Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga


Oleh: Fatimah*

Memang sudah banyak yang menuliskan mengenai kesetaraan gender dengan berbagai sudut pandang. Namun saya akan menuliskan mengenai kesetaraan gender dalam kehidupan rumah tangga. 

Dan adapun alasan dari tulisan ini, disebabkan masih banyak dari masyarakat sekitar yang berpikir bahwa tugas perempuan itu ada tiga yaitu masak, macak, dan manak dimana areanya itu adalah bagian belakang yaitu, dapur dan sumur. 

Banyak dari masyarakat melihat seorang perempuan setinggi apapun pendidikannya maka akan berakhir di dapur sebagai seorang ibu rumah tangga. Juga pandangan bahwa perempuan hanya sebagai pajangan rumah.

Sebelum lebih lanjut lagi pembahasan ini, pengertian gender berbeda dengan seks. Arti dari seks adalah jenis kelamin, sedangkan gender itu seperti pembedaan peran. Masuk pada pembahasan konsep kesetaraan gender. kesetaraan menurut KBBI artinya sejajar, pada tingkatan yang sama, sebanding, sepadan yang juga seimbang. 

Sedangkan gender berasal dari bahasa latin genus yang memiliki arti tipe atau jenis, gender ini berarti perbedaan tipe atau posisi. Jadi kesetaraan gender adalah kesejajaran atau keseimbangan dalam pembagian peran baik untuk laki-laki maupun perempuan. 

Kesetaraan gender disini dimaksudkan bahwa perempuan mendapatkan hak yang sama didalam dunia ini, perempuan tidak lagi hanya sebagai pekerja dirumah.

Tuntutan bahwa perempuan harus bisa masak, harus bisa melakukan pekerjaan rumah, harus bisa merawat anak dan juga harus tetap tampil cantik dan menarik untuk suami harus dihilangkan. 

Sebab, memasak, pekerjaan rumah, merawat anak bukan hanya tugas seorang perempuan tapi tugas bersama dalam kehidupan rumah tangga. Dan dengan semua tuntutan pekerjaan itu juga mewajibkan perempuan harus tetap cantik dan menarik tidak semudah itu. 

Pekerjaan rumah itu bukan hal yang sesimpel itu dan secepat itu untuk dapat diselesaikan, yang mana pekerjaan itu setiap hari harus dilakukan.

Situasi dan Pandangan Islam tentang “Kesetaraan Gender”

Dengan pandangan yang ada saat ini mengenai perempuan berarti perilaku patriarki masih bertahan dalam kehidupan masyarakat. Apalagi anggapan bahwa perempuan harus tunduk pada laki-laki, istri harus nurut pada suami ini menyebabkan banyak perempuan dimasa kini tertindas dan diperlakukan seenaknya. 

Padahal dalam ajaran agama jelas bahwa kita harus menjaga dan memuliakan seorang perempuan. Sebagimana Nabi Muhammad SAW bersabda dalam salah satu haditsnya “Orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling baik kepada istrinya, dan aku orang yang paling baik kepada istriku.”

Namun mengenai perilaku patriarki yang terjadi ini juga ada dasarnya dalam ajaran agama yang mana dalam sebuah hadits menyebutkan “Jika seorang wanita selalu menjaga sholat lima waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan taat pada suami. 

Dikatakan pada wanita itu, “Masuklah kalian dalam surga melalui pintu mana saja yang kalian inginkan.” Dari hadis ini menjadi sebuah ikatan dari seorang suami kepada istrinya bahwa saat istri taat maka jaminan surga. Nah, taat ini dapat secara tidak langsung ditafsirkan suami untuk memperlakukan istri semena-mena, dan berlaku patriarki.

Dan dari hadis diatas menjadi sebuah bumerang tersendiri bagi seorang istri yang seharusnya dimuliakan, dan dalam rumah tangga tugas untuk saling menjaga keluarga tetap sakinah, mawaddah, dan rahmah hanya dianggap sebagai tanggung jawab istri saja. 

Suami tanpa mau tahu keluarga samawa itu akan tercipta dari dua fondasi bukan satu fondasi, keluarga akan tercipta dengan salin mendengar dan didengar. Hubungan akan tercipta dengan apik saat hak dan kewajiban untuk satu sama lain terlaksanan dan terjaga. 

Jadi hal ini dibutuhkan sebuah kesetaraan dan keadilan gender dalam setiap pasangan, yang mana hal ini sejalan dengan dasar untuk terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Bagaimana Rumah Tangga Nabi dan Kesetaraan Gender?

Nabi Muhammad SAW, dalam riwayat kehidupan beliau dari awal masa jahiliyah dimana perempuan mengalami penindasan dan dengan datangnya islam yang dibawa Rasulullah mengupayakan derajat perempuan terangkat. 

Salah satu bukti perempuan diangkat derajatnya yaitu, sejak Islam hadir perempuan memiliki kesempatan dalam dunia pendidikan, dimana periwayat Hadis ada yang perempuan yakni Ibunda Aisyah RA. 

Karena agama Islam hak-hak perempuan terlindungi, perempuan juga memiliki hak untuk mengakses tempat umum (Masjid dan mendapatkan pendidikan), perempuan juga berhak untuk memilih masa depannya dan juga memiliki hak untuk mengelola hartanya.

Untuk kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad itu sangat menyayangi keluarganya entah itu yang laki-laki maupun yang perempuan, beliau adalah sosok yang menghargai istrinya dan sangat romantis, dan beliau juga membantu dalam urusan keluarganya meskipun beliau seorang kepala rumah tangga bukan berarti beliau hanya memerintah saja. Dari hal ini kita juga dapat melihat bahwa Rasulullah juga menerapkan kesetaraan gender dalam kehidupannya.

Dari kehidupan yang Nabi kita jalani, ternyata banyak perilaku beliau yang tidak membandingkan antara laki-laki dan perempuan, semuanya memiliki kedudukan yang sama. 

Selain itu Nabi juga memberikan pembelajaran secara tersirat kesetaraan gender itu membawa kedamaian dalam kehidupan keluarga beliau. Dan dari hal-hal tersebut perlu kita teladani dalam hidup kita, baik untuk pasangan maupun untuk mendidik anak kesetaraan gender membawa banyak hal baik.

Dalam hubungan pasangan yang mengerti bahwa rumah tangga akan mencapai tujuan melalui kesetaraan gender tentu berbeda. Perlu disadari bahwa kesetaraan gender yang saling menghormati, menghargai, tolong menolong didalam rumah tangga akan tercipta kehidupan ideal untuk satu sama lain. 

Dan karena itu, suami istri perlu belajar kesetaraan gender. Bukan hanya untuk suami tetapi istri juga perlu belajar hal ini, agar sama-sama saling mengerti dan tidak merasa paling berkuasa. 

Jika hanya istri yang memperjuangkan kesetaraan gender, maka yang akan terjadi adalah dalam kehidupan rumah tangga terdapat dua nahkoda. Apabila ini terjadi yang ada hanyalah ingin menang sendiri.

Oleh karena itu, kesetaraan gender atau keadilan gender perlu dikenalkan dalam rumah tangga. Banyak hal positif yang dapat diambil dari kesadaran atas kesetaraan gender untuk suami dan istri. 

Keluarga akan menjadi tempat yang nyaman ketika setiap diri memahami hak dan kewajiban masing-masing, juga menghargai satu sama lain yang telah melaksanakan kewajibannya guna menjaga hak lainnya.

Dan sebenarnya saat kita mempelajari lebih lanjut agama islam, kesetaraan gender juga diajarkan didalamnya walaupun untuk mengetahui hal ini butuh pembelajaran lebih dalam. 

Hal ini diajarkan oleh Nabi dalam kehidupan rumah tangganya dengan istri-istri Nabi kita. Bagaimana indahnya kehidupan rumah tangga ala Nabi yang saling menyayangi, menghormati dan menghargai.

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

Editor: Adis setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال