Transformasi IPM-IMM, Haruskah ?

Penulis: Abdurrahman*

KULIAHALISLAM.COM - IMM atau Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi otonom di lingkup persyarikatan Muhammadiyah. Dimana organisasi itu tumbuh dan berkembang, maka kultur yang dibawa pun sangat beragam sekali. 

Apabila adik dari IMM sendiri dalam persyarikatan yaitu IPM memiliki kultur administratif dan pergerakan di sekolah – sekolah, maka IMM lebih memilih untuk terjun ke sosial masyarakat. Ini adalah titik poin perbedaan antara IPM dan IMM walaupun mereka secara berturut – turut merupakan jenjang perkaderan yang ada di Muhammadiyah.

Aksi bersama IMM dan IPM

IPM mempunyai tujuan dan cita-cita yg tidak jauh dengan tujuan Muhammadiyah juga karena memang eksistensi IPM adalah anak kandung Muhammadiyah. IPM juga merupakan organisasi otonom layaknya seperti ortom yg lain seperti IMM, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Tapak Suci dll. 

Mungkin banyak dari kader IPM yang ketika pertama kali menjejakkan kaki di IMM memiliki tanda tanya besar seperti halnya saya, bagaimana IMM tidak bisa secemerlang IPM di mata menteri pemuda dan olahraga Indonesia lewat ajang penganugerahan OKP (organisasi kepemudaan terbaik). 

Karena memang tema besar atau ranah gerak yang digalang oleh IMM murni untuk sosial kemasyarakatan. Sehingga tidak jarang administrasi IMM tidak sebagus IPM. Padahal perlakuan administratif sendiri merupakan salah satu poin dalam penilaian OKP terbaik. Sehingga biarlah IPM selaku adik di persyarikatan bersinar lewat penghargaan administratifnya sedangkan IMM cemerlang di hati masyarakat lewat aksi sosialnya.

Setiap kampus pastilah memiliki cerita yang berbeda mengenai eksistensi dari organisasi ini. Apabila kita menengok ke PTM (perguruan tinggi Muhammadiyah) – PTM yang tersebar di Indonesia, maka tak jarang IMM telah diakui legalitasnya sekaligus menjadi organisasi internal kampus setara dengan BEM atau badan eksekutif mahasiswa. Lain halnya apabila kita melihat kondisi di kampus – kampus negeri. 

IMM masuk ke dalam kategori organisasi ekstra kampus (ormec) bersanding dengan HMI, HTI, KMNU, hingga KAMMI. Selain basis massa yang relatif lebih sedikit, juga sumber dana yang harus digalang secara swasembadaya.

Maka IPM dan IMM harus bersatu dan berpegang tangan untuk menjadi anak panah Muhammadiyah demi kepentingan umat dan bangsa, 

Namun bukan sebuah jaminan apabila basis massa yang besar mampu mempengaruhi kebesaran dari organisasi tersebut. Percuma saja memiliki massa besar namun peneguhan ideologi organisasi tidak tertanam secara massif di setiap kader. Lebih baik kuantitas sedikit namun kualitas—dalam hal ini idealisme gerakan—sangat ditekankan. Begitu pula dengan ber-IMM, diperlukan jenjang kepemilikan dan keikutsertaan secara kaffah atau menyeluruh.

Untuk ber-IMM secara kaffah kita harus melalui beberapa tahapan secara berurutan. Jenjang pertama pemahaman mengenai keislaman. Yang paling mendasar adalah kita harus bisa mendefinisikan tuhan serta kaidah ketuhanan dengan singkat, padat, dan menyeluruh tanpa berbelit – belit hingga membuat orang bingung. Jenjang selanjutnya adalah pemahaman ber-Muhammadiyah. 

Memahami arah gerak dan tujuan besar yang dimiliki oleh Muhammadiyah hingga menanamkan di dalam hati nurani bahwa Muhammadiyah bukanlah sebuah alat untuk mencari penghidupan apalagi jabatan, sesuai dengan yang diutarakan oleh founding father Muhammadiyah, kyai haji Ahmad Dahlan. Hidup – hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah.

Setelah dua jenjang tersebut berhasil dilampaui, maka kini giliran jenjang ketiga siap untuk ditapaki. Yaitu menghayati dan menyelami makna baik yang tersurat maupun tersirat yang terkandung dalam trilogi IMM sekaligus ruh dari pergerakan IMM sendiri. 

Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas. 3 hal inilah yang nantinya akan meneguhkan idealisme setiap kader yang berkecimpung di lingkup IMM untuk tidak mudah terbawa arus sekaligus memperdalam skill berpikir kritis dalam berorganisasi maupun bermasyarakat.

IMM sebagai anak dari Ortom Muhammadiyah, mempunyai cita-cita yang besar untuk memastikan proses pencerdasan dan kepemimpinan itu terus mengalir seperti air, layaknya sebuah mata air yg menjadi sumber kehidupan untuk Bangsa dan negara.

 Al Qur'an surat an Nisa ayat 9 menegaskan bahwa.

 Janganlah kalian meninggalkan generasi yg lemah.

Maka IMM dan Persyarikatan Muhammadiyah harus terus mencetak dan melahirkan pemimpin bangsa dan negara untuk umat Islam yg dicita-cita oleh Muhammadiyah.

Setiap organisasi pasti memiliki tujuan, setiap tujuan pasti akan diupayakan perwujudannya dan setiap perwujudan membutuhkan waktu yang panjang. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi pasti memiliki tujuan. 

Tujuan IMM bukan lain sebagai panjang tangan perwujudan tujuan Muhamadiyah, karenya IMM sebagai organisasi sayap (eksponen) dari Muhammadiyah memiliki peran penting untuk membantu Muhammadiyah mewujudkan cita-cita besarnya terkhusus pada kalangan mahasiswa. 

Harapan besar Muhammadiyah terhadap kader IMM termaktub dalam tujuan IMM itu sendiri, “Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlaq mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah”.  Tujuan IMM sangat detail menjelaskan posisi kader IMM. Sebagai organisasi, frasa mengusahakan merupakan sebuah upaya sadar bahwa seorang kader dapat 

IPM hadir untuk menjadi sarana dan prasarana siswa dan siswi di kalangan pelajar untuk bisa mengasah kemampuan dan potensi diri untuk menjadi anak bangsa yg bisa memenangkan NKRI membentuk diri ataupun kelompoknya dalam batasan normal sesuai dengan batasan ikatan.

Tradisi keilmuan dalam tubuh IMM harus tetap digalakkan dan benar-benar menjadi budaya. Agar tradisi keilmuan menjadi budaya, maka kader IMM selayaknya menjadikan organisasinya sebagai akademi. 

Akademi yang dimaksud bukan seperti yang kita lihat saat ini, namun sebaliknya akademi pada konteks ini merujuk pada sekolah berbentuk taman yang didirikan oleh plato di athena sebagai tempat berkumpul para intelektual untuk menimba berbagai disiplin ilmu.

Gerakan perkaderan dan gerakan sosial yang harus terus dibingkai dengan ilmu menyiratkan urgensi sebenarnya mengapa kader IMM harus menjadikan organisasinya sebagai akademi sesuai dengan konsep  yang semestinya.

Maka dengan demikian, maksud dan tujuan Muhammaadiyah mendirikan IMM sebagai gerakan ilmu dan amal akan dapat terealisasi. Mengemban tugas berat, bukan berarti menyurutkan semangat kader untuk berjuang. 

Sebagai akademisi islam yang berakhlak mulia ilmu yang dimiliki harus diamalkan secara praksis untuk membebaskan dan memanusiakan manusia. Kemudian seiap amalan kader harus benar-benar mencerminkan dirinya sebagai individu yang taat dalam menjalankan perintah agama.

“ Cita-cita yang tak diperjuangkan serupa membaca hanya sekata, tak mendapat arti dan makna.” 

Trilogi yang dimiliki IMM mestinya dapat dipahami oleh seluruh kader IMM, pemahamannya tidak hanya sekedar dogma bahwa trilogi adalah ideologi belaka. Namun, Trilogi harus menjadi ruh keilmuan setiap kader IMM yang kemudian menjadi prinsip gerakan yang berlandaskan pada tradisi akademik.

Jika trilogi hanya dijadikan sebagai ideologi, trilogi tersebut akan menjadi candu bagi kader IMM dan akan menegasikan ilmu pengetahuan sebagai upaya revitalisasi dan inovasi perkaderan. Gerakan perkaderan dan gerakan sosial IMM sudah seharusnya belandaskan keilmuan yang mapan sesuai dengan karakter IMM dan Muhammadiyah, tidak lagi bertengkar teori siapa atau ilmu apa yang akan IMM gunakan.

Sebagai gerakan perkaderan iklim yang harus dibangun dalam tubuh IMM adalah membentuk kader-kader ideolog yang memiliki pengetahuan Namun hal ini menjadi masalah dalam tubuh IMM, ketidak sinkronan antara perkaderan dan keilmuan menjadi penyebab masalah dari hal tersebut. 

Namun, jika kita perhatikan lebih dalam lagi, ideologi tanpa ilmu akan menjadi dogma belaka dan menjadikan kader fanatik buta terhadap ikatan, sebaliknya ilmu tanpa ideologi akan menjadikan kader liar dan menghantam segala batasan norma. 

Cinta itu kadang membosankan. Sirna setelah semuanya didapatkan. Kadang cinta terdiri dari ungkapan alay beranak lebay yang mengarah kepada syatahat (ucapan tak dimengerti) oleh manusia normal. Cinta itu kadang mengarahkan kita pada pemahaman postulat sehingga menjadi dogma yang tidak layak dicari alasannya.

Justru, di sanalah letak kesalahan ketika kader hanya sekedar mencintai tanpa internalisasi dan kristalisasi rasa dalam aspek perjuangan. Kehadiran rasa ber-IMM mutlak diperlukan, sehingga cinta kader terhadap IMM tidak lagi dalam domain teoritis semata namun bertumbuh dalam praksis karakter gerakan kader.

Rasa itu akan memanggil dan menjaga kader. Agar tak hanya sekedar masuk di IMM lalu keluar dengan alasan ketidaksesuain, ketidakcocokan dan sederet alasan lain yang sejatinya tak memiliki rasa dalam ber-IMM. 

Mari kita rawat IMM dengan penuh kesadaran. Karena kita adalah kader Persyarikatan, kader umat juga sebagai kader bangsa. Jangan kendor apalagi memilih mundur dalam mengurusi IMM. Selalu hadirkan rasa dalam tarikan nafas pengabdian! Abadilah IMMku!

IPM menjadi anak panah Muhammadiyah itu haru menjiwai Muhammadiyah dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab sebagai organisasi pelajar.

Abadi perjuangan kami di IPM.

Menjadi kader Muhammadiyah itu harus mempunyai fisi misi bersama untuk membangun peradaban.

Ada 3 kader Muhammadiyah Dari tranformasi IPM-IMM.

Pertama adalah kader perserikatan 

Ketua adalah kader umat

Ketika adalah kader bengsa.

Maka 3 tipe kader di atas itu kemudian harus di jalani dan di pahami di hayati Oleh semua kader Muhammadiyah.

Seperti disampaikan oleh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.

Jadilah doktor, jadilah insinyur jadilah guru, jadilah pemimpin di manapun tapi ingat kembali ke Muhammadiyah, itu kader Muhammadiyah.

Sekali ber IPM dua kali ber IMM dan ber Muhammadiyah 

Sebagai gerakan sosial ilmu menjadi bingkai untuk pengetahuan dasar ikatan dalam bergerak, karena jika tidak ada ilmu yang dimiliki gerakan akan berjalan secara sporadis dan tujuan tidak akan tercapai. Dalam gerakan sosial ilmu dasar pemberdayaan dan pembebasan masyarakat harus benar-benar di kuasai oleh kader secara individu ataupun kelompok untuk terjun langsung kemasyrakat.

 BER-IPM DAN IMM SECARA KAFFA. Secerah totalitas.

Taat ibadah.

Taat belajar

Taat organisasi.

*) Ketua PK IMM FAI Unismuh Makassar

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال