Faktor Yang Mempengaruhi Islamphobia


Penulis: Darry Raihan Muhammad*

Islamofobia adalah suatu bentuk ketakutan, kebencian, atau prasangka terhadap agama Islam atau secara umum terhadap Muslim terutama dipandang dalam bentuk terorisme. 

Phobia ini sering muncul di beberapa negara Eropa terutama pada kaum berkulit putih. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti trauma akan sejarah, kaum mayoritas, konstelasi politik, dan kaum muslim itu sendiri.

Islamophobia sebenarnya sudah muncul pada zaman Rasulullah SAW lebih tepatnya pada tahun 610 – 622 Masehi. Hal ini terjadi kepada kaum Quraisy kota Mekkah yang sering menggangu dan menahan penyebaran risalah Nabi Muhammad SAW hingga terpecahlah perang yang dimenangkan oleh kaum Muslim. 

Setelah wafatnya Nabi, agama Islam semakin berkembang dan meluas. Berkat pengaruh dari beberapa dinasti Islam seperti Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah. Peradaban Islam terus berkembang hingga mencapai benua Eropa.

Penyebaran Islam di Eropa bisa disebut pertanda baik dan buruk. Baiknya, agama Islam semakin dikenal luas oleh belahan dunia. 

Buruknya, mulai muncul permusuhan terhadap Islam dari kalangan masyarakat Barat dikarenakan perbedaan paham agama yang hingga menyebabkan munculnya perang Salib pada tahun 1095 dan berakhir pada 1291 Setelah kemenangan Islam dalam perang Salib, Islamophobia semakin mekar dibeberapa kalangan Eropa seperti Spanyol.

Setelah keruntuhan Andalusia pada 1492, penindasan kaum Kristen terhadap penduduk muslim meningkat di Eropa. Raja Philip III Spanyol telah mengusir 300.000 muslim pada 1610 lewat titah yang ia keluarkan pada 1609. 

Setelah itu, pemerintah barat berniat melenyapkan semua peradaban nyata Islam. Kejadian yang terjadi pada muslim, sejak awal perang salib merupakan awal kemunculan bentuk Islamophobia di kalangan masyarakat barat.

Allah telah memperingatkan umat Muslim mengenai Islamophobia dalam QS Al Baqarah: 120,

وَلَنۡ تَرۡضٰى عَنۡكَ الۡيَهُوۡدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡ​ؕ قُلۡ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الۡهُدٰى​ؕ وَلَٮِٕنِ اتَّبَعۡتَ اَهۡوَآءَهُمۡ بَعۡدَ الَّذِىۡ جَآءَكَ مِنَ الۡعِلۡمِ​ۙ مَا لَـكَ مِنَ اللّٰهِ مِنۡ وَّلِىٍّ وَّلَا نَصِيۡرٍ‏  ١٢٠

Artinya:

"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak aka nada bagimu pelindung dan penolong dari Allah."

Meskipun begitu banyak penindasan yang diterima kaum Muslim, agama Islam justru masih meningkat dan berkembang drastis hingga menjadi agama no. 2 dengan pemeluk terbanyak. 

Bahkan kaum Muslim menjadi kaum mayoritas dibeberapa negara seperti Indonesia. Peningkatan drastis kaum Muslim ini juga menjadi faktor penyebab Islamophobia. Dan bukan hanya di kalangan Eropa saja sekarang namun di seluruh negara terutama Amerika Serikat.

Hal ini bermula pasca Perang Dunia II yang menghancurkan sebagaian besar Eropa sehingga terjadi kekurangan sumber daya alam dan manusia. 

Saat itu Eropa mengimpor banyak pekerja dari luar untuk membangun kembali negara mereka. Sebagian besar pekerja tersebut berasal dari Aljazair. Seiring waktu jumlah para pekerja semakin besar hingga ada beberapa yang memutuskan untuk melangsungkan hidup disana.

Secara otomatis, kaum Muslim yang pada awalnya adalah kaum minoritas di Eropa menjadi mayoritas. Hal ini juga mempengaruhi kebudayaan dan lingkungan negara Eropa. 

Dikarenakan kaum Muslim yang kurang bisa berbaur dengan kaum non-Muslim, sering timbul beberapa konflik yang berujuang pada kerusuhan dan kekerasan. Ini juga yang memicu rasa ketakutan akan Islam dalam benak masyarakat Eropa.

Kemunculan Islamophobia ini juga didukung beberapa faktor terutama media. Di Amerika, terdapat istilah bahwa orang-orang lebih percaya dengan media daripada kitab suci mereka. Amerika menjadi pelopor media pada kala itu. 

Hingga terpiculah peristiwa 9/11, serangan terorisme yang membajak empat pesawat dan meruntuhkan menara kembar World Trade Center (WTC) di New York pada 11 September 2001. Tragedi yang menewaskan ribuan orang hingga dikenal terror terburuk sepanjang sejarah Amerika.

Kejadian terorisme ini di lakukan oleh kelompok teroris Al Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden sekaligus menjadi pelaku yang bertanggung jawab atas peristiwa 9/11 tersebut. 

Setelah peristiwa 9/11 tersebut, Islam dan Muslim mendominasi headline negative di media mainstream di seluruh dunia. Maka tak heran setiap kali ada serangan terror, biasanya akan disematkan pada Islam dan Muslim. 

Namun, sebaliknya, bila ada serangan pada Muslim dan masjid di Barat jarang menjadi headline di media apapun. Seperti peristiwa terorisme bom di Masjid Sinai pada 2017, lebih tepatnya di Masjid al Rawdah, kota al Arish, provinsi Sinai Utara.

Islamophobia juga didasar atas faktor politik. Prof. Shamsi Ali menilai bahwa umat islam masih terjebak dalam kesalahan penempatan agama dan politik. Agama seharusnya menjadi aspirasi bukan malah dijadikan sebagai kendaraan politik. 

Dalam Islam sendiri, Rasulullah tidak pernah merencanakan suatu bentuk sistem formal, tetapi beliau memberikan nilai-nilai Keislaman yang diterapkan dalam tatanan masyarakat majemuk. 

Akan tetapi, pada zaman sekarang Islam dijadikan suatu sistem formal baik hukum maupun tatanan masyarakat oleh beberapa kelompok. Bahkan beberapa ASN menggunakannya untuk menstimulus tujuan memenangkan kepentingan mereka. 

Hal inilah yang menyebabkan kebencian terhadap Islam terutama dari kalangan barat. Dikarenakan beberapa penolakan ide Barat yang dilakukan Islam.

Faktor terakhir dan yang memiliki dampak lebih besar daripada faktor yang lain yakni, karena muslim itu sendiri. Prof. Shamsi Ali sendiri menegaskan tidak salah jika mengatakan lebih dari 60 persen penyebab Islamophobia terjadi karena faktor umat Muslim sendri. 

Hal ini dikarenakan ketidaktahuan masyarakat akan tugasnya mengemban amanah ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin mengakibatkan muslim melenceng jauh dari ajaran agamanya sendiri. 

Sehingga mudah sekali disusupi oleh pemikiran-pemikiran asing. Salah satu contohnya adalah kegagalan sistem Pendidikan Islam yang hanya mampu mengeluarkan lulusan trampil namun kurang ketakwaan. 

Padahal sebagai muslim, bertakwa kepada Allah haruslah menjadi segalanya bagi umat Muslim. Untuk itu Muslim perlu memperbaiki diri dan bangkit kembali.

"إِنَّمَا الْمُؤْمِنُ الَّذِي إِذَا أَرَادَ أَنْ يُصَلِّحَ دِينَهُ وَدُنْيَاهُ فَلْيُصْلِحْ مَعَاشِرَهُ" (رواه الترمذي)

Artinya:

“Jika seorang mukmin ingin memperbaiki agamanya dan dunianya, maka hendaklah ia memperbaiki akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Editor: Adis Setiawan

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال