Orientalisme: Bagaimana Barat Menilik Stereotip Dunia Timur


Penulis: Devi Rofidah Celine*

Singkatnya orientalisme adalah kecenderungan pencipta untuk menampilkan budaya Timur dari perspektif Barat. Orientalisme adalah sebuah gaya pikir yang berdasar pada pembedaan antara Timur dan Barat antara Orient dan Occident. 

Orang pertama yang menggunakan istilah “orientalisme” adalah Edward W. Said, dia disebut seorang kritikus sastra yang menyatakan bahwa penulis barat menggambarkan negara-negara asia kurang dari diri mereka. Sikap ini didorong dengan kecenderungan imperialis Barat di negara-negara Eropa pada abad ke-18 dan ke-19.

Dalam buku Orientalisme, Edward Said menyatakan bahwa Timur sebagai tempat yang romansa, irasional, eksotis, misterius, dan kenangan serta pemandangan yang menghantui, serta pengalaman yang luar biasa. 

Sementara itu Barat menganggap dirinya sendiri sebagai dunia yang modern, rasional, beradab, progresif, serta manusiawi. Barat secara geografis dan teologis terletak di bagian dunia sebelah Barat benua Eropa dan Amerika dan menganut agama Kristen dan Yunani, sedangkan Timur terletak di Timur yang menganut agama Islam serta Cina Kuno.

Islam yaitu agama yang universal dimana berbeda dengan syariat-syariat sebelumnya yang dibawa oleh nabi-nabi, yang hanya berlaku untuk kaum-kaum tertentu dengan jangka waktu yang tak tertentu pula. 

Sebaliknya, tidak demikian dengan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang berlaku bagi seluruh umat manusia hingga yaum al-akhir. Dalam perjalanannya Islam tak hanya eksis di benua asalnya, Asia. Islam juga menyebar ke benua-benua lain seperti Afrika bahkan juga Eropa.

Para orientalis sering kali tidak objektif dalam melakukan studi mereka terhadap Islam. Tak jarang apa yang mereka lakukan merupakan alih-alih untuk menutupi tujuan mereka yang sebenarnya untuk menghancurkan Islam dari dalam. Jadi apa yang mereka katakan tentang teori Studi Islam dalam hal ini tidak terdengar ilmiah. 

Kini relasi Barat dan Timur dapat dinarasikan melalui media, dimana dalam hal tersebut berbicara mengenai hubungan Barat dan Timur. Media Barat menampilkan hal-hal tertentu tentang Timur, lalu menggeneralisasi opini ke Timur dan disajikan kepada seluruh dunia. Dalam hal ini, kita dapat mengambil contoh tentang bagaimana Barat menggambarkan Timur Tengah dan Islam.

Stereotipe Tentang Timur

Salah satu ciri utama orientalisme yaitu menggambarkan masyarakat Timur dipandang sebagai masyarakat yang aneh dan unik. Penggunaan binatang-binatang eksotik dalam film merupakan contoh bahwa budaya Timur itu aneh atau eksklusif. Bukan sekadar berbeda, tapi ganjil, abnormal dan itu bisa menjadi eksotis menarik bagi turis dan juga bisa mengerikan.

Timur dianggap timeless oleh orang Barat, yaitu sebagai masyarakat yang telah berhenti dalam waktu, seakan akan tidak pernah berubah statis, yang sangat tertutup dan menolak interaksi dengan orang Barat. Bisa jadi orang barat yang travelling ke timur mempersepsikan seakan-akan berjalan-jalan dimasa lampau.

Orientalisme berkaitan dengan rasisme, membuat asumsi-asumsi tentang ras. Terdapat stereotipe tentang karakteristik “rasial” tertentu, misalnya orang Arab dipandang sebagai orang yang keras. Kekerasan dipandang sebagai identitas utama umat Islam. 

Media Barat mendifinisikan Islam sebagai agama yang menghalalkan tindakan yang radikal/ekstrem asalkan demi kepentingan agama. Kejahatan mungkin menjadi representasi orientalis yang paling gigih dari semuanya, dan stereotipe yang terkait dengannya yang akhir-akhir ini sering muncul adalah “teroris muslim.”

Orientalisme membuat asumsi tentang gender. Terdapat stereotipe-stereotipe tertentu tentang laki-laki dan perempuan oriental, antara lain stereotipe laki-laki yang keperempuan-perempuanan (kurangnya kejantanan), dan perempuan eksotis yang sangat sensual dan dibayangkan aktif/agresif secara seksual (artinya, peran gendernya melanggar normalitas: laki-lakinya kurang jantan, perempuannya terlalu aktif dan menggoda).

Orang Timur dianggap degenerate atau berakhlak rendah. Dimana orang Timur cenderung dinggap memiliki segudang sifat yang buruk. Seperti, pengecut, malas tidak bisa dipercaya, mudah melakukan kekerasan, hasrat tidak terkendali. Dengan alasan itu, orang Timur dianggap perlu dibimbing dan diperadabkan oleh orang Barat.

Orientalisme bukan hanya kata yang trend saat ini, tetapi kerangka kerja penuh yang tumbuh dari sejarah berdarah kolonialisme, kapitalisme dan dominasi yang secara bersamaan tepat waktu dan abadi. 

Orientalisme menyebut perebutan kekuasaan yang berlangsung berabad-abad dan terus menerus membentuk kehidupan kita dengan keberadaannya dimana-mana memiliki konsekuensinya yang mengerikan.

Maka dari itu, semua stereotipe yang kita lihat berulang kali ini berasal dari seluruh imajinasi yang kita miliki tentang Timur yang dibangun dalam konteks dominasi wilayah ini, bahkan sebagai cara untuk membenarkannya. Dengan demikian, 'Barat' dan 'Timur' ini masih merupakan cara mempermainkan orang dan budaya satu sama lain. 

Dapat disimpulkan bahwa media Barat terus menerus bisa membentuk identitas yang salah terhadap Islam. Jika hal ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin stereotipe tersebut dapat selamanya melekat dalam masyarakat global. Oleh karena itu, menurut saya penting untuk diketahui bahwa dalam hal ini rasisme, xenofobia, dan Islamofobia berjalan beriringan karena Orientalisme.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Prodi Akidah dan Filsafat Islam.


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال