Metode Penyampaian Petunjuk dalam Alqur’an dan Qasas dalam Alqur’an


Penulis: Salma Rihadatul Aisy*


Metode atau cara penyampaian petunjuk Alqur’an ada dua yakni secara langsung dan tidak langsung. Metode yang pertama yakni secara langsung, metode ini berupa amr (perintah) dan nahi (larangan). 

Sedangkan metode yang kedua yakni secara tidak langsung, berupa qasas (kisah), amtsal (perumpamaan), dan ta’ridh. Dalam artikel ini penulis hanya berfokus pada qasas Alqur’an. 

Qasas Alqur’an memiliki pengertian secara lughowi dan istilahi. Qasas Alqur’an secara lughawi berarti athar, tatabba’, dan al-qissah. Athar adalah jejak, tatabba’ adalah mengikuti, sedangkan al-qissah adalah kisah atau cerita hikayat. 

Pengertian setelah istilahi qasas Alqur’an menurut Quraish Shihab adalah berita tentang suatu peristiwa yang disampaikan secara runtut dalam Alqur’an dari awal sampai akhir disuatu episode. 

Sedangkan menurut Al Qathan Qasas dalam Alqur’an yaitu pemberitahuan Alqur’an tentang umat yang terdahulu dan peristiwa yang sudah terjadi. 

Tujuan kisah dalam Alqur’an ada tiga yakni tujun informatif, justifikatif-korektif, dan edukatif. Tujuan informatif yang dimaksud adalah dilihat dari segi tokoh, peristiwa, dan tempat. 

Dari segi tokoh misal kisah nabi-nabi dan ashabul kahfi, dilihat dari segi peristiwa adalah peristiwa kaum Sodom, dan dari segi tempat yakni kisah kota Iram. 

Tujuan justikatif-korektif yang dimaksud adalah membetulkan kenabian sebelumnya dan dijadikan sebagai koreksi kedudukan Nabi Isa. Tujuan edukatif ini berupa kisah sebagai ibrah dan tadzkir. 

Unsur kisah dalam Alqur’an pada umumnya adalah unsur pelaku, peristiwa, dan dialog. Tiga unsur ini terdapat dalam kisah Alqur’an seperti kisah kisah pada umumnya. 

Perbedaaanya adalah peran ketiga unsur itu tidak sama, karena bisa jadi salah satunya hilang. Dibawah ini merupakan uraian dari ketiga unsur:

  1. Pelaku. Dalam kisah-kisah Alqur’an pelakunya tidak hanya manusia melainkan malaikat, jin, bahkan burung dan semut. 
  2. Peristiwa. Peristiwa dengan pelaku dalam kisah hubungannya sangat jelas, tidak mungkin jika ada pelaku tanpa peristiwa yang dialaminya. 
  3. Peristiwa dalam kisah dibagi menjadi tiga yaitu: Peristiwa yang berkelanjutan, peristiwa yang dianggap istimewa, peristiwa yang dianggap biasa.
  4. Dialog. Dalam kisah tidak semua mengandung dialog atau percakapan, seperti kisah yang bermaksud untuk menakut-nakuti. Kisah yang menonjol percakapannya adalah kisah nabi adam dalam surat Al-A’raf ayat 11-25. 

Macam-macam qasas Alqur’an dapat dilihat dari berbagai sisi, yang pertama dilihat dari sisi pelaku, yang kedua dilihat dari pendeknya, yang ketiga yaitu dilihat dari jenis kisah yang diuraikan. 

Qasas dalam Alqur’an memiliki banyak faedah. Dibawah in faedah menurut Manna’ Al Qathathan:

  1. Menjelaskan prinsip dakwah dan pokok syari’at yang dibawa setiap Nabi. 
  2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya dalam menegakkan agama Allah, serta menguatkan kepercayaan orang-orang beriman melalui datangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebatilan beserta para pendukungnya. 
  3. Mengungkapkan nabi-nabi terdahulu dan mengigat jejak mereka. 
  4. Memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad SAW dalam penuturannya mengenai orang terdahulu.
  5. Membuktikan kekeliruan ahli kitab yang telah menyembunyikan keterangan dan peunjuk. 

Kisah termasuk dalam salah satu bentuk sastra yang menarik bagi setiap pendengaran dan memberikan pengajaran yang tertanam dalam jiwa. 

Banyak faedah-faedah kisah yang lainnya. Kita dapat memetik suatu ibrah atau pelajaran dari setiap kisah yang tertanam dalam Alqur’an.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال