Metode Mencintai Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam [Edisi Khutbah Jumat]


Metode Mencintai Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam(Gambar; Ucareindonesia.org)

KULIAHALISLAM.COM

Oleh : Rabiul Rahman Purba, S.H

            I.    Khutbah Pertama;

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

1.     Hamdalah;

2.     Syahadatain;

3.     Salawat

4.  Ammaba’du

5.  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Yaa Ayuhaldaziyna amanutaqullaha haqatuqatih wa la tamutunna illa wa antummuslimun

6.     Qalalahu Ta’ala Fil Qur’anil Adzim;

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Arab-Latin: Qul ing kuntum tuḥibbụnallāha fattabi'ụnī yuḥbibkumullāhu wa yagfir lakum żunụbakum, wallāhu gafụrur raḥīm. Artinya: Katakanlah (Muhammad) : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Q.S Al-Imran ayat 31).

7.    Tema : Metode Mencintai Rasulullah Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

***** Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia****

Imam Mustafa Al Maragi (mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Mesir) dalam Kitabnya “Tafsir Al Maraghi Jilid 3” menafsirkan ayat di atas  dengan menyatakan : ‘Allah menjelaskan bahwa jalan untuk mendapatkan kasih-Nya ialah dengan mengikuti Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, melaksanakan segala perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya. Dengan demikian maka seseorang berhak mendapatkan kasih dan ampunan atas dosa-dosa-Nya’.

****Bapak-bapak dan jamaah di Masjid yang kita cintai****

Dalam mencintai Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kita tidak tidak cukup hanya sebatas ucapan namun cinta kepada Rasulullah harus dibuktikan dalam tindakan yaitu menaati perintah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . Al-Warraq dalam syairnya berkata “ Seandainya cintamu memang benar, maka pastilah engkau menaati-Nya, sesungguhnya orang yang dilanda cinta selalu menaati pihak yang dicintai-Nya”. Pertanyaannya adalah bagaimana mencintai Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ? Berikut pembahasannya.

Pertama, untuk mencintai Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ maka kita harus mengenal kehidupannya dan pribadi agungnya. Dalam buku “Hayatu Muhammad” tulisan Dr. Mohammad Husain Haekal, disebutkan “ Tidak mungkin orang dapat mengenal Islam dengan baik jika tidak mengenal sejarah orang yang membawa Islam itu”. Masalahnya adalah banyak generasi Muslim khususnya generasi Gen Z pada dewasa ini tidak mengenal Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Padahal orang-orang Barat yang notabennya non-Muslim berlomba-lomba mempelajari kehidupan Rasulullah dan menulis sejarah Rasulullah.

Misalnya, Karen Amstrong, mantan Biarawati Katolik Roma dari Inggris menulis buku “ Muhammad Sang Nabi, kemudian Lesley Hazleton menulis buku “Pribadi Muhammad”, Prof. Wiliam Montogomery Watt menulis “Muhammad Melihat Sang Nabi Sebagai Negarawan”, bahkan Martin Lings masuk Islam setelah menulis buku sejarah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

Mereka tertarik dengan sejarah Rasulullah karena berdasarkan penelitian Prof. Michael Hart dari Amerika Serikat dalam bukunya “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia dari mulai Nabi Adam hingga abad 22”, ia menempatkan Rasulullah sebagai orang nomor satu paling berpengaruh di dunia, dan nomor 2 ditempati Isac Newton dan nomor 3 adalah Nabi Isa Alamsih.

Berdasarkan hal tersebut, kita sebagai umat Muslim khususnya generasi Gen Z, harus mengenal Nabi dengan cara membaca sejarah hidup Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan membaca, mempelajari perjuangan para sahabat dan keluarga Nabi. Membaca sejarah Nabi di era digital saat ini bisa dilakukan melalui internet, konten-konten Islami yang kredibel dan bertanya kepada para ahli ilmu disertai sikap kritis.

 

**** Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia****

 

Kedua, Mengikuti Sunnah Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Setelah mengenal kehidupan Rasulullah, selanjutnya mengikuti Sunnah. Apa itu Sunnah ? Sunnah sering diartikan sebagai tindakan yang dikerjakan mendapat pahala dan ditinggalkan tidak berdosa. Itu sebenarnya definis dari segi hukum Fiqih. Definisi Sunnah dari segi bahasa (lughat) menurut Prof. Dr. Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam bukunya “Pengantar Ilmu Hadis” yaitu jalan yang terpuji. Firman Allah dalam Q.S Al-Ahzab ayat 21 :


لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا

Arab-Latin : Laqad kaana lakum fii Rasuulil laahi uswatun hasanatul liman kaana yarjul laaha wal yawmal Aakhira wa azkaral laaha kasiiraa. Artinya : “ Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.

Sunnah Rasulullah yang  kita ikuti dibagi atas beberapa bagian;

1.     Sunnah Huda yaitu sesuatu yang dilaksanakan untuk menyempurnakan kewajiban agama. Seperti azan dan Shalat berjamaah.

2.     Sunnah Za-idah yaitu segala kebiasaan yang dilakukan Rasulullah seperti makan, minum, tidur, berbicara dan lainnya.

3.     Sunnah Muakkadah yaitu segala urusan-urusan yang dikerjakan Nabi namun kita tidak diberatkan melaksanakannya seperti Shalat Rawatib dan Shalat Sunnah Subuh.

4.     Sunnah Ghairu Muakkadah yaitu segala urusan tidak difardhukan dan tidak dikerjakan Nabi secara tetap. Misalnya Shalat Sunnah sebelum Shalat Magrib dan Shalat Sunnah sebelum Shalat Isya.

Jadi yang namanya ikut “Sunnah Nabi” itu bukan hanya pakaian saja bergamis, bersorban. Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub (mantan Imam Masjid Istiqlal, Jakarta) dalam At-Thuruqus Shahihah fi Fahmis Sunnatin Nabawiyyah mengatakan, kebanyakan hadits tentang keutamaan sorban kualitasnya maudhu’ (palsu) dan dhaif jiddan (sangat lemah). Tidak ada satu hadits shahih pun yang menerangkan keutamaan bersorban saat shalat. Pemakian sorban, imamah itu lebih kepada Mubah.

Firman Allah dalam Q.S Al-Araf ayat 26 : "Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.”.

Ketiga, Mengikuti Ahlak Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Jamaah Shalat Jumat yang berbahagia, Rasulullah diutus ke muka bumi selain untuk menyampaikan risalah Islam, beliau diutus untuk menghancurkan watak atau sifat manusia yang jahiliyah penuh kegelapan dan nafsu seytan menjadi ahlak insan yang Insaniyah dan Rabbaniyah.

Dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang baik”. Mengenai akhlak Nabi SAW, Aisyah radhiallahu anha  menjawab:  كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ (Kana Khalaqahu Al-Qur’an) Artinya: “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Yakni sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Quran”

Namun masalah yang kita hadapi saat ini adalah ahlak kaum Muslim saat ini pada umumnya jauh dari ahak Al-Qur’an baik dalam berbicara, etika terhadap para Ulama/guru, etika murid terhadap guru, etika terhadap masjid, etika terhadap orang tua, etika terhadap hewan dan etika dalam berbangsa dan bernegara.

 Sehingga Syekh Muhammad Abduh Ulama besar abad ini dari Mesir menyatakan “Pada saat aku ke Paris, Prancis tidak ada Islam yang ada Muslim namun saat aku di Arab yang ada Islam tidak ada Muslim”. Karena ia melihat ahlak orang-orang Barat masih lebih baik dibanding negeri mayoritas agama Islam. Berdasarkan Survei Gallup Global Emotions Report tahun 2021 menempatkan negara mayoritas Muslim seperti Libanon, Afganistan, Irak, Jordania sebagai negara teratas memiliki watak buruk dan pemarah.

Pentingnya ahlak ini sampai-sampai para Ulama dibanyak kitab-kitab mereka seperti Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumudin menempatkan adab/ahlak dalam urutan Bab pembahasan paling awal. Oleh karena itu kita sebagai Muslim harus melepaskan belenggu ahlak jahiliyah seperti angkuh, takabur, dengki, pemalas, berkata kasar, tidak menghargai sesama manusia, sombong, kasar, membuang waktu bermain sosial media, kikir/tamak karena itu semua watak Setan terkutuk, bagi pedagang suka mengurangi takaran, curang itu juga perbuatan Setan.

 

Kemudian ahlak/adab yang harus kita laksanakan sebagai sunnah Nabi yaitu menjaga kebersihan hati, jiwa, dan lingkungan. Umat Islam diperintahkan Allah sebelum melakukan ibdah harus bersuci (Taharah) !. Namun yang dipahami dalam Fiqih Taharah ini sebatas wudu dan mandi wajib. Tetapi kebersihan lingkungan sering diabaikan, suka buang sampah sembarangan, tidak menjaga kebersihan Masjid, suka berpenampilan jahiliyah.

 Padahal kebersihan itu sebagian dari iman dan ini sunnah yang sangat sering diabaikan bahkan para jamaah Haji/umrah di tanah suci pun kebiasan buruk ini terjadi. Ini harus diubah dalam jiwa dan pikiran kita. Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan,Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu."(HR.Tirmizi).

Kesimpulan: Cinta  kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam membutuhkan bukti yatu dengan mengenal sejarah Nabi dan perjuangan sahabat Nabi kemudia mengamalkan sunnah Rasulullah shalallahu alahi wasallam. Saran: pelajari kembali Islam secara konperhensif (mendalam) dan bertanyalah kepada para ahli ilmu jika tidak mengetahuinya.

 

 

 

 

 

Barakalahufil Qur’anil Adzim Innahu Huwal Ghafururrahim

   II.    Khutbah Kedua :

1.   Hamdalah

2.   Syahadatin

3.   Salawat

4.   Ammaba’du

5.   يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Yaa Ayuhaldaziyna amanutaqullaha haqatuqatih wa la tamutunna illa wa antummuslimun

6.   Qallallahu ta’ala fil Qur’anil adzim :

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

Arab-Latin: Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna 'alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ 'alaihi wa sallimụ taslīmā

7.   ALLOHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA SHOLLAITA ‘ALAA AALI IBROOHIIM, WA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD,WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA BAAROKTA ‘ALAA AALI IBROOHIIM, FIL ‘AALAAMIINA INNAKAHAMIIDUMAJIID.

8.      Doa

Allahmmaghfir lilmuslimiina wal muslimaat, wal mu’miniina wal mu’minaat, al ahyaa i minhum wal amwaat, innaka samii’un qoriibun mujiibud da’waat. Rabbana atina fidunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzabanar (2x)

9.   Ibadalah

 

10.                  إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Arab-Latin: Innallāha ya`muru bil-'adli wal-iḥsāni wa ītā`i żil-qurbā wa yan-hā 'anil-faḥsyā`i wal-mungkari wal-bagyi ya'iẓukum la'allakum tażakkarụn

 

11.  Wadzikrillahuakbar

 

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال