Implementasi Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina dan Relevansi di Era Modern


Penulis: Anis Fitria*

Dalam sejarah peradaban Islam mengalami kemajuan dan kemunduran dalam dimensi perkembangan ilmu pengetahuan. Kegemerlapan Islam terjadi akibat terbukanya cara berpikir sikap terbuka sehingga mampu melahirkan tokoh-tokoh terkemuka dunia di bidang sains, seperti Ibnu Sina, Al Farabi, Ibnu Khaldun, Al Khawarizmi dan lain-lain.

Tokoh-tokoh muslim yang sangat berpengaruh dalam perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan adalah Ibnu Sina. Ibnu Sina adalah tokoh yang memilki keahlian di berbagai dimensi, diantaranya filsafat, agama, kedokteran, psikologi, dan pendidikan. 

Pemikiranya banyak diadopsi oleh berbagai ilmuwan dunia, baik ilmuwan muslim atau ilmuwan yang tidak beragama sekalipun. Pengaruhnya memberikan kontribusi nyata pada perkembangan ilmu pengetahuan di dunia.

Pemikiran Ibnu Sina salah satunya di bidang pendidikan, Ibnu Sina menghadirkan dimensi filosofis dalam membentuk manusia otentik Ibnu Sina mengatakan bahwa tujuan pendidikan itu harus diarahkan pada seluruh potensi yang dimilki seseorang ke arah perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan budi pekerti dalam rangka menciptakan (insanul kamil) dalam menjawab problematika kehidupan. 

Karena untuk mencapai pendidikan yang mulia, harus memiliki kerangka epistemologi yang kuat, sehingga eksistensi pendidikan itu benar-benar mencapai tujuan utamanya yaitu kebahagiaan bagi umat manusia. 

Pendidikan Islam mencoba menghadirkan peran yang berbeda dari manusia yaitu tidak hanya berangkat dari dimensi pengetahuan saja, akan tetapi juga berangkat dari dimensi spiritual, budi pekerti dalam reformasi dan pembangunan kehidupan manusia.

Pandangan filosofis Ibnu Sina tentang konsep pendidikan merupakan representasi pemikiranya tentang jiwa. Secara garis besar manusia terdiri dua anasir yaitu anasir tubuh dan anasir jiwa, dua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan dari manusia. 

Artikel ini mencoba menelisik kembali pemikiran pendidikan Ibnu Sina dan relevansinya di abad modern sebagai upaya dalam menjawab tantangan pendidikan modern.

Pemikiran Ibnu Sina Tentang Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan jantung peradaban manusia, karena pendidikan yang akan menerangi perjalan hidup manusia agar manusia mampu bernalar sempurna dan bertindak sesuai nilai-nilai, apapun kondisinya. 

Maka, disinilah perlunya ilmu pengetahuan agar bisa memberikan pandangan manusia dalam berpikir dan bertindak, antara hak dan batil, bahkan antara larangan dan kewajiban. Selain di atas, dengan proses pendidikan dapat mentransfer nilai-nilai kemanusiaan sebagai upaya membentuk pribadi yang arif dan bijaksana sesuai dengan ajaran Islam.

Maka, sebenarnya manusia, alam, tujuan hidup, pengetahuan, pendidikan merupakan satu kesatuan yang terintergrasi dan menciptakan suatu sistem. Kemudian sistem tersebut membentuk manusia otentik, sehingga memberian pemaknaan bagi manusia akan makna hidup, pentingnya ilmu pengetahuan, dan memahami bagaimana caranya agar hidup sesuai kehidupan yang bermoral dan bernilai.

Secara ontologis/hakikat pendidikan diartikan sebagai upaya memanusiakan manusia sesuai dengan suatu nilai. Pendidikan terus ada dan terus berkembang dinamis sesuai konteksnya, Karena itulah sepanjang peradaban kehidupan manusia pendidikan terus bertrasformasi menerangi kehidupan manusia.

Ibnu Sina adalah tokoh pemikir Muslim yang mengharmonikan antara dimensi rasional dan dimensi batin. Keduanya merupak dua dimensi atau satu kesatuan yang saling terintegrasi dalam memecahkan suatu persoalan dan realitas hidup. 

Dimensi rasional adalah kemampuan manusia dalam bernalar sempurna dalam melihat realitas hidup, sedangkan dimensi batin adalah kemampuan manusia dalam menjaga emosi, karakter, sikap atau istilah lain adalah afektif.

Ibnu Sina berpandangan bahwa akal adalah pelabuhan terakhir dalam pendidikan. Akal merupakan instrumen fundamental dalam mengurai suatu fenomena, realitas hidup dan memberikan arah untuk memecahkan suatu persoalan. Akal diperlukan membuka cakrawala pengetahuan. 

Kemudian yang penting selain akal adalah hati yaitu daya rasa, perasaan, kemampuan afektif, sehingga terciptanya manusia yang memilki moral dan yang terakhir selain akal-hati adalah gerak/skill yang berfungsi menghasilkan keterampilan/kemampuan psikomotorik. 

Dengan demikian, tiga dimensi akal, hati,dan gerak dalam proses pendidikan akan melahirkan manusia yang berilmu, berintegritas, serta memilki moral sesuai ajaran Islam.

Secara garis besar, Ibnu Sina memberikan kerangka pendidikan Islam yaitu: 

  1. Tujuan pendidikan. 
  2. Konsep metode pendidikan. 
  3. Konsep guru/pendidik.

Ibnu Sina berpandangan bahwa sebenarnya tujuan dari pendidikan itu adalah kebahagiaan, artinya bahwa dengan berpendidikan manusia dapat menemukan jalan untuk mencapai kebahagiannya sendiri.

Kemudian, pandangan Ibnu Sina tentang konsep pengajaran (delivery) itu harus melihat subjek tidak hanya diberikan penjelasan dengan satu cara saja, akan tetapi harus dengan berbagai cara sesuai perkembangan psikologinya. Dan Ibnu Sina juga menjelaskan konsep tentang talqin yaitu konsep diskusi, pembiasaan, dan teladan.

Yang terakhir, pandangan Ibnu Sina tentang konsep pendidik atau guru, bahwa pendidik memiliki peran sentral dalam mengatur semua proses pendidikan yang ada, maka Ibnu Sina berpandangan bahwa guru itu harus intelektual, memiliki landasan ilmu pengetahuan (intelegensia), memiliki kecerdasan emosi yaitu santun, memberikan teladan di depan muridnya, bersih dan berpenampilan baik.

Dari uraian di atas kita bisa menyimpulkan bahwa seorang pendidik yang diharapkan Ibnu Sina adalah seorang guru yang memiliki kompetensi (ilmu pengetahuan) dan moralitas tinggi, sehingga mampu mencetak manusia yang sempurna (insanul kamil). 

Apakah Pemikiran Ibnu Sina Relevan dengan Pendidikan Kontemporer

Pandangan filosofis Ibnu Sina di atas tentang pendidikan, jika ditarik relevansinya dalam dunia pendidikan Islam kontemporer, maka sangat relevan bila diterapkan dalam pendidikan hari ini. 

Perkembangan teknologi memang membuat manusia lebih mudah mengakses ilmu pengetahuan, namun perkembangan teknologi justru membawa manusia ke jurang kehancuran, teknologi banyak menegasikan dimensi spiritualitas, dimensi moral, dimensi kemanusiaan, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat, namun kering dari spiritualitas dan kemanusiaan, bahkan dimensi Ketuhanan. 

Maka dari itu Ibnu Sina memberikan pemikiran yang filosofis tentang bagaimana pentingnya keterhubungan antara aspek intelektual, aspek akal, hati, dan gerak sehingga menciptakan manusia yang bertintegritas, bermoral, serta berguna untuk kehidupan manusia (Ulul Azmi).

Di Indonesia sendiri, dalam pendidikan nasional banyak mengadopsi dari teori-teori pendidikan Barat, sehingga konsep pendidikan Islam terasing, diabaikan di tengah mayoritas umat muslim di Indonesia. Padahal dalam pendidikan klasik telah banyak meletakan dasar pendidikan yang baik, di antaranya adalah Ibnu Sina.

Kesimpulan

1. Ibnu Sina adalah tokoh yang memiliki peran penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan, tidak hanya di bidang kedokteran, namun banyak disiplin ilmu lainnya seperti teologi,filsafat, dan pendidikan yang itu sangat berpengaruh bagi kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri.

2. Ibnu Sina memiliki konsep tentang pendidikan yang itu sangat relevan dalam kehidupan saat ini yaitu tidak mementingkan aspek intelektualitas, akan tetapi aspek religiusitas.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.niversitas islam negeri sunandah dan Filsafat islam

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال