Pengulangan Kisah Nabi Zakariya: Keunikan Penyajian Qashas Alquran


Penulis: Yusrina Salma*

Kisah-kisah dalam Alqur’an disampaikan dengan berbagai tipe atau bentuk, salah satunya adalah dengan pengulangan. Pengulangan merupakan salah satu keunikan Alqur’an dalam menyampaikan kisah agar menarik dan dapat diambil inti atau hikmahnya. 

Merupakan sebuah fakta bahwa banyak kisah dalam Alqur’an di ungkapkan beberapa kali di tempat yang berbeda dengan susunan bahasa yang bervariasi pula. Disatu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan dan di sebagian yang lain diakhirkan. Terkadang pula ada yang di ceritakan secara lebih singkat maupun lebih lebar.

Dalam Alqur’an terdapat banyak kisah yang sama namun diceritakan berulang kali dengan redaksi dan diksi yang berbeda salah satunya yaitu kisah Nabi Zakariya. 

Berikut adalah beberapa ayat tentang nabi Zakariya dengan inti yang sama namun diulang-ulang pada tempat yang berbeda dengan redaksi atau diksi yang berbeda. Berikut adalah ayat-ayat tersebut beserta terjemahnya Surah Ali Imran ayat 38-41;

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38) فَنَادَتْهُ الْمَلائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39) قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ (40) قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ إِلا رَمْزًا وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ (41) }

Artinya: 

"Disanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Ya Tuhanku berilah aku keturunan yang beik dari sisi-Mu, sesungguhnya engkau maha mendengar. Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri melaksanakan salat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamudengan (kelahiran) Yahya, yang memebenarkan suatu kalimat dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi diantara orang-orang saleh. Dia (Zakariya) “Ya Tuhanku berkata bagaimana aku bias mendapatkan anak sedangkan aku sudah tua dan Istriku pun mandul?” Dia (Allah) berfirman, “Demikian, Allah berbuat apa yang ia kehendaki”. Dia (Zakariya) berkata, “Ya Tuhanku berilah aku suatu tanda.” Allah berfirman, “tanda bagimu adalah engkau tidak dapat berbicara dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu banya-banyak, dan bertasbihlah (memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari."

Surah Maryam ayat 2-11;

ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُۥ زَكَرِيَّا ٓ     

Artinya: 

"(yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada Hamba-Nya, Zakariya."      

إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥ نِدَآءً خَفِيًّ

Artinya: 

"yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut."

قَالَ رَبِّ إِنِّى وَهَنَ ٱلْعَظْمُ مِنِّى وَٱشْتَعَلَ ٱلرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّا

Artinya: 

"Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tukangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhan ku."

وَإِنِّى خِفْتُ ٱلْمَوَٰلِىَ مِن وَرَآءِى وَكَانَتِ ٱمْرَأَتِى عَاقِرًا فَهَبْ لِى مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا

Artinya: 

"Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seseorang yang mandul. Maka anugerahkanlah kepadaku dari sisimu seorang putra."

يَرِثُنِى وَيَرِثُ مِنْ ءَالِ يَعْقُوبَ ۖ وَٱجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا

Artinya: 

"yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga ya’kub dan jadikanlai ia, Ya Tuhanku seorang yang diridhai."

يَٰزَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ ٱسْمُهُۥ يَحْيَىٰ لَمْ نَجْعَل لَّهُۥ مِن قَبْلُ سَمِيًّا

Artinya: 

"Hai Zakariya, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan lahirnya seorang anak laki-laki yang bernama Yahya, yang kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya."

قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِى غُلَٰمٌ وَكَانَتِ ٱمْرَأَتِى عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ ٱلْكِبَرِ عِتِيًّا

Artinya: 

"Dia(Zakariya) berkata , “Ya Tuhanku, bagaimana aku mempunya anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku sendiri sesungguhnya sudah mencapai usia yang tua?”

قَالَ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِن قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْـًٔا

Artinya: 

"(Allah) berfirman, “Demikianlah. “Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah  bagiku, sungguh engkau telah aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali.” 


قَالَ رَبِّ ٱجْعَل لِّىٓ ءَايَةً ۚ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَ لَيَالٍ سَوِيًّا

Artinya: 

"Dia (Zakariya berkata, “Ya Tuhan-ku, berilah suatu tanda.”“ tandamu ialah engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal engaku sehat.”

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ مِنَ ٱلْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰٓ إِلَيْهِمْ أَن سَبِّحُوا۟ بُكْرَةً وَعَشِيًّا

Artinya: 

"Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang."

Surah Al-Anbiya ayat 89-90;

وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ

Artinya: 

"Dan (ingatlah kisah) Zakariya, ketika dia berdoa kepada tuhannya, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan engkaulah ahli waris yang terbaik."

 فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ 

Artinya:

"Maka kami mengabulkan doanya, dan dan kami anugerahkan kepadanya yahya dan kami jadikan istrinya mengandung."

Beberapa ayat dalam tiga surah yang berbeda tersebut merupakan ayat-ayat yang memiliki inti yang sama yaitu berisi tentang nabi Zakariya. Namun meskipun isinya sama, cerita tersebut diceritakan dengan susunan atau pola kalimat yang berbeda. Ada tiga inti pokok yang sama pada ayat-ayat di atas yaitu;

Kisah nabi Zakariya yang secara garis besar berisi tentang doa beliau agar diberi keturunan. Dikabulkannya doa beliau untuk meminta keturunan.

Fenomena kebisuan nabi Zakariya sebagai tanda dari Allah bahwa beliau akan diberi keturunan. 

Perbedaan penyajian kisah pada surah tersebut yaitu, pada surah Ali Imran ayat 38-41 tiga inti pokok di atas dijelaskan secara lengkap namun tidak terlalu Panjang. 

Sedangkan pada surah Maryam ayat 2-11, tiga inti pokok tersebut dijelaskan atau diceritakan dengan Panjang lebar atau lebih panjang dari cerita yang disebutkan pada dua surah yang lain. Kemudian pada surah Al-Anbiya’ hanya di sebutkan dua inti pokok yang pertama dari tiga inti tersebut. 

Kemudian perbedaan diksi atau pemilihan kata yang paling mencolok pada ayat-ayat tersebut terdapat antara QS. Ali Imran ayat 41 dengan QS. Maryam ayat 10-11. 

Pada QS. Ali Imran ayat 41 menggunakan kalimah (ثلاثة أيام (yang berarti tiga hari, sedangkan pada QS. Maryam ayat 10-11 menggunakan kalimah (ثلاث ليال) yang berarti tiga malam. 

Namun pada kitab Tafsir Jalalain pada bagian penafsiran Surah Ali Imran di sebutkan bahwa yang di maksud tiga hari adalah tiga hari berserta malamnya (tiga hari tiga malam). 

Lalu perbedaan mencolok dari kedua ayat tersebut terjadi pada kalimat yang menunjukkan waktu pagi dan petang dengan adanya pengawalan dan pengakhiran. 

Pada QS. Ali Imran ayat 41 menggunakan kalimah  الْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ yang artinya waktu petang dan pagi hari. Petang di sebutkan lebih dulu dari pagi. Sedangkan pada QS. Maryam ayat 11 menggunakan kata بُكْرَةً وَعَشِيًّا yang artinya pagi dan petang, kata pagi diawal dan petang disebutkan kemudian. 

Perbedaan diksi yang terlihat berikutnya terjadi pada kata yang memiliki makna “Istri”. Pada surah Ali Imran dan Maryam menggunakan kata إمرأة sedangkan pada surah Al-Anbiya menggunakan kata زوجة, yang mana kedua lafaz tersebut secara harfiah sama-sama memiliki arti istri. 

Demikianlah penjelasan singkat tentang pengulangan kisah nabi Zakariya dalam Alqur’an beserta perbedaaan diksi yang menyertainya. Yang mana hal ini adalah salah satu hikmah Qasas (kisah-kisah) dalam Alqur’an yaitu adanya kisah yang sama namun diulang beberapa kali pada tempat yang berbeda dengan diksi yang bervariasi sebagai salah satu bukti tingginya tingkat kebalaghahan Alqur’an.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال