Mengungkap Mukjizat Tersembuyi Al-Quran


Oleh: Muhammad Su'udi*

Ketika Al-Qur’an pertama kali diwahyukan kepada Rasulullah, maka sejak itulah tampak mukjizat Al-Qur’an. Banyak tercatat dalam sejarah tentang usaha orang Arab untuk menandingi Al-Qur’an.

Seperti yang dilakukan oleh Musailamah al-Kazzab membuat Al Quran tandingan yang juga pernah mengaku sebagai nabi pada zaman-nya. Akan tetapi usahanya dalam menandingi Al-Qur’an hanyalah sia-sia dan tidak menghasilkan apa-apa.

Adapun kata mukjizat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai peristiwa yang sulit dijangkau oleh akal. Sedangkan Imam Jalaluddin As-Suyuti dalam kitabnya Al-Itqon Fi Ulum Al-Qur’an menjelaskan bahwa mukjizat adalah;

 “Suatu hal atau peristiwa yang menembus nalar kebiasaan yang terjadi ketika seseorang mengaku Nabi dan selamat (tidak ada yang sanggup) menjawab tantangan tersebut."

Para ulama mempunyai perspektif yang berbeda-beda tentang I’jazul Qur’an (kemukjizatan Al-Qur’an) yang dibahas dalam kajian Ulum Al-Qur’an. Akan tetapi jika disimpulkan, Al-Qur’an mencakup empat aspek kemukjizatan, salah satunya seperti kesastraan bahasa, berita ghaib, hukum syariat, dan ilmu pengetahuan. 

Kemudian muncul tokoh-tokoh dari kalangan Muktazilah seperti Abu Ishaq Ibrahim bin Sayyar Al-Nazhzham yang berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak di luar faktor Al-Qur’an, yaitu ikut andilnya Allah SWT dalam melindungi keotentikan dan purifikasi Al-Qur’an, yang sejatinya orang Arab mampu menandingi Al-Qur’an, akan tetapi Allah memalingkan kemampuan mereka agar tidak bisa menandinginya. 

Konsep tersebut mendapatkan kritik dari para ulama yang lain, seperti hal-nya Al-Khatibi yang berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak dalam kandungan Al-Qur’an itu sendiri, baik dari segi bahasa ataupun kandungannya. Perdebatan semacam ini sangat menarik untuk di kaji sehingga bisa menghasilkan beberapa ilmu pengetahuan.

Faktor lain tentang kemukjizatan Al-Qur’an yang sekarang banyak dibahas adalah faktor kemukjizatan dalam segi ilmu pengetahuan. Seperti hal-nya dalam segi bidang ilmu sains, yang mana pada saat diturunkannya Al-Qur’an, pengetahuan tersebut masih belum di temukan karena tidak adanya kemampuan manusia pada masa itu untuk mengungkapkannya. 

Pada zaman sekarang, banyak hasil ilmu pengetahuan dan penelitian yang sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an tentang kemukjizatannya. Seperti fenomena api yang berada di dasar laut yang di temukan oleh seorang ahli geologi asal Rusia, Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov dan ilmuan asal Amerika Serikat yang sedang meneliti kerak bumi dan patahannya di dasar lautan di lepas pantai Miami yaitu seperti lava yang mengalir. 

Walaupun lava tersebut sangat panas, akan tetapi tidak cukup untuk memanaskan seluruh air yang ada diatasnya. Begitupun seluruh air yang ada diatasnya, tidak mampu untuk memadamkan api panas yang ada dibawahnya. 

Sungguh sebuah keajaiban yang luar biasa, padahal fenomena tersebut sudah sejak abad lalu  disebutkan dalam Al-Qur’an surah At-Thur: 1-6 :  “Demi bukit. Dan kitab yang tertulis. Pada lembaran yang terbuka. Dan demi Baitul Makmur (Ka’bah) Dan demi surga langit yang ditinggikan. Dan demi laut, yang di dalam tanah ada api.”

Kemudian tentang ilmuan Jepang yang mencari zat ajaib untuk menghilangkan gejala penuaan. Mereka menemukannya pada dua jenis buah, yaitu buah Tin dan Zaitun yang sudah disebutkan di dalam Al-Qur’an sejak abad lalu pada surah Al-tin: 1-4;

“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sina dan demi kota (Mekah) ini yang aman.” 

Namun setelah dilakukan riset, ditemukan bahwa jika salah satu dari kedua buah terseut dikonsumsi secara sendiri-sendiri tidak akan membuahkan hasil yang diinginkan. Kemudian setelah dilakukan uji coba berulang kali, ternyata untuk mendapatkan hasil yang diinginkan harus mencampur satu biji buah Tin dengan enam biji buah Zaitun. 

Pada saat waktu yang hampir bersamaan muncul juga penelitian tentang kata “Tin” dan “Zaitun” dalam Al-Qur’an yang dilakukan oleh Doktor Toha Ibrahim Khalifah yang merupakan sarjana kebangsaan Saudi. 

Menurut penelitiannya, kata “Tin” disebutkan sebanyak satu kali dalam Al-Qur’an, sedangkan kata “Zaitun” disebutkan sebanyak enam kali secara tegas dan satu kali secara implisit. 

Kemudian semua informasi tersebut di kirim kepada para peneliti Jepang yang menyebabkan mereka masuk Islam setelah hasil penelitian tersebut. Semakin banyak penemuan yang dihasilkan oleh para ilmuan tentang pengetahuan, maka akan semakin banyak pula mukjizat Al-Qur’an yang akan terungkap.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 

Editor: Adis Setiawan


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال