Semangat Kebinekaan Dalam Meraih Kemajuan Bernegara

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)


KULIAHALISLAM.COM - Pepohonan tumbuh subur dilingkungan yang bersih, sejuk dan tinggi. Sebagaimana, Manusia-manusia tumbuh berkembang dilingkungan yang bebas, toleran dan damai. Kemanusiaan bertahan hidup dan lestari ditengah lingkungan yang menghargai kebebasan, harmoni, rendah hati dan kedamaian. Sedangkan, kemanusiaan runtuh dan primitif ditengah lingkungan yang buruk, mencela dan menghina sesama manusia. Pelangi bernilai indah karena dari keberagaman warnanya, Taman-taman bernilai indah karena keberagaman bunganya. Sebagaimana, lingkungan masyarakat terlihat bebas, damai dan harmoni karena manusia dianugerahi perbedaan warna kulit, suku, agama dan budayanya.

Sesuai dengan slogan Indonesia yakni Bhineka Tunggal Ika, maknanya bahwa "Meskipun berbeda beda, tetap satu tujuan". "Dari beragam menjadi satu", "Banyak jalan menuju satu". Sesanti atau Meutia Swasono menyebutkan bahwa Bhineka Tunggal Ika mengandung semangat ganda. Disatu disisi, tak hendak mengingkari adanya perbedaan dan kemajemukan ini kenyataan yang diterima sebagai modal yang dilestarikan dan dikembangkan. Disisi lain, perbedaan dan kemajemukan tidak boleh menghalangi semangat untuk bahu membahu, bekerja sama,  bersinergi untuk melindungi manusia dan mewujudkan keadilan dan kedamaian bersama.

Slogan atau motto diatas menegaskan bahwa, betapa penting dan esensialnya, manusia- manusia hidup dengan keberagaman atau pluralitas dalam bermasyarakat dan bernegara.

Meskipun manusia menyembah Tuhan berbeda tapi menghidupkan nilai luhur cinta kasih, rendah hati dan toleran antar sesama. Meskipun manusia dengan harta dan jabatan berbeda tapi saling bahu membahu, tolong menolong dan gotong royong bersama. Meskipun manusia dengan berbeda warna kulit, suku, agama dan budaya tapi saling menjaga kebebasan, keadilan dan kedamaian sesama.

Seperti Ziaudin Sardar mengatakan bahwa, Sesuatu hal yang bisa kita ketahui jika manusia hidup dalam kemajemukan atau pluralitas, yakni tempat tinggal berbeda, agama dan bahasa berbeda antara lain adalah hal mendefinisikan identitas. Dan lagi, Al Qur'an mengatakan bahwa identitas itu penting bagi kemampuan kita sebagai manusia untuk pertama tama mengenal diri kita sendiri. Kemudian mengenal diri kita sebagai makhluk Tuhan. Karena ketika sudah mengenal identitas diri kita sendiri, tempat tinggal dan keluarga, kita bisa memahami dan menebarkan ajaran luhur Tuhan menjadi kewajiban dan tanggung jawab dalam lingkungan masyarakat.(Ziaudin Sardar, hlm 21).

Sebagai makhluk Tuhan, kita benar-benar menjadi manusia ketika nafas atau ruh Tuhan dihembuskan ke setiap diri kita. Karena itu, kita semua manusia diperlakukan dengan saling menghormati dan menjaga martabat sesama. Semua umat manusia, apapun kepercayaan, ras, suku dan agama mereka setara. Seperti itulah ajaran Al Qur'an. Dan bukan hanya individu saja yang mendapatkan rasa hormat. "Keberagaman bahasamu, warna kulitmu, demikian kita membaca dalam Al Qur'an adalah tanda tandanya",(QS Ar-Rum 30:22). Jadi, diskriminasi itu haram bukan hanya atas nama warna kulit, juga atas nama suku, agama dan budaya. Al Qur'an bersikukuh bahwa, semua bahasa, agama dan budaya itu setara dan sama-sama penting untuk menjaga keberagaman dan harus dihargai setara pula.

Lebih lanjut bahwa, keberagaman atau pluralitas merupakan esensi ciptaan Tuhan. Segala sesuatu mengada dalam bentuk yang beragam dan berbeda beda. Kemudian, keberagaman merupakan prasyarat keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Ketika keberagaman surut, satu bahasa menghilang, satu kebudayaan dirubah kedalam budaya lain, flora dan fauna musnah, dunia pun akan surut. Keberagaman memungkinkan kita bergaul satu sama lain, mengenali satu sama lain dan menghormati martabat manusia lain, seperti bunyi,(QS, Al-Hujurat ayat:13).

Dengan demikian, manusia pada hakikatnya dilahirkan dan diciptakan dalam kondisi berbeda-beda sesuai dengan potensi keunikan masing-masing, terdiri perbedaan agama, ras, suku, budaya dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa menimbulkan perbuatan positif atau negatif, bergantung kepada manusia yang sadar dalam mengelolanya, baik mengelola secara sadar bersama-sama meraih kebaikan, keadaban dan kemajuan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. 

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال