Permohonan Nabi Musa Melihat Allah

Permohonan Nabi Musa Melihat Allah


KULIAHALISLAM.COM - Imam Ath-Thabari menyatakan bahwa beberapa ilmu salaf diantaranya Ibnu Abbas, Masyruq, dan Mujahid berkata “Tiga puluh malam tersebut yang disebutkan ayat di atasa adalah sebulan penuh Dzulqa’idah dan disempurnakan menjadi empat puluh hari dengan adanya penambahan sepuluh hari pada bulan Dzulhijah”. Firman Allah terhadap Nabi Musa itu terjadi pada hari raya Qurban (Idul an-Nahar). Hal yang sama juga terjadi pada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam yang menyempurnakan agama-Nya (Islam),menegakan hujah dan tanda-tanda kebesaran-Nya.

Ketika Nabi Musa telah memenuhi batas waktu yang ditentukan (Miqat) dalam keadaan berpuasa, dikatakan bahwa selama itu Nabi Musa berpuasa satu bulan penuh. Nabi Musa mengambil kulit kayu dan mengunyahnya untuk menghilangkan bau mulutnya agar menjadi harum. Akan tetapi Allah mencegahnya dan memerintahkan agar Nabi Musa tetap berpuasa hingga 10 hari lagi sehingga genap menjadi 40 hari.

Allah berfirman :

      وَلَمَّا جَآءَ مُوۡسٰى لِمِيۡقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗ ۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِىۡۤ اَنۡظُرۡ اِلَيۡكَ‌ ؕ قَالَ لَنۡ تَرٰٮنِىۡ وَلٰـكِنِ انْظُرۡ اِلَى الۡجَـبَلِ فَاِنِ اسۡتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوۡفَ تَرٰٮنِىۡ‌ ۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوۡسٰى صَعِقًا‌ ۚ فَلَمَّاۤ اَفَاقَ قَالَ سُبۡحٰنَكَ تُبۡتُ اِلَيۡكَ وَاَنَا اَوَّلُ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ

" Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau." (Allah) berfirman, "Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku." Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman."

Ketika Allah berfirman “Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya”. Maksud “Tuhan berfirman langsung kepadanya”, Allah berkata pada Nabi Musa dari balik Hijab dan Dia memperdengarkan firman-firman-Nya kepada Nabi Musa. Allah memangil Nabi Musa untuk mendekat kepada-Nya. Ketika Allah memberikan kedudukan yang sangat tinggi, sangat mulia dan memperdengarkan firman-Nya kepada Nabi Musa, beliau meminta agar Hijab yang menghalangi pengelihatan beliau melihat Allah hendaknya dibuka

Nabi Musa bermohon dan seraya berkata : “, "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau." (Allah) berfirman, "Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku." Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman ".

Allah menjelaskan Nabi Musa tidak akan mampu bertahan ketika melihat Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Allah berfirman, "Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku." Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman."

Di dalam Kitab Ash-Shahihan disebutkan suatu riwayat hadis dari Abu Musa dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda : “ Hijab-Nya berupa Nur (Api). Jika Hijab itu dibuka maka wajah orang yang melihatnya akan terbakar. Tidak ada pengelihatan mahluk yang dapat menjangkau-Nya (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)”. Allah berfirman : “Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh”. Nabi Musa alaihisalam melihat gunung-gunung itu seketika hancur luluh lantah. Nabi Musa ketika itu pingsan melihat hancurnya gunung-gunung yang begitu besar dan kokoh.

Ibnu Jarir dan Laits meriwayatkan hadis dari Anas bahwa ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membacakan ayat : “ Takala Tuhan-Nya menampakan diri pada gunung itu, gunung itu hancur luluh lantah”, Rasulullah mengatakan sambil memberi isyarat dengan meletakan ibu jarinya pada puncuk jari kelingking, seraya bersabda : “Maka hancurlah gunung itu”.

Permohonan Nabi Musa Melihat Allah dalam Kajian Tasawuf

·        وَلَمَّا جَآءَ مُوۡسٰى لِمِيۡقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗ ۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِىۡۤ اَنۡظُرۡ اِلَيۡكَ‌ ؕ قَالَ لَنۡ تَرٰٮنِىۡ وَلٰـكِنِ انْظُرۡ اِلَى الۡجَـبَلِ فَاِنِ اسۡتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوۡفَ تَرٰٮنِىۡ‌ ۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوۡسٰى صَعِقًا‌ ۚ فَلَمَّاۤ اَفَاقَ قَالَ سُبۡحٰنَكَ تُبۡتُ اِلَيۡكَ وَاَنَا اَوَّلُ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ

143. Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau." (Allah) berfirman, "Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku." Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman."

Dalam ayat ini terdapat kata-kata yang perlu pendalaman. Pertama, Tidak akan melihat Aku merupakan satu pernyataan Allah bahwa bagaimanapun juga mata manusia dengan daya lihatnya tidak akan bisa melihat Tuhan tetapi tidak berarti menutup kemungkinan untuk dilihat dengan mata hati. Bila mata hati itu dilengkapi oleh Allah dengan Nur-Nya yang kemudian disebut dengan “Nurul Bashirah” (Cahaya pandangan mata batin) dan kemudian terdapat pacaran dan nyala pandangan batin yang disebut “Syi’a-ul Bashirah” mampu menguasai pandangan mata kepala (Bashar) yang kemudian mata kepala sama sekali tidak berfungsi termasuk tidak berfungsinya daya pikir dan seluruh kemampuan fisika yang dilalui oleh seorang Sufi digambarkan dengan “Fana Dzauqy” maka pada kondisi itulah terjadinya melihat Tuhan.

Diceritakan bahwa ketika Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq ditanya apakah ia melihat Allah ?. Ja’far berkata : ‘Aku melihat Allah dan menyembah-Nya’.  Si penanya berkata ‘ Bagaimana anda melihat-Nya’. Beliau menjawab : ‘ Tidak mungkin mata kepala dapat melihat-Nya dengan keterbatasan itu tetapi dapat dilihat dengan mata hati yang Haqqul Yaqin (Keyakinan Sebenarnya)’.

Kedua, Tuhan Tajalli pada gunung/bukit bukanlah berarti Allah menampakan diri-Nya mengambil tempat pada bukit/gunung. Allah Yang Maha Esa maka mustahil bagi-Nya menempati ruang dan tempat dalam keadaan insidentil atau permanen. Saydina Ali berkata : “ Allah tidak bertempat, Dia-lah yang menciptakan waktu dan tempat”.

Menurut para Sufi, Tajalli Allah ialah Dia menampakan diri-Nya sendiri tanpa adanya yang lain dari Dia, dengan kesempurnaan sifat-sifat-Nya nur-Nya yang Laisa Kamitslihi Sya’iun. Laisa Kamitslihi Sya’iun artinya tidak ada sesuatu dan satupun yang menyamai-Nya, tidak ada pena yang dapat melukiskan, tidak ada kata yang dapat diucapkan. Tajalli Allah pada gunung merupakan isyarat bahwa Allah bisa saja bertajali kepada benda apapun juga, lebih-lebih kepada Rasul/Nabi-Nabi atau kepada siapapun yang dikehendaki-Nya.

Sumber :

 Tafsir Ibnu Katsir dan Dr. KH. Haderanie, Ilmu Ketuhanan; Ma’rifat, Musyahadah, Mukasyafah, Mahabah. Diterbitkan Nur Ilmu Surabaya

 

 

 

 

 

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال