Mengenal Ragam Kaligrafi Ayat Alquran

Oleh: Akbar Zaki Mubarok*

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kaligrafi adalah seni menulis yang indah dengan pena. Kaligrafi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kaligraphia atau kaligraphos. Dan kata kaligrafi berasal dari kata kallos yang berarti indah dan grapho yang berarti tulisan. 

Kaligrafi Ottoman menulis Aquran dengan berbagai jenis kaligrafi. Khususnya pada enam jenis, yaitu Al-Tsuluts, Al-Naskhi, Al-Muhaqqaq, Al-Raihani, Al-Riq’a dan At-Tawaqi’. Berikut ragam kaligrafi di dalam ayat Alquran.

Ragam Kaligrafi dalam Alquran

Pertama, Tsulust pada periode awal dinasti Abbasiyah sekitar abad ke-8 masehi,  tulisan Tsulust merupakan tulisan tertua dan popular pada saat itu. Tulisan tersebut mempunyai nilai sejarah yang penting dan mempuyai nilai keindahan yang lebih tinggi daripada jenis khat yang lain. 


Tsulust terbagi menjadi dua yaitu, tsaqil (berat) dan khafif (ringan). Sebenarnya hampir tidak ada perbedaan diantara keduanya, yang membedakan hanyalah ketebalan dan tipisnya dalam penggunaan kalam. 

Menurut Ibnu Sayigh, perbedaan antara tsulust tsaqil dan khafif terletak pada ukuran tegak, dan ukuran tsaqil ada tujuh titik (ukuran normal) sedangkan khafif berukuran lima titik.  

Tsulust bersifat monumental sehingga tulisan itu kerap dipakai untuk dekorasi berbagai manuskrip, sebagaimana saat ini digunakan untuk menghias tembok-tembok gedung, masjid dan juga digunakan untuk menulis judul-judul buku dan nama-nama penerbitan. 

Teks buku yang keseluruhannya menggunakan tsulust pada saat ini hampir tidak ada, sebab dianggap kurang praktis. Bahkan dalam penulisan Alqur’an yang keseluruhannya juga sangat jarang digunakan. Karena tulisan itu lebih cocok untuk hiasan.

Kedua, Naskhi. Khat Naskhi merupakan khat yang paling sering digunakan umat Islam untuk menulis tulisan sehari-hari setelah Ibn Muqlah merumuskan kaidah kepenulisannya pada abad ke-10. 


Hal ini dikarenakan bentuk tulisaanya lebih mudah dan praktis tidak ada struktur yang kompleks. Dapat dibuktikan bahwa hasil tangan yang ditulis menggunakan khat Naskhi dan menggunakan sampul halaman khat Tsuluts untuk penulisan Alqur’an masih bertahan sampai sekarang.

Keindahan dan keserasian khat Naskhi Alqur’an kerap dipakai untuk menulis naskah ilmiah, seperti majalah, koran dan lain-lain, sebab kata Naskhi sendiri diambil dari kata nuskhah atau naskah. 

Sehingga masyarakat menganggap bahwa khat Naskhi lebih cocok untuk digunakan dalam urusan tersebut. Menurut tarikh klasik Islam, konsep yang digunakan dalam kepenulisan khat Naskhi adalah sama halnya menulis khat Tsuluts dengan standar empat sampai lima titik untuk alif dan ada persamaan jarak pada tiap-tiap huruf Naskhi dan Tsuluts.

Ketiga, Muhaqqaq berarti tertib, meyakinkan. Dinamakan demikian, sebab perhatian dalam kepenulisan yang sangat teliti dari seluk-beluknya sehingga pada waktu bersamaan diyakini mempunyai nilai yang cukup baik.


Khat Muhaqqaq menjadi tulisan yang paling digemari pada mushaf-mushaf Alqur’an besar di seluruh wilayah bagian Timur negeri-negeri Islam dan berlangsug dari empat abad lamanya.

Keempat, Khat Raihani merupakan kreasi dari Ibnu Al-Bawab yang berasal dari perpecahan antara khat Tsuluts, Naskhi, dan Muhaqqaq. Dinamakan Raihani yang berarti harum semerbak yang ternyata namanya dimbil dari sejenis tanaman yang batang pohonnya harum, dan tanaman itu bernama raihan. Jika dilihat dari bentuknya khat Raihani  memiliki keindahan yang bisa dikatan melebihi Tsuluts. 


Akibat hiasan yang berlebih-lebihan tersebut  membuat tulisan menjadi lebih menarik. Pada hiasan Raihani menggunakan yang didalam ujungnya tajam dan juga harakatnya sangat rapi dan cara penulisan ukurannya lebih kecil daripada untuk penulisan pokoknya. 

Cara pembedaan harakatnya biasanya menggunakan tinta bewarna. Khat Raihani juga termasuk khat yang menjadi favorit untuk menyalin mushaf-mushaf besar Al-Qur’an yang berada di seluruh wilayah bagian Timur negeri-negeri Islam.

Kelima, Riqa’ merupakan bentuk jama’ dari ruq’ah yang berarti lembaran daun kecil halus. Pada abad ke-12 tulisan ini mencapai di puncak kejayaan pada kaligrafer asal Turki yang bernama Abu Bakar Mumtaz. 


Tulisan tersebut menjadi popular sebab penulisaanya yang mudah, kecil, halus dan indah. Banyak yang berasumsi bahwa khat Riqa’ ini merupakan campuran dari khat Naskhi dan Tsuluts, namun bergaya Ghubar.

Adapun ciri-ciri dalam khat ini yakni, pusat garis lingkaran ‘ain tengah dan akhir kerap kali tanpa lubang, huruf-hurufnya berukuran kecil dan halus, garis-garis horizontalnya pendek, simpul-simpul pengikat tulisan bersusun tebal dan huruf awal akhir kata kerap bertabrakan dalam suatu susunan kalimat. 

Khat Riqa’ menjadi tulisan yang sangat digemari oleh kaligrafer diseluruh dunia Arab yang biasanya disebut dengan hand writing (tulisan tangan).

Keenam, Tauqi’ sering disebut juga sebagai Tawaqi’ atau Tauqi’at yang merupakan jama’ dari Tauqi’ itu sendiri. Tauqi’ berarti tanda tangan,  khat ini biasanya digunakan oleh khalifah dan juga perdana menteri untuk mendatangani berbagai naskah.

Khat Tauqi’ tumbuh dan berkembang di Turki pada penghujung abad XV Masehi yang kemudian dalam perkembangannya terdapat banyak persamaan dengan karakteristik dan ukuran Tsuluts.

*) Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Prodi Ilmu Alqur’an dan Tafsir.

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال