KATA KITA: Memperkuat Moderasi Beragama Melalui Persahabatan


Oleh: Jihan Khafid Nurdin*

KULIAHALISLAM.COM - Moderasi beragama merupakan sebuah konsep yang sangat penting dalam Islam. Dalam konteks agama Islam, moderasi beragama merujuk pada sikap tengah dan seimbang dalam menjalankan ajaran agama, serta mempromosikan toleransi, pengertian, dan perdamaian antara umat beragama yang berbeda. 

Konsep ini memiliki landasan yang kuat dalam ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta merupakan prinsip dasar yang menjadi landasan bagi kehidupan muslim yang bertujuan untuk menciptakan harmoni sosial di tengah-tengah masyarakat. 

Moderasi beragama mengajarkan umat Islam untuk mengambil jalan tengah antara ekstremisme dan liberalisme dalam beragama. Ini berarti menjauhi sikap yang berlebihan dan berpolarisasi, baik dalam ibadah, pemahaman agama, maupun interaksi sosial dengan umat beragama lain. 

Moderasi beragama menghargai keberagaman dalam keyakinan dan praktik keagamaan, sambil mempertahankan identitas Islami yang kuat dan nilai-nilai agama yang bermanfaat.

Pada malam ini, saya, Jihan Khafid Nurdin, merasa beruntung dapat melakukan wawancara dengan Tio Eliyasmoro, seorang teman saya yang beragama Katolik. Hubungan persahabatan kami telah terjalin sejak kami berada di kelas 1 SMK, dan hingga saat ini, kami masih sering berkomunikasi melalui media sosial. 

Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai agama Katolik serta bagaimana Tio, sebagai seorang Katolik, menjalin hubungan sosial dengan masyarakat yang mayoritas beragama Islam.

Pada awal wawancara, saya menyapa Tio dan berbasa-basi sejenak untuk menciptakan suasana yang akrab dan nyaman. Kemudian, saya memulai dengan pertanyaan mengenai proses beribadah dalam agama Katolik. 

Tio menjelaskan bahwa sebagai seorang Katolik, dia menjalankan kegiatan ibadah dengan menghadiri gereja pada hari Minggu. Hari Minggu dipandang sebagai hari Sabat untuk memperingati kebangkitan Tuhan Yesus. 

Selain itu, dia juga menyampaikan bahwa berdoa dalam agama Katolik bisa dilakukan kapan saja dan terdapat banyak tata cara berdoa yang dapat dipilih, tergantung pada tujuan dan penerima doa tersebut.

Kemudian, kami berpindah ke topik berikutnya, yaitu pandangan umat Katolik terhadap umat Islam. Tio menjelaskan bahwa dalam pandangan agama Katolik, umat Islam dan agama lainnya dipandang sebagai sesama manusia yang sama-sama hamba Tuhan. 

Agama Katolik mengajarkan untuk memanusiakan manusia dan saling mengasihi. Tio juga menekankan bahwa dia secara pribadi melihat umat beragama Islam sebagai sesama warga negara Indonesia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama, sebagaimana umat Katolik.

Pada bagian terakhir wawancara, saya tertarik untuk mengetahui bagaimana Tio menjalin hubungan sosial dengan masyarakat sekitar yang mayoritas beragama Islam. Tio menceritakan dengan antusias bahwa di tempat tinggalnya, tidak ada pemisahan atau diskriminasi antar agama. 

Semua umat beragama saling membantu dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, tanpa memandang agama atau latar belakang lainnya. Sebagai contoh, Tio dan teman-temannya yang beragama Katolik turut serta membantu kegiatan di masjid atau kegiatan sosial lainnya yang diadakan oleh umat Islam, dan sebaliknya.

Pada masa SMK, saya juga belajar dari Tio mengenai kegiatan sosial yang dilakukan di tempat tinggalnya. Tio aktif dalam kegiatan pemuda yang melibatkan berbagai agama, seperti membantu dalam kegiatan Idul Adha, termasuk menyembelih hewan qurban, membersihkan saluran pencernaan hewan qurban, dan membagikan daging kepada yang membutuhkan.

Keaktifan Tio dalam kegiatan ini merupakan contoh nyata bagaimana moderasi beragama dapat terwujud melalui partisipasi dalam kegiatan sosial yang melibatkan berbagai agama.

Melalui pengalaman hidup dan persahabatan dengan Tio, saya, sebagai penulis esai ini, menyadari pentingnya moderasi beragama dalam membangun harmoni dan kesatuan di tengah keberagaman. 

Meskipun pada awalnya saya mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang-orang yang memiliki keyakinan berbeda, berada di kelas yang beragam agama di SMK membuka kesempatan bagi saya untuk belajar dan memahami konsep moderasi beragama. 

Tio, dengan sifatnya yang humoris, ramah, dan mudah bergaul, telah membantu saya dalam memahami bahwa moderasi beragama dapat dicapai melalui sikap saling menghormati dan toleransi. 

Meskipun terdapat perbedaan agama di antara kami, persahabatan kami tetap erat dan harmonis. Tio dapat menampilkan humor yang pantas dan menghormati keyakinan agama kami masing-masing. 

Pengalaman ini telah membuka mata dan hati saya terhadap pentingnya menghormati perbedaan agama, membangun hubungan yang harmonis, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang memperkuat persatuan dan kebersamaan. 

Saya menyadari bahwa moderasi beragama bukanlah sekadar pengetahuan teoritis, tetapi juga melibatkan pengalaman nyata dan interaksi dengan orang-orang beragam. 

Melalui persahabatan dengan Tio dan teman-teman beragama lainnya, saya semakin yakin bahwa moderasi beragama dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua umat manusia.

Dalam menghadapi tantangan keberagaman, kita perlu belajar dan berinteraksi dengan berbagai individu untuk memahami dan menghormati perbedaan agama. 

Moderasi beragama adalah langkah pertama menuju masyarakat yang inklusif, toleran, dan harmonis. Melalui dialog yang saling menghormati dan partisipasi dalam kegiatan sosial yang melibatkan berbagai agama, kita dapat menghilangkan prasangka dan membangun jembatan pengertian antara umat beragama. 

Dengan semangat ini, saya yakin bahwa kita dapat mewujudkan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari dan menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua umat manusia.

*) Mahasiswa

Editor: Adis Setiawan


Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال