiba-tiba, semua orang sukses pasti melalui sebuah proses, adakalanya proses itu panjang ada yang langsung dipermudah oleh Allah SWT. proses dalam peraihan kesuksesan ini menjadi hal yang sangat penting karena proses kesuksesan termasuk alur wilayah akhlak Qurani. (Terry, 1993). Ada dua macam kesuksesan dunia yakni kesuksesan dunia yang hanya terpaku pada materialis saja dan kesuksesan dunia yang disertai dengan keimanan.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S. Ar-Rum (30): 38, “Oleh karena itu, beri kerabat dekat haknya, juga orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari kerida'an Allah. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”.(Kementrian Agama RI, 2011)Dalam tafsir kementerian RI dijelaskan dalam ayat ini makna sukses yang dimaksud ialah sedekah. Artinya setiap orang mukmin yang diberi oleh Allah swt. rezeki lebih maka ia berkewajiban untuk memberikan sebagian hartanya kepada yang membutuhkan. Adapun bentuk pemberiannya itu bisa berupa uang, makanan, pakaian dan lain sebagainya selain dari zakat. Orang yang berhak menerima sadaqah diantaranya orang miskin yaitu orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, lalu musafir yang terlantar paling kurang memberikan bekal atau pesangon yang cukup sesampainya ia pulang ke rumah.

Akan tetapi dari segolongan orang yang berhak menerima sadaqah orang mukmin lebih dianjurkan memberikan bantuan kepada keluarga sendiri yang memang membutuhkan.(Kementerian Agama RI, 2010) Dalam tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, sukses dalam ayat ini diartikan ketika seseorang mau mensadaqahkan sebagian rezekinya kepada yang berhak menerima. Dan pemberian yang dimaksud selain zakat boleh berupa apapun dan diberikan kepada keluarga yang membutuhkan, orang miskin dan Ibnu as-Sabil (orang- orang dalam perjalanan). Ketika seseorang dapat menunaikan kewajibannya maka mereka akan memperoleh kebahagiaan. Namun pada akhir ayat ini terdapat dhomir هم) Mereka), fungsinya untuk membatasi kebahagiaan pada siapa yang dibicarakan. Seakan-akan yang bahagia selain mereka, tidak dinilai berbahagia, dan mereka yang dibicarakan disini saja yang bahagia.(Shihab, 2006).

Intinya, bahwa orang-orang yang beruntung adalah ia yang selalu mengerjakan amal shalih, diantara amal shalih ialah bersedekah. Q.S. Ghafir (40): 41, “Dan wahai kaumku! Bagaimanakah ini aku menyerumu kepadakeselamatan, tetapi kamu menyeru ke neraka”.(Kementrian Agama RI, 2011). Dalam tafsir kementerian RI dijelaskan makna sukses dalam ayat ini adalah terhindarnya seseorang dari siksa neraka. Yaitu orang yang hidup dengan dasar keimanan, beriman kepada Allah swt danmelaksanakan amal shalih dan menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang sehingga ini yang menjadikan manusia sampai pada balasan dari perbuatan baik selama didunia yakni surga (Kementerian Agama RI, 2010). Dalam Tafsir Al-Maraghi juga dijelaskan makna sukses dalam ayat ini ialah selamat dari adzab Allah swt. dengan cara yakin atau beriman kepada Allah swt. dan mengikuti ajaran para utusan-Nya dan membenarkan apa yang telah disampaian para rasul. Dan tidak melakukan perbuatan tercela yang bertentangan dengan ajaran para utusan Allah swt. (Al-Maraghi, 2012). Q.S. Al-Qashash (28): 21, “Maka, keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut dan waspada. Dia berdo’a, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”.(Kementrian Agama RI, 2011).

Dengan demikian, bahwa Berdoa (memohon pertolongan), sangat dianjurkan, karena apabila seorang hambah meninggalkan perkara berdoa sebelum melakukan sesuatu maka ia merupakan hambah yang sombong. Q.S An-Nur (24): 52, “Dan barang siapa yang taat kepada Allah swt. dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah swt. dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.”(Kementrian Agama RI, 2011). Dalam tafsir Al-Maraghi juga dijelaskan makna sukses dalam ayat ini ialah barang siapa yang taat pada Allah swt. dan Rasul-Nya, takut kepada Allah swt. berkenaan dengan dosa yang telah dilakukan, sehingga hal itu mendorongnya untuk taat dan meninggalkan maksiat, serta bertaqwa kepada Allah swt. maka mereka adalah manusia yang beruntung dengan memperoleh keridhaan Allah pada hari kiamat dan terhindar dari azab yang pedih.(Al-Maraghi, 2012)Intinya, bahwa mereka yang ingin mendapatkan kemenangan maka Syaratnya harus Taat kepada Allah SWT dan Rasulnya. Dan mereka juga harus takut dan bertaqwa kepada Allah SWT. Q.S. Al-Maidah (5): 119, Allah berfirman yang artinya, “ini adalah hari yang kebenaran orang-orang yangbenar bermanfaat bagi mereka. Bagi merekalah surge-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepadaNya. Itulah kemenangan yang agung”.(Kementrian Agama RI, 2011).

Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan makna sukses dalam ayat ini balasan yang diterima oleh seseorang dari perbuatan baik yang telah dilakukan semasa hidupnya di dunia. Selain itu adapun yang pantas menerima kenikmatan tersebut ialah seseorang yang hatinya tidak dikotori dengan sifat batil. Dan segala perbuatan yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran Allah swt. maka yang demikian akan memperoleh kenikmatan yang tidak hanya diukur dari materi, tetapi kenikmatan ruhaniah yang kekal yaitu surga. Mereka yang memperoleh nikmat tersebut disebut dengan mendapat maqam yang tinggi dan memperoleh nikmat yang amat besar.(Shihab, 2006).

Makna Menurut Islam

Dalam perspektif islam, sukses disebut dengan muflih (beruntung), najah (selamat), atau faiz (menang).(Amirullah Syarbini, 2012) Dalam pandangan islam seseorang dianggap beruntung disaat ia sudah menjadi hamba Allah yang taat, dianggap selamat apabila ia mampu melawan godaan yang merugikan dan dianggap menang apabila ia tidak menuruti hawa nafsu. Manusia hidup di dunia karena diciptakan oleh Allah swt dan kelak juga akan kembali ke sisi Allah swt. Oleh karena itu disaat kita diciptakan Allah swt dalam keadaan baik maka kelak kita kembali harus berusaha tetap menjadi baik pula dengan cara berpedoman kepada agama islam yakni agama Allah yang mana kita harus bisa mendapatkan kesuksesan sekarang hidup di dunia dan kelak di akhirat. Bahkan kita harus menjadikan kesuksesan di dunia sebagai lantaran untuk mendapatkan kesuksesan kelak di akhirat.

Seperti contoh adanya kita diberi oleh Allah swt. rezeki tidak semata- mata kita pergunakan hanya untuk kebutuhan hidup saja melainkan kita sisihkan untuk disadaqahkan kepada orang yang dianggap kurang mampu. Sebagai manusia yang beragama islam, tentunya yang kita inginkan ialah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan baik sekarang ataupun nanti. Oleh karena itu kita harus mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari, seperti contoh saat tiba waktu sholat maka segeralah melaksanakannya, saling tolong menolong antar sesama, dan selalu berbuat baik kepada siapa saja. Karena kita tau kebaikan yang dilakukan di dunia akan membawa kepada kebaikan yang jauh lebih baik lagi di akhirat kelak.(Ash-Shiddieq, n.d.)

Dalam permasalahan kesuksesan dan memahami akan maknanya, hendaknya kita belajar dari sosok manusia paling sukses di muka bumi, yang menjadi inspirator umatnya dalam menjalani kehidupan, yakni Nabi Muhammad SAW. salah satu kunci kesuksesan yang selalu diraih oleh Nabi yakni adanya rasa tanggung jawab yang besar dengan apa yang dijalani, seperti contoh Nabi Muhammad SAW. adalah seorang utusan yang bertanggung jawab menyampaikan risalah kepada umatnya, dengan rasa tanggungjawab dalam menjalankan tugasnya sehingga nabi berhasil mengubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban rabbani.(Amirullah Syarbini, 2012) Sebagai umatnya hendaknya kita mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. agar kita juga mendapat kesuksesan hidup di dunia maupun diakhirat kelak.

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال