Pemikiran dan Kontribusi Mulla Sadra dalam Filsafat Islam


Penulis: Inka Andika Sari*

Disini saya sebagai penulis ingin sedikit membahas salah satu pemikiran flsafat Islam yaitu Mulla Sadra tentang pemikiran dan kontribusinya dalam filsafat Islam , sebelum kita masuk ke pembahasan, siapa sih Mulla Sadra, apa saja pemikiran dan kontribusinya?

Pertama kita akan mengenal tentang Mulla Sadra. Beliau adalah Sadr Al Din Muhammad Al Shirazi, adalah seorang filsuf Islam terkenal dari Persia (sekarang Iran) yang hidup antara tahun 1571 hingga 1640 Masehi. 

Mulla Sadra dianggap sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sejarah pemikiran Islam dan dikenal karena kontribusinya yang signifikan dalam bidang filsafat, mistisisme, dan teologi. Beliau juga merupakan salah satu tokoh utama dalam perkembangan filsafat Islam. 

Pemikirannya sangat mempengaruhi integrasi filsafat dengan teologi dan mistisisme Islam, dan dia mengusulkan pendekatan baru untuk memahami dan menerapkan filsafat dalam konteks Islam. 

Pemikiran Mulla Sadra tentang filsafat Islam menekankan integrasi pemikiran rasional dan pengalaman spiritual dalam pencarian pengetahuan dan pemahaman tentang realitas. Kontribusinya terhadap perkembangan ontologi transendental dan pendekatan holistiknya terhadap filsafat dan teologi Islam telah mempengaruhi pemikiran dan filsafat Islam hingga saat ini.

Beberapa poin penting tentang pemikiran Mulla Sadra tentang filsafat Islam diantaranya, ontologi transendental ialah satu kontribusi terpenting Mulla Sadra adalah pengembangan ontologi transendental dalam konteks filsafat Islam. 

Mulla Sadra mengklaim bahwa realitas absolut adalah "makhluk" (keberadaan) yang merupakan sumber dari segala keberadaan. Dalam pandangannya, wujud adalah sifat Tuhan yang meliputi segalanya, dan segala sesuatu yang ada adalah manifestasi dari wujud itu.

Salah satu kontribusinya Mulla Sadra yang paling terkenal adalah pengembangan dan perumusan doktrin filosofis “Hikmah al-Muta’aliyah” atau “Ontologi Transenden”. Ia memadukan unsur-unsur filsafat Platonis, Aristotelian dan Neoplatonik dengan pemikiran Islam, khususnya pemikiran filsafat Persia dan mistisisme. Mulla Sadra berpendapat bahwa realitas absolut adalah “makhluk” (keberadaan) dan bahwa segala sesuatu yang ada adalah manifestasi dari wujud.

Dia memperkenalkan konsep-konsep seperti "Hulul" (Perjanjian dengan Tuhan), "Ittihad" (Perjanjian dengan Tuhan) dan "Tajalli" (Wahyu Tuhan) untuk menjelaskan hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya. Mulla Sadra juga memberikan kontribusi penting dalam pemahaman tradisi Islam tentang jiwa dan kebangkitan (eskatologi). 

Dia berpendapat bahwa jiwa bukanlah entitas yang terpisah dari tubuh, tetapi dia menekankan kesatuan jiwa dan tubuh. Menurutnya, jiwa adalah sumber kehidupan, dan kematian bukanlah akhir dari keberadaan jiwa, melainkan peralihan menuju akhirat dan menghubungkannya dengan realitas yang lebih tinggi. Pemikiran ini menggarisbawahi pentingnya pengembangan jiwa dan koneksi spiritual dalam mencapai pemahaman eksistensial yang lebih mendalam.

Adapun Karya Mulla Sadra yang paling terkenal termasuk "Asfar" (Empat Perjalanan), sebuah karya monumental filsafat dan mistisisme, dan "Al-Hikmah al-Muta'aliyah fi al-Asfar al-Aqliyyah al-Arba'ah" (Empat Perjalanan). Filsafat transendental tentang Empat Perjalanan Alam Intelektual yang merupakan ringkasan dari Asfar. Karya-karya ini memiliki pengaruh yang luas dan terus menjadi sumber penting untuk studi filsafat Islam. 

Hubungan antara kebangkitan dan keadilan Ilahi menurut Mulla Sadra juga kebangkitan sebagai akhir dari kehidupan manusia: Dalam banyak agama, kebangkitan merujuk pada proses di mana jiwa atau roh manusia bangkit dari kematian dan kembali ke hadapan Tuhan. Kebangkitan sebagai pemulihan dan pemulangan yang adil: 

Dalam beberapa tradisi agama, kebangkitan juga dapat merujuk pada pemulihan dan pemulangan yang adil bagi mereka yang menderita ketidakadilan di dunia ini. Dan juga Kebangkitan sebagai transformasi moral: Dalam beberapa tradisi, kebangkitan juga berarti transformasi moral dan spiritual individu. Hal ini berarti bahwa seseorang yang sebelumnya melakukan perbuatan jahat atau tidak adil dapat bangkit dari keadaan itu melalui proses pembersihan, pertobatan, atau penyucian diri.

Keunikan pemikiran Mulla Sadra terletak pada upayanya menggabungkan filsafat dengan teologi Islam dan mistisisme serta mengembangkan doktrin ontologi transendental yang mendalam. Ide-idenya sangat mempengaruhi perkembangan pemikiran dan filsafat Islam pada masanya, dan warisan intelektualnya terus menjadi signifikan dan dipelajari hingga saat ini. 

Baginya, pemahaman spiritual tidak hanya dapat dicapai melalui pemikiran rasional, tetapi juga melalui pengalaman langsung dengan kehadiran Tuhan. Ini mengarah pada konsep eksistensial yang lebih luas tentang manusia sebagai makhluk spiritual yang memiliki potensi untuk mengalami dan menyatu dengan keberadaan ilahi. Pemikiran Mulla Sadra dari perspektif eksistensial dan spiritual manusia memperkaya pemahaman kita tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta. 

Salah satu kritik terhadap cara berpikir Mulla Sadra adalah ketidakjelasan beberapa konsep filosofis yang dikemukakannya. Beberapa ungkapan seperti "hikmah al-muta'aliyah" (pengetahuan tentang keberadaan) dan "al-insan al-kamil" (manusia sempurna) biasanya sulit dipahami dan didefinisikan dengan jelas. 

Hal ini menyebabkan kesulitan dalam memahami dan menafsirkan pemikirannya. Karena Pikiran yang bermakna dan berkontribusi pada pemahaman orang tentang makna hidup dan tujuan keberadaan dapat berdampak signifikan dalam memperjelas, memahami, dan membantu orang merenungkan makna dan tujuan hidup mereka. 

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال