Menumbuhkan Religiusitas Santri dengan Metode Uswatun Hasanah

Santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengenyam pendidikan Islam di pondok pesantren. Di dalam pesantren seorang santri belajar berbagai Ilmu pengetahuan, tak sedikit pondok pesantren yang mengajarkan ilmu pengetahuan agama plus dengan ilmu umum. Hal itu pula yang dilakukan oleh Pondok Modern Muhammadiyah Darul Arqam patean-kendal. Dalam sejarahnya, pondok ini ingin menjawab tantangan zaman, bahwa santri hanya bisa berkutat dalam hal keagamaan saja, tidak mempunyai skill/kemampuan lebih dalam hal umum. Maka dipondok ini dikembangkan berbagai macam ekstrakurikuler dan Jurusan peminatan yang beragam.

KH. Imam Zarkasyi mengartikan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok dimana kiai sebagai figur sentral dan masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwai dan pengajaran agama Islam di bawah bimbingan kiai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya (Arifin dalam Mujammil Oomar, 2003:16). Pendapat KH. Imam Zarkasyi lebih komprehensif, karena mempunyai kelebihan dari definisi lainnya, yakni: Pertama, pesantren berbentuk asrama (fill residenrial Islamic boarding school), Kedua, fungsi Kiai sebagai central figurel atau Uswah hasanah yang berperan sebagai guru (mu'allim), pendidik (murabbi). Ketiga, materi yang diajarkan tidak terbatas kepada hanya kitab kitab salaf saja.

Almarhum KH Ishaq pernah berkata, "Sebagai seorang pendidik, Ustadz haruslah peka dengan keadaan dan dapat menjadi uswah bagi para santri. Jika santri dibangunkan oleh Organisasi Santri Darul Arqam (OSDA) satu jam sebelum subuh, maka OSDA sendiri harus bangun minimal 10 menit sebelum itu, dan ustadz harus lebih awal dari itu. Jika santri dibiasakan shalat Dhuha 2 rakaat setiap pagi, maka ustadz minimal 4 rakaat. Hal itu haruslah berjalan, baru santri mendapatkan uswah khasanah.

Uswah dalam Prikologi Pendidikan
Ibarat orang tua yang mendidik seorang anak, orang tua harus mencontohkan setiap apa yang diperintahkannya kepada anak, hal itu bertujuan agar sang anak melihat langsung dan pelajaran tersebut akan sangat melekat dalam pribadi anak tersebut. Dalam kajian neurosains terdapat bagian otak manusia yang disebut mirror neurons. Neuron ini dapat memantulkan kembali tindakan yang dilihat oleh seseorang dan membuat orang tersebut terdorong untuk menirukan dan melakukan hal yang sama.

Sejalan dengan hal ini M Natsir berpendapat, Dakwah dapat disampaikan dengan tiga hal, Pertama, Bil lisan atau dengan ceramah-ceramah, khutbah, Kultum dll, lalu kedua, Bil kholam, atau dengan tulisan-tulisa, artikel, Buku, dll. Dan ketiga yaitu bil hal, atau dengan Perbuatan, akhlak dan kemuliaan sebagai seorang Muslim, dan dakwah bil hal adalah dakwah paling efektif Sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. 

Kisah Nabi Muhammad
Seperti yang terjadi dalam kisah Nabi Muhammad SAW dengan seorang pengemis Yahudi buta yang selalu menghina beliau. Dikisahkan pada sudut kota madinah, tinggal lah seorang pengemis yahudi yang menetap di dekat pasar.Dia buta dan selalu berteriak-teriak. Setiap orang yang mendekatinya, maka ia akan menyebut dengan lantang “Jangan pernah percaya dengan Muhammad, dia itu gila! Penyihir! Dan tukang bohong! Jauhi dia jika kau tak ingin terpengaruh oleh nya”. Setiap hari ia jelekkan Nabi Muhammad SAW kepada semua orang.

Lantas begitu, selalu ada seorang yang setia untuk menyuapinya setiap hari, memberinya makan. Hingga pada suatu hari orang yang selalu menyuapinya itu tak pernah datang lagi. Beberapa hari kemudian, datanglah seseorang yang lain yang menyuapinya makan. Seperti biasa bahwa si pengemis sambil berucap sumpah serapah kepada Nabi Muhammad SAW.

Namun si pengemis merasa terhenyak dan berkata “siapa kau? kau bukan orang yang selalu menyuapiku makanan”. “Aku orang yang biasanya” kata seseorang tersebut.
 “Tidak, bukan kau orangnya. Apabila dia yang datang, maka tak susah tangan ini memegang dan tak susah mulutku mengunyah. Dia selalu menghaluskan terlebih dahulu makanan yang akan disuapinya ke mulutku,” sangkal si pengemis.

Seseorang tersebut kemudian tertegun dan mulai menangis. Terisak-isak kemudian berkata “Memang benar katamu, bahwa aku bukanlah orang yang biasa memberi dan menyuapimu makanan. Karena orang yang kau maksud itu kini telah wafat. Dan aku tidak bisa selemah lembut dia”

“Ketahuilah kau, bahwa aku ini salah satu sahabatnya, namaku Abu Bakar Ash-Siddiq. Aku hanya ingin melanjutkan amalan yang ditinggalkan oleh orang tersebut. Aku tidak ingin melawatkan satu amalan pun setelah kepergiannya” Lanjut seseorang tersebut yang ternyata Abu Bakar.

“Kau tahu siapa orang yang aku maksud ? dia adalah Rasulullah Muhammad SAW yang selalu kau caci maki itu. Dia orang yang selalu kau benci dan kau sebut sumpah serapah. Dia orang yang sama yang selalu memberimu dan menyuapimu makanan setiap hari” kata Abu bakar sambil terisak-isak.

“Istrinya Aisyah memberi tahuku bahwa Rasulullah SAW selalu pergi berkunjung ke pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis yahudi buta yang selalu berada di sini” pungkas Abu Bakar.
 
Pengemis tersebut tertegun dan mulai meneteskan air matanya dengan deras. Ia baru saja tersadar bahwa orang yang selalu ia benci dan fitnah adalah orang yang selalu menemaninya dan menyuapinya makanan setiap hari.

“Selama ini aku telah menghinanya, memfitnahnya, bahkan saat Muhammad ada di sampingku sedang menyuapi aku. Tapi dia tidak pernah memarahiku. Dia malah dengan sabar melembutkan makanan yang di masukkan ke dalam mulutku. Dia begitu mulia.” Kata pengemis buta.

Pengemis tersebut merasa hina dan bersalah atas semua ucapan dan tindakannya itu. Dia menyesali semua perbuatannya. Akibat kejadian itu, si pengemis buta masuk ke dalam agama islam. Dia mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Abu Bakar Ash-Siddiq.

Penulis ingin menutup tulisan ini dengan mengutip sebuah ayat yang mulia, "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS. Al-Ahzab Ayat 21)

Semoga kita dapat mengambil pembelajaran dari Rasulullah dan dapat menjadi Uswah bagi manusia disekitar kita. Aamiin aamiin ya rabbal Al-Amin 


Oleh : Naufal Abdul Afif

Naufal Afif

Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال