Proyek Kereta Api Hizaj Daulah Turki Utsmani

Kuliahalislam Untuk menarik hati bangsa-bangsa lain, Sultan Abdul Hamid II banyak memperhatikan lembaga-lembaga keagamaan dan ilmiah serta memberikan bantuannya untuk memperbaiki Masjid Nabawiy, Madinah. Dia membentuk pegawai khusus dan mengangkat pejabat yang loyal kepadanya. Ia mengangkat ‘Izzat Pasya Al-Abid yang berasal dari Syam yang memainkan peranan penting dalam pembangunan rel kereta api Hijaz yang membentang dari Damaskus hingga ke Madinah al-Munawarah. Proyek rel kereta api Hijaz adalah jalan penting yang dibangun pada pemerintahan Sultan Abdul Hamid II.


Pada tahun 1900 Masehi, dimulailah proyek rel kereta api dari Damaskus ke Madinah sebagai ganti perjalanan darat kafilah yang biasanya ditempuhkurang dari 40 hari, sedangkan dengan menggunakan jalur laut ditempuh dalam jangka waktu 12 hari dari pantai Syam menuju Hizaj. Tetapi dengan menggunakan kereta api perjalanan hanya ditempuh dalam jangka waktu 4 hingga 5 hari. Tujuan pembangunan rel kereta ini, bukan hanya untuk memudahkan jamaah Haji agar mudah sampai di Mekah dan Madinah namun juga memiliki tujuan militer dan politik.

Dari sisi politik, pembangunan proyek ini diseluruh Dunia Islam akan melahirkan semangat agama yang demikian tinggi karena Sultan menyebarkan edaran yang menyerukan kaum Muslimin di seluruh dunia untuk ikut andil dalam pembangunan proyek ini.Sultan Abdul Hamid II memulai pendaftaran para penyumbang dengan dimulai dari dirinya sendiri yang memberikan sumbangan sebanyak 50.000 keping emas Dinasti Utsmani yang berasal dari hartanya sendiri dan 100.000 keping uang emas Dinasti Usmani dari kas negara.

Beberapa lembaga sosial didirikan, kaum Muslimin dari berbagai penjuru berlomba-lomba untuk membantu pembangunannya baik dengan harta maupun jiwa. Para pemilik perusahaan ramai-ramai ikut menyumbang. Semangat menyumbang ini juga terjadi pada pejabat-pejabat yang ada dipemerintahan wilayah seperti Beirut, Damaskus, Allepo, Bursah dan lainnya. Penguasa Mesir juga ikut mengkampanyekan pengumpulan dana. Di Mesir, proyek pengumpulan dana ini dipimpin Ahmad Pasya Al-Masyanawi.

Surat-surat kabar Mesir seperti surat kabar Al-Liwa’ menyumbang 3.000 Lira Usmani untuk proyek ini. Surat kabar ini dipimpin oleh Kamil Pasya. Kamil Pasya menghimpun dana sebanyak 2.000 Lira Usmani untuk proyek ini hingga tahun 1901 Masehi. Surat kabar Al-Manar juga ikut andil dalam kampanye proyek ini, demikian juga surat kabar Al-Raid Al-Mishri. Panitia proyek ini dibentuk di Kairo, Iskandariyah dan kota-kota lain di Mesir.

Sedangkan kaum Muslimin di India memberikan sumbangan dana yang besar untuk proyek ini. Sultan Haidar Abad di India menyumbangkan untuk membangun stasiun di Madinah Al-Munawarah. Syah Iran juga memberikan sebanyak 50.000 Lira Utsmani. Pembangunan rel kereta api Hijaz ini memakai arsitek asing dalam pembangunan jembatan dan terowongan namun Sultan tidak akan menggunakan mereka kecuali mendesak.

Perlu diketahui orang asing tidak terlibat dalam pembangunan proyek ini secara mutlak. Para pekerja yang bukan pakar pada tahun 1907 M, berjumlah 7.500 orang. Dan total biaya proyek ini berjumlah 4.283.000 Lira Utsmani. Pada bulan Agustus tahun 1908 M, rel kereta api telah sampai ke Madinah Al-Munawarrah. Namun pekerjaan proyek rel kereta api Hijaz tidak sampai ke Mekah karena ditentang oleh penguasa wilayah Mekah yakni Syarif Husein bin Ali yang khawatir proyek ini mengancam kekuasannya.

Akhirnya proyek rel kereta api Sultan Abdul Hamid II hanya sampai dari Damaskus ke Madinah al-Munawarrah. Pada saat Perang Dunia I, Inggris membangun koalisi dengan penguasa-penguasa di willayah Arab dengan kekuatan Arab dipimpin oleh Syarif Faishal bin Al-Husein bin Ali untuk mengancurkan rel kereta api Hijaz ini. Walau Syarif Husein bin Ali dan putranya Faishal merupakan keturunan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam namun ia tokoh yang penting menghimpun kekuatan Barat untuk menghancurkan kaum Muslimin.

Kereta Api yang pertama sampai ke Stasiun Madinah dari Damaskus terjadi tanggal 22 Agustus 1908 M. Peristiwa ini sebagai kejutan bagi Dunia Islam dan dianggap merealisasikan mimpi yang panjang. Perjalanan itu hanya menempuh waktu tiga hari dengan jarak 814 Km. Sebelumnya perjalanan dari Damaskus ke Madinah ditempuh dalam waktu 5 minggu. Kaum Muslimin berbahagia ketika menunaikan ibadah Haji dengan mudahnya transportasi. Politik Islam Dinasti Sultan Abdul Hamid II demikian rapi dan terjaga.

Sultan Abdul Hamid II menginginkan untuk menyatukan hati kaum Muslimin berada bersamanya dalam posisinya sebagai Khalifah. Kruemer, perwakilan Inggris di Mesir (1301-1325 H/1183-1907 M) merupakan orang yang pertama yang memberi peringatan tentang bahaya persatuan kaum Muslimin di negara-negara Eropa. Serangan terhadap Pan-Islamisme berbuntut serangan terhadap pada pemerintahan Daulah Utsmani hingga akhirnya kesatuan negara-negara Muslim terpecah dalam rangka menghadapi serangan kolonialis.




Sumber : Prof. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Pustaka Al-Kautsar

Rabiul Rahman Purba, S.H

Rabiul Rahman Purba, S.H (Alumni Sekolah Tinggi Hukum Yayasan Nasional Indonesia, Pematangsiantar, Sumatera Utara dan penulis Artikel dan Kajian Pemikiran Islam, Filsafat, Ilmu Hukum, Sejarah, Sejarah Islam dan Pendidikan Islam, Politik )

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال