Orientalisme Barat dan Timur


Penulis: Erika Putri Wulandari*

Istilah orientalisme menggambarkan bagaimana barat melihat timur. Seorang cendekiawan Palestina-Amerika bernama Edward Said pertama kali mengajukan gagasan tersebut dalam bukunya yang berjudul Orientalism pada tahun 1978. 

Said menantang perspektif barat yang merendahkan, mengkategorikan, dan meromantisasi peradaban timur dalam karyanya. Para orientalis barat sering kali mendasarkan pendapat mereka tentang Timur pada bias, prasangka, dan tujuan politik. 

Mereka sering kali percaya bahwa timur itu misterius, asing, dan terbelakang. Selain itu, mereka juga sering percaya bahwa mereka lebih unggul secara moral dan budaya daripada orang timur. 

Secara historis, orientalisme telah menjadi alat untuk menindas dan mengambil keuntungan dari orang timur. Barat menduduki dan menjajah beberapa negara di asia dan afrika sepanjang abad ke-19. 

Orientalisme, yang menggambarkan orang timur sebagai orang yang tidak berdaya dan membutuhkan bantuan barat, digunakan untuk mempertahankan penjajahan ini.

Persepsi tentang timur yang dipegang oleh para orientalis barat memiliki dampak yang signifikan terhadap politik timur-barat dan hubungan internasional. 

Mereka sering mengeksploitasi persepsi mereka tentang timur sebagai pembenaran untuk kolonialisme, imperialisme, dan aksi militer. Persepsi orientalis barat tentang timur tidak sepenuhnya akurat. 

Budaya timur sangat indah dan kaya. Budaya atau etnisitas tidak dapat mempengaruhi keterbelakangan atau kemajuan suatu negara, namun elemen-elemen lain seperti sejarah, politik, dan ekonomi yang dapat mempengaruhinya.

Memahami orientalisme dan pengaruhnya terhadap peradaban timur dan barat sangatlah penting di era globalisasi saat ini. Kita harus meningkatkan kesadaran kita akan keragaman budaya di seluruh dunia dan menghindari pemahaman yang terbatas dan konvensional tentang budaya timur.

Orientalisme Negara Timur 

Negara-negara timur dengan berbagai budaya, bahasa, dan agama termasuk Cina, Korea, Jepang, dan India. Mereka memiliki sejarah yang panjang dan kaya. 

Namun, bagaimana bangsa-bangsa timur memandang diri mereka sendiri dan tradisi mereka telah dipengaruhi oleh persepsi arat yang terkadang merendahkan dan mengeksploitasi budaya dan masyarakat Timur.

Sebagai contoh, India sering digambarkan sebagai sebuah negara yang penuh warna dan kaya akan budaya. Sudut pandang ini sering kali mengabaikan fakta bahwa negara ini juga menghadapi masalah-masalah sosial dan ekonomi yang signifikan. 

Kesalahpahaman bahwa orang India adalah orang yang spiritual dan mengagungkan sapi semakin didukung oleh penggambaran India yang sering kali eksotis dan mistis. 

Pada kenyataannya, India memiliki masyarakat kontemporer dan sekuler. Di sisi lain, negara-negara timur juga memiliki cara pandang mereka sendiri, yang sering kali dipengaruhi oleh orientalisme terhadap barat. 

Beberapa contoh sikap yang kadang-kadang dapat ditemukan di negara-negara timur termasuk keyakinan bahwa barat lebih baik, kontemporer dan bahwa peradaban barat selalu mementingkan diri sendiri dan materialistis.

Orientalisme Negara Barat

Negara-negara Asia dianggap "lain" atau "eksotis" oleh negara-negara barat. Sudut pandang ini dipengaruhi oleh keinginan untuk mempelajari budaya asia dan menguasai sumber daya alamnya. 

Sudut pandang ini menggambarkan bagaimana negara-negara barat telah gagal memahami budaya dan tradisi Asia.

Orientalisme merupakan cerminan dari hegemoni barat di berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, dan budaya. 

Hal ini juga mempengaruhi bagaimana negara-negara barat melihat negara-negara Asia dalam hal politik dan ekonomi. Sudut pandang ini sering digunakan oleh negara-negara barat untuk mempertahankan perilaku mereka terhadap negara-negara Asia.

Perspektif orientalis, pada kesimpulannya, merepresentasikan dominasi politik, ekonomi, dan budaya negara-negara barat atas negara-negara Asia. Namun, banyak juga yang menentang dan mengutuk cara pandang ini. 

Bangsa-bangsa Asia harus mempertahankan hak-hak mereka, menjunjung tinggi budaya dan tradisi mereka, serta melawan hegemoni Barat di berbagai bidang.

Berikut beberapa contoh dari orientalisme negara barat ialah;

Orientalisme dalam Film dan Media

Film dan media Barat sering kali menggambarkan stereotip dan prasangka terhadap orang Asia. Misalnya, karakter Asia dari film Hollywood, seperti samurai atau ninja, sering ditampilkan dalam suasana mistis dan penuh teka-teki.

Orientalisme dalam Politik dan Hubungan Internasional

Negara-negara Asia sering dianggap oleh negara-negara Barat sebagai negara terbelakang dan tidak mampu mengembangkan diri. Selain itu, mereka juga sering menggunakan orientalisme untuk mempertahankan tindakan politik dan kebijakan luar negeri mereka di Asia.

Cara Mengatasi Orientalisme Era Kontemporer

Topik orientalisme masih menjadi perdebatan di era kontemporer. Persepsi yang tidak akurat dan stereotip tentang budaya timur yang berasal dari barat dikenal sebagai orientalisme. 

Orientalisme memiliki kekuatan untuk memberikan dampak negatif pada pemikiran dan tindakan orang serta keseluruhan budaya timur.

Namun, terdapat beberapa cara untuk mengatasi orientalisme di era kontemporer. Pertama: Harus mempertimbangkan bagaimana Orientalisme mempengaruhi mereka yang terkena dampaknya. Untuk memperjuangkan hak-hak mereka, kita harus mendengarkan dan memahami perspektif mereka tentang orientalisme. 

Kedua: diperlukan meningkatkan pendidikan budaya timur. Harus memastikan bahwa stereotip dan anggapan yang sudah terbentuk sebelumnya tidak memengaruhi seberapa baik orang memahami budaya timur. 

Ketiga: harus mendorong komunikasi lintas budaya. Kita perlu menumbuhkan apresiasi terhadap beragam budaya yang ada di dunia serta pengetahuan tentang perbedaan budaya.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال