Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam

(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

KULIAHALISLAM.COM - Memahami konsep kepemimpinan tidak terlepas dari mempelajari perilaku, karakteristik, dan gaya dari individu yang diserahi tanggung jawab untuk memimpin. Meski dalam penerapannya berbeda antara individu satu dengan lainnya, akan tetapi secara esensi adalah sama, tergantung dimana organisasi itu hidup.

Selain itu organisasi dalam bentuk apapun tentunya membutuhkan posisi seseorang untuk memimpin organisasi tersebut. Kepemimpinan sendiri merupakan kemampuan atau kecerdasan seseorang untuk mendorong sejumlah orang agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.

Untuk dapat melihat konsepsi kepemimpinan ada beberapa terminologi yang dapat Anda pergunakan dilihat dari luasnya substansi kita memandang, maka kepemimpinan itu dapat dilihat dalam arti yang luas dan arti yang sempit.

Dalam pengertian luas kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai berikut: Seseorang yang mempengaruhi anggota kelompok untuk ikut dengan permintaannya dengan rela atau tidak rela. Serta Kemampuan seni/art/teknik untuk membuat sekelompok orang dengan segala aktivitasnya mengikuti dan mentaati segala keinginannya dalam mencapai tujuannya yang telah di tetapkan.

Dari pengertian luas ini kita dapat melihat bahwa pengaruh adalah komponen utama yang harus dimiliki seseorang yang dikatakan sebagai pemimpin. Komponen selanjutnya adalah kepatuhan orang-orang yang dikenai pengaruh tersebut baik kepatuhan itu karena mengakui atas kepemimpinannya atau tidak rela terhadap apa yang mengenainya.

Seseorang yang dengan komitmen yang penuh terhadap anggota kelompok dalam mencapai sebuah tujuan. Memimpin bukanlah apa yang hak dimiliki untuk berbuat semaunya dan mengeruk untung sebanyak-banyaknya. Berikut merupakan pengertian kepemimpinan berdasarkan penuturan para ahli: 

Kepemimpinan Perspektif Ahli

Hoyt (dalam Kartono, 1998) memaparkan kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan pada kemampuan orang lain dalam mencapai tujuan–tujuan yang di inginkan kelompok. Selanjutnya lebih mendalam kepemimpinan menurut Young (dalam Kartono, 1998) yang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

Moejiono (2002) menganggap bahwa kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (dalam Moejiono 2002) menganggap bahwa kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin. 

Menurut Atmosudirdjo (dalam Purwanto, 1990), Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan tan yang sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya. 

Selanjutnya menurut Haiman (1989) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang memimpin, membimbing, direfleksikan dengan jiwa seni. Seni berarti di sini adalah yaitu indah dalam mempengaruhi, indah dalam membimbing, dan indah dalam mengarahkan.

Selanjutnya menurut Atmosudirjo (1982) dalam bukunya yang berjudul Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan, menulis kepemimpinan sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah kepribadian seseorang yang menyebabkan sekelompok orang lain mencontoh atau mengikutinya. Kepemimpinan adalah kepribadian yang memancarkan pengaruh wibawa, sedemikian rupa sehingga sekelompok orang mau melakukan apa yang dikehendakinya”.

Dari definisi-definisi di atas, kepemimpinan (leadership) memiliki pengertian sebagai kemampuan yang harus dimiliki seseorang pemimpin (leader) tentang bagaimana menjalankan kepemimpinannya sehingga bawahan dapat bergerak sesuai.dengan yang diinginkan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. bergeraknya orang-orang ini harus mengikuti jalur tujuan organisasi yang hendak dicapai dan bukan merupakan hal yang semu dari kepemimpinannya itu. Adapun penggerakan dalam pencapaian tujuan adalah legitimasi dari sebuah kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin, karena bukan merupakan simbol atau kedudukan semata.

Sebagai penggerak suatu kelompok, pimpinan harus melaksanakan kesepakatan-kesepakatan yang dijalin dengan kelompok itu sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu: 1) memperhatikan secara jelas dan logis posisi, akan membantu orang dalam memahami cara pandang, 2) mendengarkan setiap reaksi orang lain, 3) melibatkan semua dalam diskusi dan menemukan alternatif tentang cara pandang kita, 4) memecahkan perbedaan-perbedaan yang ada dengan argumen-argumen yang benar, 5) tidak merubah pikiran hanya untuk menghindari konflik, 6) tidak terpaku dengan pilihan situasi win- lose.

Kepemimpinan pada diri seseorang mengandung unsur spesifik dimana seseorang memberikan pengaruh tersebut kepada orang lain yaitu ikatan dalam bentuk komitmen atas pengaruh yang diberikannya bisa berupa kesamaan dalam menjalankan tanggung jawab, disiplin, dan perilaku lainnya sebagai bagian dari organisasi. 

Makna Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Sedangkan menurut, Abi Sujak mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Schneider, Donaghy dan Newman mengemukakan bahwa, leadership refers to those behavior performed by one or more individuals in the group which helps the group accomplish its goals.

Menurutnya kepemimpinan mengacu kepada perilaku yang ditunjukkan seseorang atau lebih individu dalam kelompok yang membantu kelompok mencapai tujuannya. Pengertian lain dikemukakan oleh G.R. Terry dan L.W. Rue memandang kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang atau pemimpin, untuk mempengaruhi perilaku orang lain menurut keinginan-keinginannya dalam suatu keadaan tertentu. Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, mengandung arti adanya kemampuan mempengaruhi orang lain dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu. Sedangkan kepemimpinan dakwah oleh H. Zaini Muchtarom memberikan pengertian sebagai suatu sifat atau sikap kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang yang menyampaikan dakwah (dai) yang mendukung fungsinya untuk menghadapi publik dalam berbagai situasi.

Ciri-ciri Pemimpin Yang Baik

Dengan demikian kepemimpinan dakwah merupakan suatu kemampuan khusus yang dimiliki oleh pelaksana dakwah untuk mempengaruhi perilaku orang lain sesuai yang diinginkan oleh pelaksana dakwah. Ciri-ciri kepemimpinan dakwah W.A. Gerungan telah mengetengahkan ciri-ciri yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin yang baik, setiap pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri yaitu persepsi sosial, kemampuan berpikir abstrak dan keseimbangan emosional.

a. Social Perception (persepsi sosial)

Social perception adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan untuk memenuhi tugas kepemimpinan. Kecakapan merupakan ciri utama bagi setiap pemimpin tak terkecuali pemimpin dakwah.

Oleh karena itu, kepemimpinan dakwah adalah kemampuan memahami sikap dan perasaan dan kebutuhan orang-orang yang terkait dengan tugas-tugas kepemimpinannya Ability in abstract thinking (kemampuan berpikir abstrak) Kemampuan berpikir abstrak berarti mempunyai kecerdasan yang tinggi, seorang pemimpin harus cakap dalam berabstraksi dari segi struktur intelegensia. Hal ini dibutuhkan agar seorang pemimpin mampu menafsirkan kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan di luar kelompok, kemampuan tersebut memerlukan taraf intelegensia yang tinggi. Para pelaksana dakwah dituntut kemampuan berpikir abstrak agar segala kecenderungan interen dan eksteren agama Islam mampu ditafsirkan untuk diarahkan pada proporsi sebenarnya.

b. Emosional Stability (keseimbangan emosional)

Pada diri seorang pemimpin harus terdapat suatu kematangan emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita dan alam perasaan, serta pengintegrasian kesemuanya itu ke dalam suatu kepribadian yang harmonis. Sebagai pemimpin dakwah, keseimbangan emosi merupakan kepribadian mendasar yang perlu dimiliki oleh pemimpin dakwah.

Sedangkan Alex S. Nitisemito mengemukakan bahwa seorang pemimpin mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Dicintai dan disegani oleh bawahannya. Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi anak buahnya, hal ini berarti pemimpin tersebut harus dicintai dan disegani oleh bawahannya. Agar pemimpin tersebut dapat dicintai dan disegani oleh bawahannya, maka pimpinan harus mempunyai sifat-sifat antara lain: Tidak egois Adil (dalam arti memberikan sesuai dengan haknya) Jujur (dalam arti tidak menyalahgunakan jabatannya). Mempunyai perhatian terhadap bawahannya. Keteladanan (memberikan contoh yang baik). Kemampuannya rata-rata lebih menonjol.

Seorang pimpinan agar dia lebih mampu menjalankan tugas menjadi pimpinan dengan baik, maka dia harus mempunyai sifat-sifat rata-rata lebih menonjol dari pada bawahannya. Hal ini berarti pimpinan tersebut harus mempunyai sifat antara lain: Penuh tanggung jawab. Berpengalaman cukup dalam bidangnya. Cerdas (kecerdasan) tidak mesti identik dengan pendidikan Penuh inisiatif dan kreatif Sehat jasmani dan rohani. Mampu mengarahkan dan menggerakkan bawahan.

Seorang pimpinan harus mampu mengarahkan dan menggerakkan bawahannya. Hal ini berarti pimpinan tersebut harus mempunyai sifat-sifat tertentu antara lain: Mampu memotivasi bawahannya. Mampu memilih pembantu-pembantu yang tepat dan menempatkan pada tempat-tempat yang tepat.

Mampu menciptakan komunikasi dua arah. Pengetahuan tentang hubungan manusia cukup luas. Berwibawa. Mempunyai kestabilan dalam emosi. Sedangkan Sondang P. Siagian (sebagaimana dikutip oleh Susilo Martoyo) mengemukakan sejumlah persyaratan yang pada dasarnya sekaligus suatu ciri-ciri kepemimpinan sebagai berikut: Pendidikan umum yang luas. Kemampuan berkembang secara mental. Ingin tahu. Kemampuan analitis. Memiliki daya ingat yang kuat. Kapabilitas integratif Kemampuan berkomunikasi Keterampilan mendidik. Rasionalitas dan obyektivitas. Pragmatis. Sense of urgency. Sense of timing. Sense of cohesiveness. Sense of relevance. Kesederhanaan. Keberanian Kemampuan mendengar. Adaptabilitas dan fleksibilitas. Ketegasan.

Ciri kepemimpinan dakwah tersebut, merupakan ciri minimal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin termasuk pemimpin dakwah. Fungsi pokok kepemimpinan dakwah Terdapat banyak teori tentang fungsi kepemimpinan yang telah ditampilkan oleh para pakar, namun dari teori tersebut akan diramu dengan menyesuaikan dengan fungsi pokok kepemimpinan dakwah.

Fungsi Kepemimpinan Dakwah

Fungsi pokok kepemimpinan dakwah yang dimaksudkan adalah: Sebagai teladan yang baik Sebagai pemimpin, ia harus mampu menjadi figur terdepan di dalam cara hidup, sifat, sikap, tindak-tanduknya sehari-hari kepada masyarakat, terutama kepada orang yang dipimpinnya. Pemimpin dakwah merupakan pemimpin dari segala tindak tanduk dan penyuluh di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, pemimpin dakwah harus mampu menjadi teladan yang baik dalam pola aturan terhadap anggotanya atau masyarakatnya.

1. Sebagai Pemersatu atau Penengah

Pemimpin sebagai penengah atau pelerai sudah dikenal sejak dahulu kala. Dalam masyarakat moderen tanggung jawab keadilan terletak di tangan pemimpin dengan keahliannya yang khas dan ditunjuk secara khusus misalnya pengadilan. Di dalam Alquran manusia diperingatkan oleh Allah untuk tidak bersikap bermusuh-musuhan, karena mereka egois dan serakah. Oleh karena itu, tugas pemimpin dakwah adalah mempersatukan mereka sebagaimana petunjuk Allah dalam (QS. Al Hujurat 49: 9). Artinya: "Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil".

Keterangan di atas menegaskan bahwa Allah membenci orang-orang yang memutuskan silaturahmi. Oleh karena itu, tugas pemimpin dakwah untuk mendamaikannya, karena ia berfungsi sebagai penengah atau pemersatu.

2. Sebagai Penganjur

Pemimpin dakwah sebagai pengarah opini menjadi orang-orang penting di masyarakatnya. Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada orang lain, ia mampu bergaul dan fasih berbicara.

3. Sebagai Penasehat

Setiap orang muslim adalah penasehat bagi orang yang lainnya, sebagai pemimpin dia harus memberi nasehat kepada pengikutnya, agar mereka selalu berbuat baik dan meninggalkan kemungkaran.

Keempat fungsi pokok kepemimpinan dakwah tersebut kiranya dapat mewakili fungsi kepemimpinan yang lain, dengan tidak mengurangi keberadaan fungsinya sebagai fungsi kepemimpinan dakwah.

Syarat-syarat kepemimpinan dakwah Untuk mengemukakan syarat minimal yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin dakwah, maka harus kembali melihat pengertian kepemimpinan dakwah yaitu suatu sifat atau sikap kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang yang menyampaikan dakwah (dai) yang mendukung fungsinya untuk menghadapi publik dalam berbagai situasi.

Kesimpulan

Dari pengertian di atas dapat dicatat tentang kemampuan seorang pemimpin. Pemimpin tersebut harus dapat meyakinkan orang lain mengenai gagasan, konsep atau rencana yang dibuatnya, sehingga orang lain akan sukarela mengikuti gagasannya.

Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka ia pun tidak terlepas dari syarat-syarat yang diperlukannya, syarat minimal yang harus dimiliki adalah: Watak yang baik atau kesiapan mental Intelegensia yang tinggi atau kemampuan intelektual Kesiapan lahir batin atau kemampuan fisik.

Ketiga syarat minimal bagi pemimpin dakwah adalah sesuai dengan firman Allah QS. al-Baqarah (2): 247. Artinya :Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.

Inti dari tugas pemimpin pada umumnya ialah mempengaruhi orang-orang yang di sekitarnya atau di sekelilingnya, agar supaya orang-orang itu mau dan suka diantar/mengikuti jejak pemimpin ke suatu tujuan tertentu. Tugas mengantar atau menyepuhi (sesepuh-tetua) bermakna agar supaya orang-orang yang ada di sekelilingnya/disekitarnya, atau para pengikutnya/bawahannya suka dan mau mengikuti saran-saran, petunjuk-petunjuk dan menerima pendapat-pendapat atau pemikiran yang diberikan oleh pimpinannya.

Oleh karena itu, tugas seorang pemimpin dalam arti kepemimpinan dakwah betul-betul merupakan tugas yang sangat besar dan mulia, dan tugas ini tidak dapat dipikul oleh semua orang, karena selain tugasnya yang berat, juga tanggung jawab menggerakkan dan memengaruhi orang lain secara suka rela. Tanggung jawab dunia dan akhirat. Itulah salah satu masalah yang tidak semua orang mampu melakukannya.

Fitratul Akbar

Penulis adalah Alumni Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال